Berbagi Cerita Perkuliahan di Monash University, Bersama Mustika Khairina

Halo, sobat berkuliah.com! Kali ini kita kembali membahas dunia perkuliahan yang masih selalu asik dan menarik tentunya, salah satunya di N...

Halo, sobat berkuliah.com! Kali ini kita kembali membahas dunia perkuliahan yang masih selalu asik dan menarik tentunya, salah satunya di Negeri Kangguru, Australia. Universitas di negara ini tentunya tidak hanya satu saja, ada banyak sekali universitas di sini dengan kualitas yang dimilikinya tidak perlu diragukan lagi. Apakah kamu pernah mendengar Monash University? Universitas ini termasuk salah satu perguruan tinggi yang menjadi tujuan kuliah mahasiswa Indonesia. Ada banyak mahasiswa yang masuk dan kuliah di universitas ini.



Kali ini tim berkuliah.com akan menampilkan hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa Indonesia yang telah berhasil masuk dan kuliah di Monash University. Ingin tahu cerita lengkapnya? Mari kita simak bersama selengkapnya di bawah ini.


Bisa diceritakan tentang profil singkat tentang diri kamu? Lalu, apa alasan yang membuat kamu memilih Australia sebagai tujuan studi?

Saya Mustika Indah Khairina, tapi sehari-hari dipanggil Nina oleh keluarga dan teman-teman dekat saya. Saat ini saya berkuliah di Monash University, Clayton campus, dan mengambil jurusan Studi Internasional dan Politik. Saya lahir di Makassar, tapi bukan berasal dari sana. Kedua orangtua saya berasal dari Jawa Timur. Kami sekeluarga selalu berpindah-pindah kota, jadi agak bingung kalau bilang asal kotanya dari mana. Dan saat inipun keluarga saya berdomisili di Jakarta. 

Faktor utama yang mendorong saya untuk berkuliah di Australia (seperti kebanyakan orang) adalah jaraknya yang relatif dekat. saya ingin menambah pengalaman saya dalam berinteraksi dan berdiskusi dengan orang-orang  dari berbagai belahan dunia; untuk memahami cara berfikir dan gaya hidup yang menyebabkan mereka maju dan untuk menambah wawasan saya mengenai budaya orang lain. Ketiga, Melbourne khususnya memiliki banyak aktifitas (contohnya conferences, festivals, workshops, fundraisers, exhibitions dan lain-lain) yang memenuhi minat semua orang. Selalu saja ada aktifitas berguna yang bisa dilakukan setiap minggu.


Kenapa Nina memilih jurusan Studi Internasional dan Politik? Apakah kamu menemui banyak kesulitan dari jurusan yang diambil? Jika iya, lalu bagaimana cara kamu mengatasinya?

Saya memilih jurusan ini karena ketertarikan saya untuk memahami isu-isu politik, ekonomi, sosial serta budaya yang dihadapi masyarakat di era global saat ini dengan lebih mendalam. Saya pikir, penting bagi kita untuk benar-benar memahami sejarah dan konteks atau kondisi sekelompok masyarakat untuk mendatangkan solusi dari masalah-masalah yang mereka hadapi. Harapannya dengan memilih jurusan ini, saya dapat mempelajari dan menyaring hal-hal yang positif dan negatif dari aspek-aspek yang disebutkan tadi, kemudian memanfaatkan ilmunya untuk berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Kesulitan tentu cukup banyak. Yang paling utama mungkin dari segi mempelajari intisari materi pelajaran yang tentunya ditulis menggunakan Bahasa Inggris yang cukup berat. Orang tua saya juga kerap mengingatkan agar tidak sepenuhnya terbawa dengan pemahaman dan jalan pikiran orang Barat yang kerap bertentangan dengan ajaran agama saya atau budaya Indonesia.

Selain itu, Banyak kosakata yang belum saya pahami dan gaya bahasa akademik tentu jauh berbeda dengan gaya bahasa yang biasa saya baca di novel. Yang terakhir, mungkin bagaimana memberanikan diri untuk berkontribusi dalam diskusi kelas di mana mayoritas adalah orang bule yang sudah sangat fasih berbahasa Inggris. 

Cara saya mengatasinya: pertama, pastinya dengan belajar lebih keras daripada yang lain. Saya menyisihkan lebih banyak waktu untuk membaca, karena saya tahu bahwa saya belum mampu membaca dan memahami isi bacaan dengan cepat. Kedua, mempelajari metode membaca yang efektif. Kemudian, saya secara pribadi, saya mencoba melatih diri saya untuk ‘mempertanyakan’ perkataan sang penulis di setiap paragraf, “apakah ini benar? Apa ada argument lain yang membuktikan sebaliknya?” Dengan begitu, saya bisa memahaminya lebih dalam dan memastikan bahwa saya tidak sepenuhnya terbawa sepenuhnya dengan pemikiran sang penulis. Ini adalah salah satu cara saya untuk mengingatkan diri sendiri bahwa metode atau jalannya orang Barat tidak selalu benar. Intinya, kita perlu selalu kritis terhadap informasi apapun yang kita dapatkan. 

Selain itu, saya akan selalu tebal muka saat berbicara dengan teman sekelas ataupun guru. Jangan pernah malu untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat dalam bahasa Inggris. Benar atau salah cara mengucapkannya tidak masalah, yang penting belajar dari kesalahan dan pastinya guru-guru dan teman-teman akan maklum dengan kemampuan bahasa kita. Selain itu, saya berusaha untuk selalu membaca materi kuliah dan artikel-artikel yang berkaitan dengan topik minggu tersebut agar selalu siap berkontribusi di dalam kelas.



Apa saja yang Nina pelajari di jurusan Studi Internasional dan Politik?

Hal-hal yang dapat dipelajari di jurusan saya sebenarnya sangat banyak, karena banyaknya modul yang ditawarkan pihak universitas. Secara pribadi, saya memilih modul-modul yang berfokuskan kepada studi Pembangunan (International Development) serta pemahaman budaya Islam dan Asia. 

Contohnya, di modul Power and Poverty (Kekuasaan dan Kemiskinan), saya belajar mengenai hubungan antara kekuasaan (pemerintah, perusahaan multi dan transnasional, media), kemiskinan dan pembangunan di dunia kontemporer. Materi yang dipelajari serta kelas-kelas saya memberikan saya kemampuan untuk memeriksa secara kritis polaritas geografis kekuasaan dan kekayaan yang dihasilkan oleh proses-proses pembangunan untuk berbagai kelompok orang di dunia. Kami belajar mengenai proses pembangunan dan hubungannya dengan lingkungan, perempuan, pariwisata, dan lain-lain dari aspek-aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Saya diharapkan dapat memahami dan menjelaskan bagaimana perbedaan dari sisi pembangunan di berbagai macam negara berasal, dan bagaimana cara mengatasinya, menganalisa dan mengkritik informasi dan mengetahui institusi-instritusi yang memberikan dampak positif dan negatif kepada proses pembangunan. 

Di modul-modul lain, saya belajar mengenai peradaban Islam di masa keemasan dan bagaimana sampai peradaban tersebut nyaris lenyap atau bisa dibilang telah hilang, serta memahami konsep-konsep kepemimpinan orang-orang Muslim di abad ke-20 di antaranya. Kalau politik, ya belajar mengenai instrumen-instrumen politik dari bagian legislatif, judisial dan eksekutif sampai pengaruh partai serta aksi sosial di sebuah negara. Saya juga belajar tentang konsep-konsep hubungan antar negara dari sisi hukum. 


Lalu, bagaiman perbedaan antara Australia dan Indonesia dari segi kondisi kelas, cara mengajar dosen, kurikulum, dan cara belajar mahasiswa yang ada di sana?

Sejujurnya saya kurang tahu tentang sistem kuliah di Indonesia. Selama saya di Indonesia juga, saya bersekolah di sekolah Islam dan sempat ke sekolah negeri hanya untuk satu semester sebelum pergi ke Singapura untuk melanjutkan studi. Jadi, mungkin saya orang yang kurang tepat untuk menjawab pertanyaan ini. Hehe. 

Kelas saya yang sekarang penuh dengan diskusi kelompok, debat dan presentasi dan juga kuis setiap minggunya. Guru sekedar menfasilitasi kelas dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk membuka ruang bagi diskusi. Dosen biasanya tidak terlibat dalam kelas dan sekedar memberi materi saat lecture. 

Cara belajar mahasiswa di sini tidak begitu intens. Normalnya kami hanya mengambil 4 modul dalam satu semester, tapi tidak jarang yang mengambil 2 atau 3 saja. Sedikitnya modul diharapkan agar para mahasiswa bisa mempelajari materi kuliah dengan lebih mendalam dan agar mereka dapat terlibat aktif dalam kegiatan non-akademik. Secara tidak langsung, yang saya pelajari di luar kelas dari hasil diskusi sebenarnya membantu dalam memahami materi kuliah dengan lebih dalam.


Apakah Nina kuliah menggunakan beasiswa? Kalau iya, apa namanya dan bagaimana cara applynya? 

Saat ini saya masih menggunakan biaya pribadi dan masih dalam proses mencari beasiswa untuk meringkankan beban orang tua. Tapi, dulu saya sempat mendapatkan beasiswa “merit award” dari pemerintah Singapura sekitar 6 tahun lalu yang membantu membiayai uang sekolah saat duduk di bangku secondary school dan junior college. Saat itu orangtua saya melihat iklan beasiswa tersebut di salah satu koran, lalu dari situ ikuti cara pendaftarannya. Awalnya fotokopi hasil rapor dan ujian nasional, lalu dari situ kalau lulus seleksi akan dilanjutkan dengan tahapan seleksi berikutnya.

Saat kuliah, saya belum mendapatkan beasiswa, tapi pernah mendapat potongan uang kuliah saat pertama kali masuk. Saya nggak apply untuk potongan ini, dan sejujurnya saya juga tidak tahu kenapa bisa dapat. Kata orang yang mendapatkan potongan biaya kuliah seperti saya, itu berdasarkan prestasi non-akademik. Monash sebenarnya menawarkan berbagai beasiswa yang tertera jelas di websitenya, tetapi untuk mendapatkannya lumayan kompetitif karena jumlah beasiswa yang ada tidak banyak.



Adakah tempat-tempat menarik yang pernah dikunjungi dan memiliki arti penting dalam hidup Nina? Di mana saja lokasi yang menarik itu? 

Kalau dibilang menarik, mungkin tempat-tempat ini bukan tipikal tempat menarik yang ada di benak orang-orang, tapi kelima tempat ini memiliki arti yang signifikan dalam hidup saya.

Pertama, Sekolah (TK dan SD) juara di Surabaya. Murid-murid di sekolah ini datang dari kalangan menengah ke bawah dan mereka bersekolah secara percuma/gratis. Saat itu saya diundang untuk menjadi juri saat memperingati hari Maulid Nabi Muhammad dan memberikan sedikit pidato motivasi. Yang membuat kunjungan saya begitu signifikan adalah interaksi saya dengan anak-anak tersebut. Masih teringat jelas di ingatan saya kekita mereka berdecak kagum melihat handphone saya yang touchscreen dan memiliki fitur stopwatch. Teringat juga saat mereka bertanya bagaimana saya bisa ke Singapura. “Kakak naik apa ke Singapura?”. Ketika saya menjawab pesawat, respon mereka “pasti mahal ya..”. Saya pun langsung menyadari betapa beruntungnya saya dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan dan betapa saya harus senantiasa bersyukur dengan apa yang saya miliki.  

Kedua, Rumah Yatim Piatu yang ada di dekat rumah keluarga saya di Tangerang. Saat pulang sekolah, setelah turun dari angkot, saya kerap menunjungi sebuah yayasan yatim piatu yang kebetulan ada di jalan menuju rumah. Yayasan tersebut menampung banyak yatim-piatu yang ditelantarkan oleh orang-tuanya, kebanyakan dari TKI, dan tidak sedikit dari mereka yang menyandang autis atau jenis penyakit lain. Disanalah titik awal saya mulai belajar untuk lebih bersimpati kepada orang lain. 

Ketiga, rumah susun salah satu saudara saya di kebon kacang. Rumah susun tersebut terletak persis di sebelah area mall Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Saya menginap selama beberapa hari di sana dan mengamati suasana sekitar. Terdapat dua keadaan yang sangat kontras: daerah rusun yang suasananya begitu memasyarakat dan sederhana, makan nasi campur di trotoar dan pesan dari abang-abang yang jualan sate madura di jalan, dan disebelahnya persis adalah mall-mall mewah yang menjual barang-barang yang harganya mungkin lebih banyak dari gaji satu bulan pegawainya dan orang-orang yang tinggal di sekitar mall tersebut. Mengingat keadaan kontras tersebut, saya selalu teringat dengan masalah bangsa ini yang dihadapi oleh ketidakrataan kondisi masyarakatnya, terutama dalam segi ekonomi.

Keempat, panti jompo yang pernah saya kunjungi di Singapura. Mendengarkan kisah-kisah penghuni panti tersebut yang kerap diwarnai raut muka sedih, kadang dibarengi dengan air mata, tentang bagaimana anaknya memilih untuk mengirim mereka kesana membuat saya tersentuh dan banyak berpikir. Dari situ saya membuat janji kepada diri sendiri untuk merawat sendiri kedua orangtua saya seandainya mereka sudah tua dan memerlukan bantuan. Terakhir, rumah nenek dan kakek saya di Turen, Malang. Rumah mereka sangat sederhana, di desa, jauh dari keramaian. 


Bagaimana dengan biaya hidup di Australia? Untuk akomodasi, konsumsi, dan transportasi? Apakah ada cara jitu untuk menghemat biaya?

Biaya hidup per tahun sekitar 15 ribu Dollar, tergolong mahal memang. Akomodasi bervariasi, tergantung pilihan tempat tinggal, bisa $130 ke atas. Kebetulan saya sudah pernah merasakan tinggal di studio apartemen dan shared house (ngekos di rumah orang). Memang lebih irit kalau tinggal di shared house, tapi apartemen memberikan ekstra privasi yang terkadang bisa dilihat jadi nilai tambah.
Konsumsi juga bergantung pribadi, sukanya masak atau makan di luar. Harga susu, telur dan barang-barang pokok hasil produksi lokal tergolong murah, tapi kalau harga makan di luar mahal. Biasanya $8 ke atas kalau restorannya di área perumahan, dan $15 kalau di daerah pusat kota. Transportasi juga bergantung jarak tempat tinggal dari universitas dan juga gaya hidup seseorang. Karena saya jalan kaki ke kampus, jadi pengeluarannya tidak banyak. 

Ada beberapa cara jitu dari saya. Yang mungkin dilakukan kebanyakan orang itu masak sendiri dan memperhatikan harga di supermarket saat diskon. Kalau tips paling jitu itu sering ke opportunity/thrift shop, atau ke Sunday Market. Mereka menjual barang-barang bekas yang kualitasnya masih bagus. Baju, jaket, celana, piring, aksesoris, tas, buku, furniture, hampir semua dijual. Harganya juga sangat miring (baju merek apapun, harganya turun jadi $5-$20). Karena saya sempat bekerja di sana selama beberapa bulan, saya sering diberi diskon tambahan. Jaket wool yang harga aslinya $180 di toko, saya dapatkan dengan harga $10. Set-set piring juga dijual dengan harga $4-$10 dibandingkan dengan berpuluhan dollar di toko.


Apakah Nina pernah mengalami Culture Shock? Jika iya, apakah itu dan bagaimana cara kamu untuk mengatasinya?

Culture shock pasti pernah. Saat di Singapura, saya belum terbiasa dengan disiplin serta kerja keras yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Fase kehidupan begitu cepat di sana. Cara mengatasinya, ya harus belajar membiasakan mendisiplinkan diri sendiri dengan membuat jadwal harian agar biasa bersaing dengan mereka. 

Di Australia, saya agak shock melihat betapa bebasnya kehidupan mereka. Semester pertama, diajak ke party dengan minuman keras dan berpelukan antar lawan jenis menjadi norma. Sesuatu yang saya coba hindari karena alasan agama dan prinsip pribadi. Awalnya saya bingung bagaimana cara menolaknya, peer pressure sangat besar karena ingin cepat-cepat “fit in”. Cara mengatasinya dengan menolak dan menjelaskan dengan baik-baik alasan kenapa saya tidak mau berpelukan atau minum minuman keras. Mereka kebanyakan akan mengerti.


Apakah Nina aktif di PPI? Atau, mungkin aktif dikegiatan lainnya? 

Saya sendiri tidak begitu aktif di PPI, tapi cukup aktif di organisasi-organisasi lain, baik sebagai anggota maupun pengurus. Saya aktif sebagai pengurus di MUISS, atau Monash University International Students Service. MUISS itu divisi dari badan eksekutif mahasiswa khusus bagi mahasiswa luar negeri. Tugas utama kita adalah menjadi badan representatif mahasiswa internasional, mengadvokasi hak, kepentingan dan mereka. Kami menyelenggarakan banyak kegiatan yang memiliki fokus di bidang akademis, servis serta mempromosikan budaya dan juga bekerja sama dengan berbagai pihak (khususnya pihak universitas dan pemerintah) dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa internasional baik dari sisi akademis, akomodasi, transportasi, bahasa, maupun masalah beradaptasi di australia. 

Dari segi aktivitas, kami mengadakan sesi-sesi pengembangan keterampilan (seperti public speaking, penanganan makanan dan alkohol, pertolongan pertama, memasak ala anak kos), pengembangan bahasa (sesi interaksi dan permainan untuk memperlancar kemampuan bahasa inggris) dan sesi informasi (untuk menjadi penduduk tetap, hak-hak sebagai pekerja). Kegiatan lainnya, kami membantu koordinasi perjalanan atau tur bagi mahasiswa internasional saat orientasi dan libur kuliah, pesta multikultural dengan permainan trivia, juga mengadakan hari santai di kampus dengan mendatangkan berbagai permainan di halaman kampus dan menyediakan makanan gratis. Kegiatan paling besar mungkin membantu koordinasi acara One World Festival yang diadakan setiap semester pertama, di mana klub-klub dan divisi-divisi di universitas bergabung dalam satu acara melalui berbagai pertunjukkan maupun kegiatan di stall masing-masih untuk merayakan berbagai budaya. Ada makanan-makanan gratis dari berbagai bangsa dan para mahasiswa yang tampil merepresentasikan dan memamerkan budaya mereka. 

Hal yang paling penting mungkin keterlibatan kami dalam memperjuangkan hak dan kepentingan pelajar internasional. Saya sendiri cukup aktif terlibat dalam kampanye yang menentang kebijakan pemerintah Australia yang menginginkan deregulasi universitas, baik dari skala nasional yang melibatkan banyak pelajar dari seluruh Australia berdemonstrasi di gedung parlemen sampai aksi damai di depan gedung administrasi universitas untuk menunjukkan pentingnya pendidikan agar tidak dikapitalisasi oleh pihak yang berkuasa yang dampaknya akan dirasakan melalui kenaikan biaya kuliah di tahun 2016 bagi mahasiswa baru. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak yang berwenang untuk membawa kasus kepentingan pelajar internasional ke pemerintah setempat agar segara mendapatkan solusi. Saya juga lumayan aktif sebagai pengurus kelompok Wom*n of Colour Collective, yaitu divisi khusus bagi perempuan ‘berwarna’. Di sana kami aktif mengadakan forum diskusi seputar gerakan feminisme, diskriminasi rasial, tokoh-tokoh wanita berwarna, terutama para feminis, juga pemutaran film seputar perjuangan wanita.

Kegiatan yang paling besar mungkin kampanye ‘I, TOO, AM MONASH’, yang bertujuan untuk menciptakan ruang bagi siswa yang mengalami stereotip rasial dan diskriminasi berbasis ras untuk berbagi cerita dan didengar. Kampanye ini juga berfokus pada stereotip dan celaan yang dialami oleh mahasiswa dan staf pribumi (Aboriginal) yang dialami mereka melalui sejarah penjajahan dan perlawanan pengalaman diskriminasi dengan cara yang unik. Kalau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Indonesia, saya pernah ikut berpartisipasi di dalam pertujukkan saman saat 17-an di tengah kota yang bertujuan untuk menunjukkan warga Melbourne spirit Bhineka Tunggal Ika melalui tarian yang penarinya dari berbagai latar belakang. Acaranya cukup besar dan diliput banyak pihak.

Untuk PPIA Monash sendiri, saya bukan bagian dari pengurus, dan juga tidak terlalu aktif. Mungkin cukup membantu dalam kegiatan language exchange dan menghadiri beberapa acara saja. Tapi saya tahu mereka melalukan banyak kegiatan-kegiatan menarik, dan yang paling besar adalah acara Soundsekerta. Acara tersebut diadakan tiap tahun, semacam pensi dimana mereka mendatangkan artis ternama dari Indonesia.


Terakhir, adakah tips yang bisa Nina bagikan untuk teman-teman para pelajar di Indonesia, tentang apa saja yang harus dipersiapkan sebelum mendaftar kuliah di Australia?

Pertama, sering-sering dan biasakan menggunakan bahasa Inggris di rumah, kalo bisa ajak keluarga berbahasa Inggris di rumah. 

Kedua, kosongkan gelasmu (otakmu), karena di Australia kamu akan mendapatkan banyak kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang tidak akan kamu dapatkan di Indonesia. Jangan punya pikiran bahwa kamu sudah tahu segala hal, dan terus semangat untuk mempelajari hal-hal baru.

Ketiga, bawa nyalimu. Menjadi kaum minoritas otomatis membuatmu jadi ambassador negara dan budaya/agamamu di negara lain. Orang-orang akan bertanya tentang masalah-masalah di negaramu, pendapatmu tentang isu tersebut, pengalamanmu dan semacamnya. Jangan takut jika dihadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dan berbanggalah jadi orang Indonesia.



Nah, demikian tadi cerita yang menarik dari sahabat kita Mustika Khairina. Bagaimana? Apakah kamu terinspirasi? Jangan sia-siakan kesempatan yang ada, jika kamu memiliki impian untuk kuliah di negara Australia, bergegaslah, dan selalu semangat! Jika kamu ingin mencari informasi yang lebih banyak mengenai dunia perkuliahan di luar negeri, baik itu Australia atau negara lain, kamu bisa pantau terus berkuliah.com. Salam sukses!
Nama

Afrika,26,Amerika,67,Amerika Serikat,81,Arab Saudi,13,Asia,237,Australia,75,Austria,13,Beasiswa,306,Beasiswa Amerika,4,Beasiswa Arab Saudi,5,Beasiswa Australia,14,Beasiswa Austria,2,Beasiswa Belanda,10,Beasiswa Belgia,1,Beasiswa Brunei Darussalam,2,Beasiswa Cina,10,Beasiswa Denmark,1,Beasiswa Filipina,3,Beasiswa Finlandia,1,Beasiswa Hongkong,1,Beasiswa Hungaria,1,Beasiswa India,2,Beasiswa Indonesia,3,Beasiswa Inggris,28,Beasiswa Irlandia,1,Beasiswa Jepang,14,Beasiswa Jerman,5,Beasiswa Kamboja,1,Beasiswa Kanada,3,Beasiswa Korea,2,Beasiswa Korea Selatan,5,Beasiswa Malaysia,6,Beasiswa Myanmar,1,Beasiswa New Zealand,3,Beasiswa Perancis,4,Beasiswa Polandia,1,Beasiswa Rumania,1,Beasiswa Selandia Baru,1,Beasiswa Sidney,1,Beasiswa Singapura,3,Beasiswa Skotlandia,1,Beasiswa Slovakia,1,Beasiswa Spanyol,1,Beasiswa Swedia,2,Beasiswa Swiss,3,Beasiswa Taiwan,1,Beasiswa Thailand,3,Beasiswa Tiongkok,1,Beasiswa Turki,5,Beasiswa Uni Emirat Arab,1,Beasiswa Uni Eropa,2,Beasiswa Vietnam,1,Belanda,37,Belgia,10,Brazil,2,Brunei Darussalam,7,Bulgaria,3,Ceko,4,Chili,3,Cina,30,Denmark,10,Destinasi,65,Eropa,313,Event,5,Exchange,26,Fakta Unik,82,Festival Indonesia,2,Filipina,8,Finlandia,16,Hong Kong,6,Hungaria,4,IELTS,6,India,37,Indonesia,113,Info Beasiswa,64,Info Jurusan,12,Info Universitas,34,Inggris,86,Interview,445,Interview di Amerika,13,Interview di Arab Saudi,5,Interview di Australia,23,Interview di Austria,4,Interview di Belanda,12,Interview di Belgia,8,Interview di Ceko,3,Interview di Cina,12,Interview di Damaskus,1,Interview di Denmark,4,Interview di Filipina,3,Interview di Finlandia,10,interview di Hungaria,1,Interview di India,9,Interview di Indonesia,4,Interview di Inggris,32,Interview di Irlandia,1,Interview di Italia,11,Interview di Jepang,22,Interview di Jerman,20,Interview di Kanada,8,Interview di Korea Selatan,28,Interview di Malaysia,1,Interview di Maroko,6,Interview di Meksiko,1,Interview di Mesir,8,Interview di New Zealand,17,Interview di Perancis,25,Interview di Polandia,12,Interview di Portugal,11,Interview di Rusia,3,Interview di Selandia Baru,4,Interview di Singapura,6,Interview di Skotlandia,2,Interview di Spanyol,16,Interview di Swedia,2,Interview di Swiss,2,Interview di Taiwan,5,Interview di Thailand,8,Interview di Tiongkok,9,Interview di Turki,9,Interview di Yaman,1,Interview di Yordania,5,Irlandia,10,Islandia,1,Italia,16,Jakarta,1,Jamaika,1,Jepang,60,Jerman,46,Kanada,27,Karir,13,Kazakhstan,1,Kolombia,4,Korea Selatan,44,Kuliner,21,kuliner khas daerah,7,Kuliner Mancanegara,14,Launching Buku,1,Lebanon,3,Lithuania,1,LPDP,4,Malaysia,27,Maroko,9,Media,249,Meksiko,7,Mesir,19,motivasi,2,New York,1,New Zealand,15,News,3,Norwegia,2,Paraguay,1,Perancis,48,Polandia,14,Portugal,15,PPI,6,Prancis,1,Press Release,1,Prestasi,1,Profil PPI,7,Profil Universitas,51,Qatar,2,Rekomendasi,1,Rumania,2,Rusia,13,Selandia Baru,24,Sidney,1,Simposium Internasional PPI Dunia 2016,6,Singapura,30,Skotlandia,4,Slovakia,1,Spanyol,24,Student Life,150,Studenthack,348,Surabaya,2,Swedia,19,Swiss,15,Taiwan,9,Thailand,13,Tiongkok,19,Tips,7,Tips Beasiswa,16,Tips Belajar Bahasa Inggris,9,Tips Kuliah ke Luar Negeri,89,Tips Travelling,6,Tips Umum Kuliah di Luar Negeri,105,Tips Umum Kuliah Di Negeri Sendiri,47,TOEFL,12,Tokoh Dunia,2,Tokoh Indonesia,20,Traveling,6,Turki,20,Uni Emirat Arab,1,Uni Eropa,2,Universitas,36,Universitas Terbaik,56,Uruguay,2,Vietnam,1,Yaman,1,Yogyakarta,3,Yordania,5,Yunani,3,
ltr
item
Berkuliah.com: Berbagi Cerita Perkuliahan di Monash University, Bersama Mustika Khairina
Berbagi Cerita Perkuliahan di Monash University, Bersama Mustika Khairina
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8OKGZufPoJElr7KbdsnEdHKJBImePlM-LzC3mQnziEMrtaTvZ6ILeVA1vUEe9K1cSris-tlENVx1Q1yvy_V8Ilq6lpI0ZenoXLyspU5KnFdZJjd6qS2r3vUyKyt2_OVGRwQ6nLSjtg_k/s1600/bbb.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8OKGZufPoJElr7KbdsnEdHKJBImePlM-LzC3mQnziEMrtaTvZ6ILeVA1vUEe9K1cSris-tlENVx1Q1yvy_V8Ilq6lpI0ZenoXLyspU5KnFdZJjd6qS2r3vUyKyt2_OVGRwQ6nLSjtg_k/s72-c/bbb.png
Berkuliah.com
http://www.berkuliah.com/2014/09/berbagi-cerita-perkuliahan-di-monash.html
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/2014/09/berbagi-cerita-perkuliahan-di-monash.html
true
6823463133590324440
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy