Nama saya Pratiwi Widya W, merupakan delegasi dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Polandia (PPI Polandia) yang hadir di Simposium Internas...
Nama saya Pratiwi Widya W, merupakan delegasi dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Polandia (PPI Polandia) yang hadir di Simposium Internasional PPI Dunia 2016 di Kairo, Mesir. Pada tanggal 24-29 Juli 2016 terdapat acara akbar pelajar Indonesia sedunia, yaitu Simposium Internasional PPI Dunia 2016 di Kairo, Mesir. Acara yang merupakan rapat tahunan ini diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia sedunia (PPI Dunia) dan dihadiri lebih dari 70 delegasi PPI Negara dan BEM.
Pada awalnya, ketua PPI Polandia beserta wakilnya berencana menghadiri Simposium Internasional tersebut. Tetapi mereka tidak jadi berangkat karena satu dan dua hal. Akhirnya saya mencoba mengajukan diri untuk menghadiri acara tersebut, dan pengajuan saya diterima oleh PPI Polandia. Tidak perlu menunggu lama, saya langsung mengajukan pembuatan Visa Mesir dengan bantuan KBRI Warsaw di Polandia. Dalam waktu beberapa jam setelah pengajuan, saya mendapatkan keputusan bahwa pengajuan visa saya diterima.
Saya yang memiliki hobi travelling ini merasa sangat beruntung memiliki kesempatan untuk mengunjungi Mesir selain karena gurun adalah destinasi impian saya, Visa Mesir juga terkenal susah untuk mendapatkannya. Saya masih teringat informasi bahwa ketika dua minggu sebelum keberangkatan, hanya empat orang delegasi dari kawasan Amerika dan Eropa yang visanya diterima, termasuk saya. Dapat dibayangkan betapa susahnya untuk mendapatkan Visa Mesir.
Saya pergi ke Kairo, Mesir naik pesawat dan berangkat dari Warsaw tanggal 22 Juli 2016 kemudian transit di Turki selama enam jam. Saya dilanda kebosanan yang besar saat menunggu pesawat lanjutan di dalam bandara Turki sehingga perasaan mengantuk terus datang. Setelah menunggu lama akhirnya pesawat lanjutan saya datang, dan kemudian saya langsung tertidur begitu menyentuh kursi pesawat.
Saya terus tidur di kursi samping jendela pesawat dan tidak memperhatikan siapa yang duduk di kursi sebelah. Yang saya ingat adalah ada wanita berkerudung memakai baju pink yang saya tebak mungkin berasal dari Malaysia. Dia sedikit menyenggol saya ketika akan duduk, tetapi saya acuhkan dan melanjutkan tidur. Di tengah perjalanan, saya dibangunkan oleh wanita berkerudung yang berbaju pink tersebut untuk menerima makanan dan minuman. Saya yang masih mengantuk mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Inggris. Setelah selesai makan, saya melanjutkan tidur lagi.
Di tengah perjalanan, wanita berkerudung yang berbaju pink itu membangunkan saya lagi untuk memberikan formulir isian yang harus diserahkan kepada imigrasi Kairo.
“Are you travelling alone?” tanya dia.
“Yes, I am,” jawab saya.
“Ok this is for you,” katanya sambil menyerahkan formulir.
“Thank you,” kata saya sambil tersenyum mengantuk, wanita tersebut pun hanya
tersenyum.
Akhirnya setelah terbang beberapa jam, pesawat saya mendarat di Kairo pada pukul 2 dini hari. Saya segera mengumpulkan kesadaran yang sudah hilang selama perjalanan. Sambil mengantuk saya berjalan keluar pesawat untuk menuju terminal. Begitu menyentuhkan kaki di terminal bandara, semua kantuk saya menghilang. Ingin sekali saya berteriak, I’m here!
Dengan perasaan semangat yang tiba-tiba muncul entah dari mana, saya langsung berjalan menuju imigrasi. Saya melihat antrian yang sangat panjang dan kebingungan di manakah saya harus antri. Tiba-tiba saya melihat wanita berkerudung yang berbaju pink itu lagi dan berinisiatif untuk bertanya ke dia.
“Is it for all passport?” tanya saya.
“Yes,” jawab dia sambil tersenyum.
Kemudian saya langsung antri di belakang dan mempersiapkan semua dokumen-dokumen. Saya hanya memiliki surat undangan Simposium Internasional, dan hanya membawa uang sedikit. Berdasarkan pengalaman melewati imigrasi super ketat, semua orang harus mempersiapkan dokumen yang lengkap, apalagi Mesir ini terkenal sebagai negara yang memiliki tingkat pertahanan border yang ketat. Tidak ingin terhambat di sini, saya mencoba untuk tetap tenang dan menyapa petugas imigrasi.
“Good morning,” salam saya sambil menyerahkan passport dan dokumen lain.
“You are travelling with your friend, right?” tanya petugas imigrasi.
Saya keheranan mengapa dia bertanya begitu. Karena saya datang sendiri maka
dengan tegas saya jawab, “No, I’m alone.”
Setelah itu petugas imigrasi mengembalikan paspor sambil memandangi saya. Dengan perasaan senang, saya langsung berjalan menuju tempat pengambilan bagasi dan kemudian menghadapi petugas lagi.
“Good morning,” kata saya sambil menyerahkan paspor.
“What are you doing here?” tanya petugas tersebut.
“I will attend a conference in Cairo,” jawab saya sambil tersenyum.
“Welcome to Egypt!” sambut petugas tersebut.
Dengan perasaan senang, saya keluar menuju pintu kedatangan dan duduk di ruang tunggu. Saya menghubungi pihak panitia simposium untuk mengabarkan bahwa saya sudah menunggu di bandara. Sekilas saya melihat wanita berkerudung yang berbaju pink itu lagi sedang mendorong trolinya menuju area parkir. Wah beruntung sekali pasti dia sudah ada yang menjemput, pikir saya.
Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya dua orang lelaki datang menghampiri saya dan bertanya menggunakan Bahasa Indonesia,
”Delegasi ya Mbak?”
“Iya,” jawab saya.
“Apakah sudah menunggu lama? Tadi kami juga menjemput delegasi yang pesawatnya
mendarat di terminal ini tetapi tidak menemukan Mbak Pratiwi,” katanya.
“Oh ya? Ada berapa banyak? Wah saya tidak tahu kalau ada orang Indonesia yang
pesawatnya juga mendarat di sini,” jawab saya.
Kemudian kami langsung pergi menuju tempat parkir mobil dan mereka membawa saya menuju home stay. Tempat ini merupakan tempat beristirahat khusus untuk delegasi yang datang lebih awal, sebelum semua dikumpulkan di Hotel Oasis. Setelah puas beristirahat, di home stay ini saya berkenalan dengan banyak orang, tidak hanya panitia tetapi juga delegasi yang datang lebih awal. Kemudian ada salah satu panitia memberi informasi bahwa ada delegasi yang tinggal di home stay yang lain.
“Pukul dua dini hari tadi kami menjemput delegasi yang pesawatnya mendarat
bersamaan dengan Mbak Pratiwi, namanya Mbak Hana. Apakah Mbak Pratiwi kemarin
bertemu dia? Seandainya Mbak bersama dia, mungkin Mbak tidak perlu menunggu kami
lebih lama. Oh ya, nanti semua delegasi yang tinggal di home stay lain akan berkumpul
di sini termasuk Mbak Hana,” kata panitia tersebut.
“Hmm saya tidak tahu. Saya rasa kemarin ada orang berkerudung dan berbaju pink.
Kalau tidak salah dia duduk di sebelah saya. Eh..?” kemudian saya tersadar.
Jangan-jangan dia orang Indonesia?
“Loh Mbak Pratiwi tidak tahu apakah dia orang Indonesia atau bukan?” tanya panitia
tersebut dengan keheranan.
“Ngga, karena saya tidur terus dan berbicara dengan dia juga memakai Bahasa Inggris,”
jawab saya.
Setelah menunggu selama beberapa jam, rombongan delegasi yang tinggal di home stay lain sudah datang. Saya mencoba menengok. Dan benar saja, ada wanita berkerudung yang berbaju pink itu! Sambil menahan tawa, saya kemudian menghampirinya.
“Mbak!” sapa saya. Wanita tersebut yang akhirnya saya ketahui bernama Hana, terkejut
dan kemudian kami tertawa bersama.
“Astaga ternyata Mbak delegasi? Saya pikir Mbak orang Filipina,” seru Mbak Hana.
“Iya Mbak. Saya juga mengira Mbak ini orang Malaysia. Ya ampun kita lucu banget ya!
Bisa-bisanya kita ngga nyadar kalau teman sebelah kursi di pesawat adalah orang
Indonesia. Ngga heran kemarin petugas imigrasi nanya apakah saya datang bersama
teman,” kata saya.
Akhirnya kami menceritakan semuanya kepada panitia bahwa sebenarnya kami duduk bersebelahan di pesawat tetapi tidak menyadari bahwa kami berasal dari tanah air yang sama. Bahkan kami sempat berbicara dalam Bahasa Inggris, bukan dalam Bahasa Indonesia. Setelah pertemuan ini kami berdua tinggal di kamar yang sama di Hotel Oasis dan sempat berfoto bersama di piramida.
“Akhirnya kita kenal beneran ya,” kata saya sambil bercanda.
“Iya. Pertama kita tidak kenal ketika duduk sebelahan di pesawat, sekarang malah jadi
sekamar. Hahaha,” kata Mbak Hana.
Pada awalnya, ketua PPI Polandia beserta wakilnya berencana menghadiri Simposium Internasional tersebut. Tetapi mereka tidak jadi berangkat karena satu dan dua hal. Akhirnya saya mencoba mengajukan diri untuk menghadiri acara tersebut, dan pengajuan saya diterima oleh PPI Polandia. Tidak perlu menunggu lama, saya langsung mengajukan pembuatan Visa Mesir dengan bantuan KBRI Warsaw di Polandia. Dalam waktu beberapa jam setelah pengajuan, saya mendapatkan keputusan bahwa pengajuan visa saya diterima.
Saya yang memiliki hobi travelling ini merasa sangat beruntung memiliki kesempatan untuk mengunjungi Mesir selain karena gurun adalah destinasi impian saya, Visa Mesir juga terkenal susah untuk mendapatkannya. Saya masih teringat informasi bahwa ketika dua minggu sebelum keberangkatan, hanya empat orang delegasi dari kawasan Amerika dan Eropa yang visanya diterima, termasuk saya. Dapat dibayangkan betapa susahnya untuk mendapatkan Visa Mesir.
Saya pergi ke Kairo, Mesir naik pesawat dan berangkat dari Warsaw tanggal 22 Juli 2016 kemudian transit di Turki selama enam jam. Saya dilanda kebosanan yang besar saat menunggu pesawat lanjutan di dalam bandara Turki sehingga perasaan mengantuk terus datang. Setelah menunggu lama akhirnya pesawat lanjutan saya datang, dan kemudian saya langsung tertidur begitu menyentuh kursi pesawat.
Saya terus tidur di kursi samping jendela pesawat dan tidak memperhatikan siapa yang duduk di kursi sebelah. Yang saya ingat adalah ada wanita berkerudung memakai baju pink yang saya tebak mungkin berasal dari Malaysia. Dia sedikit menyenggol saya ketika akan duduk, tetapi saya acuhkan dan melanjutkan tidur. Di tengah perjalanan, saya dibangunkan oleh wanita berkerudung yang berbaju pink tersebut untuk menerima makanan dan minuman. Saya yang masih mengantuk mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Inggris. Setelah selesai makan, saya melanjutkan tidur lagi.
Di tengah perjalanan, wanita berkerudung yang berbaju pink itu membangunkan saya lagi untuk memberikan formulir isian yang harus diserahkan kepada imigrasi Kairo.
“Are you travelling alone?” tanya dia.
“Yes, I am,” jawab saya.
“Ok this is for you,” katanya sambil menyerahkan formulir.
“Thank you,” kata saya sambil tersenyum mengantuk, wanita tersebut pun hanya
tersenyum.
Akhirnya setelah terbang beberapa jam, pesawat saya mendarat di Kairo pada pukul 2 dini hari. Saya segera mengumpulkan kesadaran yang sudah hilang selama perjalanan. Sambil mengantuk saya berjalan keluar pesawat untuk menuju terminal. Begitu menyentuhkan kaki di terminal bandara, semua kantuk saya menghilang. Ingin sekali saya berteriak, I’m here!
Dengan perasaan semangat yang tiba-tiba muncul entah dari mana, saya langsung berjalan menuju imigrasi. Saya melihat antrian yang sangat panjang dan kebingungan di manakah saya harus antri. Tiba-tiba saya melihat wanita berkerudung yang berbaju pink itu lagi dan berinisiatif untuk bertanya ke dia.
“Is it for all passport?” tanya saya.
“Yes,” jawab dia sambil tersenyum.
Kemudian saya langsung antri di belakang dan mempersiapkan semua dokumen-dokumen. Saya hanya memiliki surat undangan Simposium Internasional, dan hanya membawa uang sedikit. Berdasarkan pengalaman melewati imigrasi super ketat, semua orang harus mempersiapkan dokumen yang lengkap, apalagi Mesir ini terkenal sebagai negara yang memiliki tingkat pertahanan border yang ketat. Tidak ingin terhambat di sini, saya mencoba untuk tetap tenang dan menyapa petugas imigrasi.
“Good morning,” salam saya sambil menyerahkan passport dan dokumen lain.
“You are travelling with your friend, right?” tanya petugas imigrasi.
Saya keheranan mengapa dia bertanya begitu. Karena saya datang sendiri maka
dengan tegas saya jawab, “No, I’m alone.”
Setelah itu petugas imigrasi mengembalikan paspor sambil memandangi saya. Dengan perasaan senang, saya langsung berjalan menuju tempat pengambilan bagasi dan kemudian menghadapi petugas lagi.
“Good morning,” kata saya sambil menyerahkan paspor.
“What are you doing here?” tanya petugas tersebut.
“I will attend a conference in Cairo,” jawab saya sambil tersenyum.
“Welcome to Egypt!” sambut petugas tersebut.
Dengan perasaan senang, saya keluar menuju pintu kedatangan dan duduk di ruang tunggu. Saya menghubungi pihak panitia simposium untuk mengabarkan bahwa saya sudah menunggu di bandara. Sekilas saya melihat wanita berkerudung yang berbaju pink itu lagi sedang mendorong trolinya menuju area parkir. Wah beruntung sekali pasti dia sudah ada yang menjemput, pikir saya.
Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya dua orang lelaki datang menghampiri saya dan bertanya menggunakan Bahasa Indonesia,
”Delegasi ya Mbak?”
“Iya,” jawab saya.
“Apakah sudah menunggu lama? Tadi kami juga menjemput delegasi yang pesawatnya
mendarat di terminal ini tetapi tidak menemukan Mbak Pratiwi,” katanya.
“Oh ya? Ada berapa banyak? Wah saya tidak tahu kalau ada orang Indonesia yang
pesawatnya juga mendarat di sini,” jawab saya.
Kemudian kami langsung pergi menuju tempat parkir mobil dan mereka membawa saya menuju home stay. Tempat ini merupakan tempat beristirahat khusus untuk delegasi yang datang lebih awal, sebelum semua dikumpulkan di Hotel Oasis. Setelah puas beristirahat, di home stay ini saya berkenalan dengan banyak orang, tidak hanya panitia tetapi juga delegasi yang datang lebih awal. Kemudian ada salah satu panitia memberi informasi bahwa ada delegasi yang tinggal di home stay yang lain.
“Pukul dua dini hari tadi kami menjemput delegasi yang pesawatnya mendarat
bersamaan dengan Mbak Pratiwi, namanya Mbak Hana. Apakah Mbak Pratiwi kemarin
bertemu dia? Seandainya Mbak bersama dia, mungkin Mbak tidak perlu menunggu kami
lebih lama. Oh ya, nanti semua delegasi yang tinggal di home stay lain akan berkumpul
di sini termasuk Mbak Hana,” kata panitia tersebut.
“Hmm saya tidak tahu. Saya rasa kemarin ada orang berkerudung dan berbaju pink.
Kalau tidak salah dia duduk di sebelah saya. Eh..?” kemudian saya tersadar.
Jangan-jangan dia orang Indonesia?
“Loh Mbak Pratiwi tidak tahu apakah dia orang Indonesia atau bukan?” tanya panitia
tersebut dengan keheranan.
“Ngga, karena saya tidur terus dan berbicara dengan dia juga memakai Bahasa Inggris,”
jawab saya.
Setelah menunggu selama beberapa jam, rombongan delegasi yang tinggal di home stay lain sudah datang. Saya mencoba menengok. Dan benar saja, ada wanita berkerudung yang berbaju pink itu! Sambil menahan tawa, saya kemudian menghampirinya.
“Mbak!” sapa saya. Wanita tersebut yang akhirnya saya ketahui bernama Hana, terkejut
dan kemudian kami tertawa bersama.
“Astaga ternyata Mbak delegasi? Saya pikir Mbak orang Filipina,” seru Mbak Hana.
“Iya Mbak. Saya juga mengira Mbak ini orang Malaysia. Ya ampun kita lucu banget ya!
Bisa-bisanya kita ngga nyadar kalau teman sebelah kursi di pesawat adalah orang
Indonesia. Ngga heran kemarin petugas imigrasi nanya apakah saya datang bersama
teman,” kata saya.
Akhirnya kami menceritakan semuanya kepada panitia bahwa sebenarnya kami duduk bersebelahan di pesawat tetapi tidak menyadari bahwa kami berasal dari tanah air yang sama. Bahkan kami sempat berbicara dalam Bahasa Inggris, bukan dalam Bahasa Indonesia. Setelah pertemuan ini kami berdua tinggal di kamar yang sama di Hotel Oasis dan sempat berfoto bersama di piramida.
“Akhirnya kita kenal beneran ya,” kata saya sambil bercanda.
“Iya. Pertama kita tidak kenal ketika duduk sebelahan di pesawat, sekarang malah jadi
sekamar. Hahaha,” kata Mbak Hana.