Di artikel ini kita akan membahas bagaimana caranya kuliah di luar negeri, namun tanpa menggunakan beasiswa. Bukannya kita meremehkan fungs...
Di artikel ini kita akan membahas bagaimana caranya kuliah di luar negeri, namun tanpa menggunakan beasiswa. Bukannya kita meremehkan fungsi beasiswa itu sendiri. Tetapi, mari kita berfikir out of the box sejenak dari pikiran ‘kuliah diluar negeri harus memakai beasiswa’.
Kalau kamu mempunyai jiwa berpetualang yang tinggi, pasti kamu akan merasa tertantang dan bisa melihat lebih jauh apa yang akan kita paparkan ini. Jika kamu ingin maju, kamu butuh tantangan dan tekanan. Anak muda butuh kondisi-kondisi kepepet untuk tumbuh.
Kondisi kepepet tersebut akan menghasilkan banyak ide segar. Tiba-tiba banyak jalan baru akan terbuka di depan kamu. Kamu menjadi lebih ringan dalam menjalaninya.
Berikut ini ada beberapa jurus kuliah di luar negeri tanpa beasiswa.
1. Pinjaman (student loan)
Kamu pernah dengar kisah salah satu pengusaha Indonesia yang kuliah di Singapura? Ya, namanya Merry Riana. Kamu tahu bagaimana Merry Riana bisa kuliah di NTU, Singapura? Ia membiayai kuliahnya dengan menggunakan pinjaman dari pemerintah Singapura. Dan, saat lulus kuliah, ia memiliki kewajiban sebesar Rp 200 juta yang harus dilunasi.
Dari situlah, ia kepepet. Dari kondisi kepepet tersebut, ia terus memutar otak, mencari cara untuk bisa melunasi hutangnya itu. Ia yakin, ia percaya, kalau dirinya bisa melunasi hutang sebesar itu, kedepannya ia akan jadi orang yang kreatif dalam mencari penghasilan.
Kamu bisa mengambil pinjaman yang periode cicilannya biasanya baru dimulai saat si peminjam sudah lulus dan bekerja, dan baru diharapkan lunas 10-20 tahun kemudian. Nggak semua orang yang kuliah di luar negeri tanpa beasiswa itu kaya raya. Mahasiswa asal Cina, India, dan Amerika Serikat sendiri berani mengambil pinjaman karena mereka tahu penghasilan mereka setelah lulus akan bisa meningkat signifikan. Anehnya, banyak calon mahasiswa Indonesia yang hanya berani menunggu beasiswa, entah sampai kapan, untuk mau kuliah.
Mengetahui kita memiliki hutang, menjadikan kita serius dalam menjalani kuliah. Kita juga semangat mencari uang untuk membayar hutang yang kita ambil untuk kuliah tersebut. Berani mengambil tantangan ini?
2. Donatur individu
Kamu bisa mendekati donatur individu yang potensial, misalnya alumni asal Indonesia dari sekolah yang ia tuju. Kamu bisa melakukan kampanye pengumpulan sumbangan dari masyarakat luas. Tidak sedikit juga orang-orang yang mengumpulkan sumbangan agar bisa kuliah. Mereka sukses membiayai sekolahnya, dan setiap semester mereka memberikan laporan dan ucapan terima kasih bagi para donatur.
Melalui teknik ini beban yang ada bisa didistribusikan ke banyak orang. Contoh kamu butuh biaya 100 juta rupiah. Jika kamu memiliki 25 donatur. Maka tiap donatur hanya perlu membantu kamu 4 juta rupiah per orang.
Alangkah lebih bagusnya lagi, jika kamu nantinya menjadi orang sukses. Kembalikanlah bantuan dari para donatur tersebut. Mereka pasti bangga atas prestasimu.
3. Kerja paruh waktu
Kamu bisa bekerja di sekolahnya sendiri misalnya sebagai teaching fellow, teaching assistant, researcher, assistant librarian, dan support assistant. Kamu juga bisa bekerja di luar kampus. Misalnya sebagai penulis, penerjemah, tour guide, tutor, researcher, bahkan profesi-profesi seperti pelayan, penjaga toko, pencuci piring atau mungkin malah sekalian buka bisnis di luar negeri. Itu bisa jadi pengalaman yang sangat menarik buat kamu. Kuliah diluar negeri, pernah jadi juragan tempe di Tokyo, keren kan dengernya? Hehehe.
Bahkan seorang mahasiswa Master di Jepang asal Indonesia, Rodiyan, sambil kuliah sambil menjadi penerjemah bahasa Indonesia dan Jepang. Dengan bermodal menguasai bahasa Jepang, ia bisa membiayai hidup di Jepang yang amat sangat mahal. Bahkan bisa untuk umroh.
Tidak sedikit lho orang yang bisa berhasil di luar negeri yang tadinya profesinya sebagai pencuci piring. Salah satunya Rudi Suparto, pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, yang punya usaha dan tinggal di Las Vegas, Amerika Serikat. Sudah banyak media yang meliputnya. Rudi adalah pemilik Wok Express, restoran cepat saji, yang terletak di jalan utama kawasan kasino, Las Vegas.
Bagi Rudi hidup di Amerika Serikat bukan hal mudah. Saat menginjak di negara itu pada 2005, mantan sales manajer ini tak bisa berbahasa Inggris. Akibatnya ia hanya bekerja sebagai tukang cuci piring. Namun, kondisi seperti itu tak membuat Rudi sedih. Hal itu justru dijadikan pelajaran. Hasilnya ia tahu cara memasak dan seluk beluk restoran. Dan berdirilah Wok Express.
Membiayai sekolah sendiri di luar negeri tanpa beasiswa memang repot: menyita energi, waktu, dan pikiran. Yah. Banyak sekali cara untuk membiayai kuliah di luar negeri. Tinggal tergantung usaha kita, tergantung cara pandang kita, dan kesungguhan kita untuk menggapai apa yang kita impikan.
4. Beasiswa dari Orangtua
Bersyukurlah kamu yang orangtuanya bisa membiayai kuliah kamu di luar negeri. Tanpa perlu repot-repot mendaftarkan beasiswa, kamu sudah bisa tenang dan cukup mempersiapkan persyaratan akademik untuk masuk kuliah. Tapi jangan pernah meremehkan derajat beasiswa dari orang tua. Pertanggungjawabkan tiap rupiah penggunaannya. Ucapkanlah terima kasih kepada mereka karena telah memberikan kesempatan kepada Kamu. Tunjukkan juga rasa terima kasihmu dengan prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Lebih bagus lagi kalau secepat mungkin kamu mandiri dan katakan bahwa Kamu tidak perlu dikirimi uang bulanan lagi.
Nah, ternyata banyak juga ya cara untuk tetap bisa kuliah di luar negeri tanpa beasiswa. Semuanya kembali lagi ke kemauan kita. Apakah kita benar-benar mau memperjuangkan mimpi-mimpi kita. Atau kita malah sibuk mencari alasan yang membenarkan kenapa kita tidak mungkin meraih mimpi tersebut.
Sudah terlalu banyak kisah orang yang mampu membiayai kuliahnya sendiri tanpa mengandalkan beasiswa. Jadi, tunggu apa lagi? Segera raih mimpimu untuk kuliah ke luar negeri sekarang juga.