Kunci pertama untuk menghadapi orang India adalah sabar. Budaya yang berbeda memaksa kita untuk ekstra sabar menghadapi mereka, karena pada...
Kunci pertama untuk menghadapi orang India adalah sabar. Budaya yang berbeda memaksa kita untuk ekstra sabar menghadapi mereka, karena pada dasarnya hal yang mereka lakukan adalah hal yang mereka anggap lumrah. Ada orang yang bertugas di bagian birokrasi yang senang sekali berbicara keras dan kadang menyakitkan hati. Pada dasarnya mereka tidak berbicara untuk memarahi atau menantang Kamu, semata-mata karena kebiasaan mereka. Kamu juga akan menjumpai hal yang sama ketika mendaftarkan diri di kepolisian. Ada juga yang terlalu santai, dan Kamu diminta untuk menunggu tapi dia tidak kembali memanggil Kamu sampai waktu yang lama.
Maka, solusinya adalah Kamu-lah yang harus aktif ketika mengurusi hal pribadi Kamu masing-masing. Memang secara logika Kamu-lah yang membutuhkan jasa mereka, maka Kamu diharuskan aktif mencari informasi. Ketika diminta untuk menunggu, maka Kamu menunggu. Tapi jika sudah dalam waktu yang lama, Kamu tetap diminta menunggu, maka sebaiknya Kamu katakan bahwa Kamu telah menunggu lama dan membutuhkan jasa mereka secepatnya. Sebaiknya Kamu selalu aktif berbicara kepada mereka, karena waktu Kamu juga terbatas. Yang paling penting, usahakan untuk datang awal, agar urusan cepat selesai sebelum kantor penuh dengan orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dengan Kamu.
Solusi terbaik adalah sebelum Kamu berangkat ke kota tujuan, Kamu bisa menghubungi terlebih dahulu mahasiswa Indonesia lainnya yang ada di kota Kamu untuk meminta bantuan mereka. Ada contact person untuk mahasiswa-mahasiswa yang sudah tinggal di India pada situs organisasi PPI India (www.ppiindia.co.in atau www.ppiindia.wordpress.com). Akan mempermudah Kamu jika Kamu bisa menghubungi seseorang terlebih dahulu, baik itu lewat telepon langsung, atau menggunakan Facebook dan Email. Mereka bisa membantu Kamu mengurus hal-hal yang Kamu butuhkan diawal kedatangan Kamu di India.
Untuk Kamu yang datang atas beasiswa ICCR India, Kamu juga harus melakukan hal yang sama. Mendaftar ulang sendiri, mencari rumah, dan mendapatkan izin tinggal. Sebelum itu semua dilaksanakan, uang beasiswa Kamu tidak akan diberikan. Maka, Kamu juga harus membawa uang yang cukup untuk hidup selama dua minggu pertama, dan tidak mengKamulkan uang dari ICCR. Bawalah uang dalam bentuk Rupee atau Dollar Amerika, karena uang Rupiah akan sulit untuk ditukar di India. Atau, Kamu bisa membawa kartu ATM yang berlabel Visa atau Cirrus, dan menarik uang tunai melalui ATM dari bank lokal. Untuk penarikan ini, akan dikenakan biaya sesuai dengan kebijakan masing-masing bank.
Secara ringkas, siapkanlah hal-hal berikut ini untuk mempermudah Kamu :
1. Berkas Kamu secara lengkap, dan fotokopi dari berkas asli. Sebaiknya Kamu menscan semua dokumen dan disimpan dalam dunia maya seperti email atau server online. Agar jika data asli Kamu hilang, masih ada salinannya yang bisa diakses setiap saat
2. Paspor asli beserta fotokopi (fotokopi passport dan visa India)
3. Foto ukuran paspor 20 buah (untuk berjaga)
4. Uang kas dalam bentuk Dollar Amerika atau Rupee India
5. Kontak mahasiswa Indonesia yang berada di kota tujuan Kamu
Tingkat Kesulitan Belajar di India
Tingkat kesulitan belajar di India bisa dibilang gampang-gampang susah. Variabel yang menentukannya sangatlah beragam. Mulai dari mata kuliahnya, teman-teman di kelas, kondisi lingkungan, kehadiran di kelas, tugas-tugas, sampai ujiannya. Akan tetapi semuanya nanti akan kembali kepada diri kita sendiri. Apakah kita sudah benar-benar siap dan serius dalam menjalani dunia perkuliahan di India. Jika iya, maka sukses pasti diraihnya. Seperti Susanto (S3 EFLU), saat menjalani program S2-nya di universitas yang sama, dia termasuk mahasiswa berprestasi dan lulus dengan nilai sangat memuaskan atau 'outstanding'. Karena prestasi tersebut juga dia berhasil mendapatkan beasiswa lagi untuk program S3. Ketekunannya dalam mendalami bidang linguistik juga menjadikannya diakui, sudah banyak seminar yang dia berikan di mancanegara seperti di Australia dan China. Begitu juga dengan Ahmad Qisai (alumni), keseriusannya belajar menjadikan dia mampu menyelesaikan program S1, S2 dan S3 di India secara tepat waktu berturut-turut. Saat berumur 27 tahun, gelar Ph.D. sudah didapatnya.
Tapi ada juga beberapa mahasiswa yang gagal menyelesaikan kuliahnya di sini. Alasannya pun bermacam-macam. Dari malas datang ke kampus, tidak mengerjakan tugas, materi kuliah yang terlalu berat, sampai rendahnya kemampuan beradaptasi. Intinya dengan motivasi yang kuat dibarengi dengan tindakan yang sejalan dan konsisten kita pasti bisa sukses kuliah di India. P.M. Faiz (Mantan ketua PPI India) berkata,” Tidak akan kita berhasil dan maju jika hanya mengKamulkan brand dari ketenaran India dalam menghasilkan lulusan-lulusannya yang berkualitas. Tanpa ada keseriusan dan kesungguhan yang benar, maka jangan diharapkan kita bisa lulus dengan lenggang-kangkung. Kompetisi di sini sangat ketat, meleng sedikit, blass. Hancur rencana perkuliahan selama satu tahun.” Jadi kita harus benar-benar serius dalam menerima semua pelajaran dan mengerjakan semua tugas yang ada.
Selain itu, pola belajar juga perlu diperhatikan. Beberapa universitas di India masih menggunakan sistem ujian tahunan, kebanyakan bagi mahasiswa S1. Jadi proses belajar yang kita lakukan haruslah bertahap sedikit demi sedikit. Sistem Kebut Semalam tidak bisa digunakan di India. Kita harus selalu mereview dan mempelajarai bahan kuliah dari hari ke hari. Begitu pula dengan tugas-tugas yang diberikan. Sebaiknya Kamu langsung mulai mengerjakaan di waktu tugas tersebut diberikan. Jadi beban yang Kamu miliki di akhir tahun akan berkurang. Belajar menjelang ujian tujuannya hanya untuk meninjau ulang bahan yang sudah pernah kita pelajari sebelumnya. Bukan belajar dari awal lagi.
