Inggris merupakan salah satu negara dengan perekonomian yang cukup tinggi dan stabil. Hampir seluruh orang di dunia tahu tentang Inggris. Ba...
Inggris merupakan salah satu negara dengan perekonomian yang cukup tinggi dan stabil. Hampir seluruh orang di dunia tahu tentang Inggris. Bahasanya yang mendunia membuat negara ini menjadi salah satu tujuan mahasiswa untuk kuliah. Simak wawancara kru berkuliah.com dengan Sofiana Dewi, mahasiswi S2 yang sedang kuliah di London.
Q : Kuliah di Universitas mana? Jurusan apa?
A : Nama saya Sofiana Dewi, saya dulu kuliah di London, di University of Westminster. Saya mengambil jurusan Marketing Communication dari Januari 2011 sampai dengan 2012. Program satu tahun Master.
Q : Di Inggris tinggal dimana? Asrama atau sewa rumah sendiri?
A : Kebetulan waktu itu ada satu teman yang berangkat lebih awal yaitu bulan September, waktu itu teman saya menyewa flat, masih menyisakan satu kamar kosong dan itu ditawarkan kepada saya.
Q : Mbak Sofi kuliah menggunakan beasiswa atau biaya sendiri?
A : Kebetulan saya beasiswa dari orang tua sendiri, hehehe. Ya saya biaya sendiri.
Q : Bagaimana dengan biaya hidup di Inggris menurut Mbak Sofie?
A : Kalau menurut saya biaya hidup di Inggris itu sangat relatif, setiap orang tentu berbeda-beda. Kayak misalnya kalau kita ditanya berapa biaya hidup di Jakarta kan bisa dibilang dari satu juta bisa dan sepuluh juta pun bisa. Akan tetapi sebelum saya berangkat kesana, yang diinfokan oleh British Council itu untuk biaya hidup standar per bulan sekitar 800 pound. Ini benar-benar biaya untuk biaya pokok misalnya makan dan transport, serta biaya tempat tinggal mungkin total bisa mencapai 1000 pound.
Q : Apakah mahasiswa di Inggris bisa kuliah sambil kerja?
A : Kalau untuk Master mungkin akan agak kerepotan, meskipun ada beberapa teman saya yang melakukan hal itu. Mereka kerja sekitar seminggu sekali atau dua kali, kerja sesuai dengan passion mereka yang penting tidak kasar. Ada juga yang bekerja seperti di restoran keluarga di London. Untuk teman-teman sarjana masih bisa mengatur jadwal kuliah sambil bekerja, tapi untuk pascasarjana kalau tidak bisa mengatur waktu dengan baik bisa keteteran.
Q : Menurut Mbak Sofi selama tinggal di Inggris, bagaimana karakter orang Inggris? Apakah ramah atau kasar?
A : Kalau menurut pengalaman saya selama satu tahun disini, orang-orang Inggris sangat ramah dan sangat sopan. Bila di bandingkan dengan orang Indonesia mungkin karakter orang Jawa lebih mirip dengan orang Inggris. Orang Inggris sangat sopan santun serta menjaga kata-kata saat berbicara. dalam berbicara juga sangat tertata dengan baik, sehingga kadang-kadang saat mereka menolak juga menggunakan kata yang halus, sampai kadang-kadang kita bingung mereka menolak atau enggak.
Contoh yang bisa saya gambarkan ketika mereka ditawari minuman. Orang barat pada umumnya kalau ditawari minum jika mau pasti mengatakan “Yes” dan kalau menolak mengatakn “No”. Hal yang saya tahu, orang Inggris jika menolak tidak mengatakan “No”, akan tetapi mereka mencari kata-kata yang lebih halus. Karena kata “No” didefinisikan sebagai kata yang kasar. Untuk mempelajari sopan-santun mereka yang sangat halusnya itu, kadang bagi saya memang sulit sekali membedakan. Mereka sangat sopan, jadi mungkin saking sopannya malah terkesan jadi kaku daripada orang di AS.
Q : Apakah Mbak Sofi hobi masak? Bagaiaman makanan disana?
A : Kalau untuk makanan misalnya malas masak, bisa beli dimana-mana banyak banget tempat dan bermacam-macam. Mulai dari salmon sampai vegetarian juga ada. Kalau menurut anjuran British Council tentang biaya per bulan 800 pound, kita mau tidak mau harus masak sendiri. Mulai dari yang tidak bisa masak sampai dengan bisa masak, dan bisa juga kadang-kadang kita kumpul bareng teman-teman buat masak bareng dan makan bareng.
Q : Apakah sering kumpul dengan teman-teman PPI?
A : Biasanya kalau ada acara sering sih, beberapa bulan disana saya pernah terlibat dalam PPI lukis sebagai salah satu pengurus. Jadi mungkin sangat intens kalau ada event besar pasti datang. Seperti 17 Agustus, Lebaran, terus nanti ada kunjungan kepala menteri dan kedutaan.
Q : Misalkan ada teman-teman yang akan kuliah di Inggris, kira-kira menurut Mbak Sofi apa aja yang perlu disiapkan?
A : Pertama untuk kuliah di Inggris tempatnya jauh dan yang kedua investasi atau biaya yang di keluarkan tidak sedikit. Tentunya ada dua jalur, yang satu jalur beasiswa pemerintah dan yang kedua jalur biaya sendiri dengan beasiswa dari orang tua. Kalau untuk jalur beasiswa pemerintah saya tidak bisa berbagi informasi karena saya belum pernah mendapatkannya. Tapi kalau menggunakan biaya sendiri, yang harus dilakukan jauh-jauh hari seperti yang saya lakukan adalah memilih universitas atau majornya, kemudian saya baru memilih negara. Saya melakukan itu sejak tiga tahun sebelum berangkat.
Kemudian saya juga menghitung seberapa investasi yang harus dikeluarkan sampai selesai. Waktu itu saya milih Inggris, Australia, dan Singapura. Akhirnya saya memilih Inggris karena ada program satu tahun. Setelah itu satu tahun sebelumnya saya menyiapkan Tes IELTS, waktu itu skor yang diperlukan untuk Major Marketing Communication sekitar 6,5, mungkin ada Major lain yang berbeda-beda. Ada yang 5 saja sudah cukup dan bahkan ada yang meminta 7.
Kemudian saya juga bertanya kepada teman-teman yang pernah kuliah di luar negeri, tentang apa saja yang perlu dipersiapkan. Kebetulan waktu itu ada satu komunitas yang namanya KAMI, mereka sangat senang memberikan tips tentang kuliah di luar negeri. Ada juga anggota komunitas yang membuat blog tentang kuliah di luar negeri.
Satu hal yang paling saya khawatirkan adalah mencari akomodasi, karena disana tidak ada kos-kosan mirip dengan Indonesia. Kebetulan pada periode saat saya masuk di bulan Januari merupakan periode yang tidak semua Major dibuka pada bulan itu. Kebanyakan tempat tinggal sudah ludes ditempati oleh mahasiswa yang masuk bulan September.
Tapi saya disarankan agar datang kesana, dan akan dibantu mencarikan sama-sama. Karena kalau dicarikan belum tentu nanti cocok dengan saya. Dari sisi biaya juga bisa bingung jika kita hanya menitip mencarikan, hal lain adalah ketika kita sudah mempersiapkan akomodasi sejak di Indonesia bisa terjadi penipuan. Banayak teman yang sharing tentang hal ini. Jika ingin mencari akomodasi lebih baik datang langsung dan carilah ketika kamu sudah berada di Inggris.
Untuk cuaca, bagi teman-teman yang masuk periode bulan September sampai dengan Januari akan terjadi musim dingin. Biasanya paling dingin di bulan Januari, jadi bisa disiapkan baju hangat. Kalau punya teman atau saudara disana akan lebih enak jika mereka yang jemput di bandara, karena akan terasa lebih aman dan tidak bingung.
Q : Apa sih yang Mbak Sofi rasakan ketika sudah pulang lagi ke Indonesia?
A : Selama satu tahun belajar di Inggris,
Pertama dengan sistem dan kurikulum yang berbeda, itu pastinya kita harus banyak baca buku, cari informasi, tanya-tanya, aktif, harus sering-sering di perpustakaan. Itu sedikit banyak bisa membentuk diri kita menjadi tahan banting dan mandiri. Kemudian disana, London itu adalah kota yang memiliki penduduk imigran terbesar, jadi akan banyak sekali orang dari berbagai negara dan berbagai latar. Ini membuat saya bisa belajar banyak tentang banyak hal dan banyak sekali karakter, budaya, serta kuliner. Misalnya hal yang kita anggap sopan belum tentu menurut mereka sopan.
Kemudian untuk sistem transportasinya sangat baik dan mendukung mobilitas saya dalam beraktivitas. Koneksi internetnya sangat cepat berbeda sekali dengan Indonesia, ini sangat memudahkan saya mencari informasi dari internet. Ketika saya pulang ke Jakarta, dan karena saya sudah terbiasa sendiri dalam melakukan segala hal jadi saya benar-benar melakukan dengan cara dan jalan saya.
Budaya membaca di Inggris sangat kuat sekali, masyarakatnya benar-benar bisa memanfaatkan waktu untuk membaca dan mencari informasi. Ini juga terbawa ketika saya pulang ke Indonesia, saya jadi sering update informasi melalui jejaring sosial atau yang lainnya. Jadi kesimpulannya ketika transportasi dan konetivitas sangat baik ini akan mendukung mobilitas orang-orang dalam bekerja dan akan menghasilkan produktivitas yang baik.
Q : Kuliah di Universitas mana? Jurusan apa?
A : Nama saya Sofiana Dewi, saya dulu kuliah di London, di University of Westminster. Saya mengambil jurusan Marketing Communication dari Januari 2011 sampai dengan 2012. Program satu tahun Master.
Q : Di Inggris tinggal dimana? Asrama atau sewa rumah sendiri?
A : Kebetulan waktu itu ada satu teman yang berangkat lebih awal yaitu bulan September, waktu itu teman saya menyewa flat, masih menyisakan satu kamar kosong dan itu ditawarkan kepada saya.
Q : Mbak Sofi kuliah menggunakan beasiswa atau biaya sendiri?
A : Kebetulan saya beasiswa dari orang tua sendiri, hehehe. Ya saya biaya sendiri.
Q : Bagaimana dengan biaya hidup di Inggris menurut Mbak Sofie?
A : Kalau menurut saya biaya hidup di Inggris itu sangat relatif, setiap orang tentu berbeda-beda. Kayak misalnya kalau kita ditanya berapa biaya hidup di Jakarta kan bisa dibilang dari satu juta bisa dan sepuluh juta pun bisa. Akan tetapi sebelum saya berangkat kesana, yang diinfokan oleh British Council itu untuk biaya hidup standar per bulan sekitar 800 pound. Ini benar-benar biaya untuk biaya pokok misalnya makan dan transport, serta biaya tempat tinggal mungkin total bisa mencapai 1000 pound.
Q : Apakah mahasiswa di Inggris bisa kuliah sambil kerja?
A : Kalau untuk Master mungkin akan agak kerepotan, meskipun ada beberapa teman saya yang melakukan hal itu. Mereka kerja sekitar seminggu sekali atau dua kali, kerja sesuai dengan passion mereka yang penting tidak kasar. Ada juga yang bekerja seperti di restoran keluarga di London. Untuk teman-teman sarjana masih bisa mengatur jadwal kuliah sambil bekerja, tapi untuk pascasarjana kalau tidak bisa mengatur waktu dengan baik bisa keteteran.
Q : Menurut Mbak Sofi selama tinggal di Inggris, bagaimana karakter orang Inggris? Apakah ramah atau kasar?
A : Kalau menurut pengalaman saya selama satu tahun disini, orang-orang Inggris sangat ramah dan sangat sopan. Bila di bandingkan dengan orang Indonesia mungkin karakter orang Jawa lebih mirip dengan orang Inggris. Orang Inggris sangat sopan santun serta menjaga kata-kata saat berbicara. dalam berbicara juga sangat tertata dengan baik, sehingga kadang-kadang saat mereka menolak juga menggunakan kata yang halus, sampai kadang-kadang kita bingung mereka menolak atau enggak.
Contoh yang bisa saya gambarkan ketika mereka ditawari minuman. Orang barat pada umumnya kalau ditawari minum jika mau pasti mengatakan “Yes” dan kalau menolak mengatakn “No”. Hal yang saya tahu, orang Inggris jika menolak tidak mengatakan “No”, akan tetapi mereka mencari kata-kata yang lebih halus. Karena kata “No” didefinisikan sebagai kata yang kasar. Untuk mempelajari sopan-santun mereka yang sangat halusnya itu, kadang bagi saya memang sulit sekali membedakan. Mereka sangat sopan, jadi mungkin saking sopannya malah terkesan jadi kaku daripada orang di AS.
Q : Apakah Mbak Sofi hobi masak? Bagaiaman makanan disana?
A : Kalau untuk makanan misalnya malas masak, bisa beli dimana-mana banyak banget tempat dan bermacam-macam. Mulai dari salmon sampai vegetarian juga ada. Kalau menurut anjuran British Council tentang biaya per bulan 800 pound, kita mau tidak mau harus masak sendiri. Mulai dari yang tidak bisa masak sampai dengan bisa masak, dan bisa juga kadang-kadang kita kumpul bareng teman-teman buat masak bareng dan makan bareng.
Q : Apakah sering kumpul dengan teman-teman PPI?
A : Biasanya kalau ada acara sering sih, beberapa bulan disana saya pernah terlibat dalam PPI lukis sebagai salah satu pengurus. Jadi mungkin sangat intens kalau ada event besar pasti datang. Seperti 17 Agustus, Lebaran, terus nanti ada kunjungan kepala menteri dan kedutaan.
Q : Misalkan ada teman-teman yang akan kuliah di Inggris, kira-kira menurut Mbak Sofi apa aja yang perlu disiapkan?
A : Pertama untuk kuliah di Inggris tempatnya jauh dan yang kedua investasi atau biaya yang di keluarkan tidak sedikit. Tentunya ada dua jalur, yang satu jalur beasiswa pemerintah dan yang kedua jalur biaya sendiri dengan beasiswa dari orang tua. Kalau untuk jalur beasiswa pemerintah saya tidak bisa berbagi informasi karena saya belum pernah mendapatkannya. Tapi kalau menggunakan biaya sendiri, yang harus dilakukan jauh-jauh hari seperti yang saya lakukan adalah memilih universitas atau majornya, kemudian saya baru memilih negara. Saya melakukan itu sejak tiga tahun sebelum berangkat.
Kemudian saya juga menghitung seberapa investasi yang harus dikeluarkan sampai selesai. Waktu itu saya milih Inggris, Australia, dan Singapura. Akhirnya saya memilih Inggris karena ada program satu tahun. Setelah itu satu tahun sebelumnya saya menyiapkan Tes IELTS, waktu itu skor yang diperlukan untuk Major Marketing Communication sekitar 6,5, mungkin ada Major lain yang berbeda-beda. Ada yang 5 saja sudah cukup dan bahkan ada yang meminta 7.
Kemudian saya juga bertanya kepada teman-teman yang pernah kuliah di luar negeri, tentang apa saja yang perlu dipersiapkan. Kebetulan waktu itu ada satu komunitas yang namanya KAMI, mereka sangat senang memberikan tips tentang kuliah di luar negeri. Ada juga anggota komunitas yang membuat blog tentang kuliah di luar negeri.
Satu hal yang paling saya khawatirkan adalah mencari akomodasi, karena disana tidak ada kos-kosan mirip dengan Indonesia. Kebetulan pada periode saat saya masuk di bulan Januari merupakan periode yang tidak semua Major dibuka pada bulan itu. Kebanyakan tempat tinggal sudah ludes ditempati oleh mahasiswa yang masuk bulan September.
Tapi saya disarankan agar datang kesana, dan akan dibantu mencarikan sama-sama. Karena kalau dicarikan belum tentu nanti cocok dengan saya. Dari sisi biaya juga bisa bingung jika kita hanya menitip mencarikan, hal lain adalah ketika kita sudah mempersiapkan akomodasi sejak di Indonesia bisa terjadi penipuan. Banayak teman yang sharing tentang hal ini. Jika ingin mencari akomodasi lebih baik datang langsung dan carilah ketika kamu sudah berada di Inggris.
Untuk cuaca, bagi teman-teman yang masuk periode bulan September sampai dengan Januari akan terjadi musim dingin. Biasanya paling dingin di bulan Januari, jadi bisa disiapkan baju hangat. Kalau punya teman atau saudara disana akan lebih enak jika mereka yang jemput di bandara, karena akan terasa lebih aman dan tidak bingung.
Q : Apa sih yang Mbak Sofi rasakan ketika sudah pulang lagi ke Indonesia?
A : Selama satu tahun belajar di Inggris,
Pertama dengan sistem dan kurikulum yang berbeda, itu pastinya kita harus banyak baca buku, cari informasi, tanya-tanya, aktif, harus sering-sering di perpustakaan. Itu sedikit banyak bisa membentuk diri kita menjadi tahan banting dan mandiri. Kemudian disana, London itu adalah kota yang memiliki penduduk imigran terbesar, jadi akan banyak sekali orang dari berbagai negara dan berbagai latar. Ini membuat saya bisa belajar banyak tentang banyak hal dan banyak sekali karakter, budaya, serta kuliner. Misalnya hal yang kita anggap sopan belum tentu menurut mereka sopan.
Kemudian untuk sistem transportasinya sangat baik dan mendukung mobilitas saya dalam beraktivitas. Koneksi internetnya sangat cepat berbeda sekali dengan Indonesia, ini sangat memudahkan saya mencari informasi dari internet. Ketika saya pulang ke Jakarta, dan karena saya sudah terbiasa sendiri dalam melakukan segala hal jadi saya benar-benar melakukan dengan cara dan jalan saya.
Budaya membaca di Inggris sangat kuat sekali, masyarakatnya benar-benar bisa memanfaatkan waktu untuk membaca dan mencari informasi. Ini juga terbawa ketika saya pulang ke Indonesia, saya jadi sering update informasi melalui jejaring sosial atau yang lainnya. Jadi kesimpulannya ketika transportasi dan konetivitas sangat baik ini akan mendukung mobilitas orang-orang dalam bekerja dan akan menghasilkan produktivitas yang baik.