Jerman merupakan salah satu Negara favorit yang menjadi tujuan kuliah mahasiswa Indonesia setelah Perancis. Meskipun berbeda bahasa dan loka...
Jerman merupakan salah satu Negara favorit yang menjadi tujuan kuliah mahasiswa Indonesia setelah Perancis. Meskipun berbeda bahasa dan lokasinya jauh, banyak juga yang tertarik kesini. Lalu bagaimana pandangan mahasiswa Indonesia di Jerman mengenai Negara Jerman? Berikut wawancara kru berkuliah.com bersama Dwi Cahyono, mahasiswa S2 di Jerman.
Di Universitas mana kamu kuliah dan sejak tahun berapa? Jurusan apa yang diambil?
S1 STT Telkom Bandung, dengan beasiswa Dikti lanjut S2 untuk Universitas Duisburg-Essen mengambil jurusan Teknik Elektro. Sejak tahun kemaren, baru 1 semester.
Q : Bagaimana karakteristik orang Jerman?
A : Secara fisik jelas sangat berbeda dan secara karakter sangat berbeda. Pertama kali datang ke Jerman memang sangat susah dalam beradaptasi. Orang Eropa dan orang Asia memiliki karakter yang berbeda, dari budaya, kebiasaan, dan komunikasi pun juga berbeda. Sayangnya orang Jerman lebih merasa terbuka dengan orang sesama Eropa atau dari Amerika. Sehingga ini banyak menimbulkan pertanyaan di antara kami. Orang Jerman sering kali memandang remeh orang Asia, karena dipandang tidak banyak bisa melakukan apa-apa. Jadi saya menyimpulkan, kalau kamu ingin membaur dengan orang Jerman, maka tunjukkan seperti apa diri kamu.
Untuk pertama kali memang sangat susah untuk berkenalan. Tapi jika sudah cukup lama mengenal maka semuanya akan lancar. Sebenarnya orang Jerman juga baik, mungkin karena kita orang asing saja. Hal yang membedakan orang tua Jerman dengan pemuda Jerman adalah, orang tua lebih terkesan sopan daripada orang yang lebih muda. Pemuda Jerman lebih terkesan songong, jahil, dan sombong. Saya juga tidak terlalu tahu kenapa.
Q : Dimana mas Cahyo tinggal?
A : Saya tinggal mirip sekali dengan asrama. Asrama inimemang disediakan khusus oleh kampus dimana saya kuliah.
Q : Apakah tinggal di asrama sudah termasuk satu paket dengan beasiswa?
A : Beasiswa itu mencakup semuanya, akan tetapi itu semuanya tinggal bagaimana kita pintar dalam mengatur keuangan. Uang beasiswa ini memang termasuk dengan tempat tinggal, namun saya mencari kembali tempat tinggal yang semurah-murahnya. Saya mendapatkan tempat yang murah dan lumayan nyaman yaitu asrama yang disediakan oleh kampus.
Q : Apakah benar di Jerman, untuk sekolah negeri digratiskan?
A : Ya memang benar, di provinsi NRW memang digratiskan karena gubernurnya menggratiskan. Kalau nanti ada gubernur baru, belum tentu digratiskan lagi. Itu semua tergantung dengan kebijakan pemerintahnya.
Q : Karena digratiskan, apakah jarang ada beasiswa ke Jerman?
A : Masih banyak, pemerintah juga masih memberikan beasiswa kepada banyak mahasiswa yang ingin kuliah di Jerman baik dari Uni Eropa maupun dari Asia dan berbagai negara dari benua lain. Maksudnya gratis bukan gratis cuma-cuma, akan tetapi masih ada biaya yang harus dibayar menggunakan biaya sendiri seperti tiket semester sekitar 254 Euro per semester.
Q : Apa yang dilakukan jika uang sudah tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari dan apakah bisa sambil kerja part time?
A : Saya memang belum terlalu mengerti, akan tetapi menurut pengalaman saya mengobrol dengan teman lain, banyak juga yang nekat datang ke Jerman dengan uang pas-pasan. Di Jerman mudah mencari pekerjaan, bukan merupakan hal sulit kalau kamu bisa menguasai bahasa minimal bahasa Inggris. Apalagi kalau kamu pintar bahasa Jerman, kamu akan mudah pergi kemanapun dan melakukan hal apapun.
Hidup di Jerman sangat enak, karena fasilitasnya sangat memadai. Semua ini akan terasa kalau kamu punya kemampuan bahasa dan mungkin kemampuan khusus lain. Kerja serabutan di Jerman itu sangat dihargai.
Q : Apakah biaya hidup di Jerman termasuk mahal?
A: Biaya hidup lumayan sih, kalau dibandingkan dengan Indonesia memang sangat jauh. Tapi untuk segi makanan membutuhkan 30-40 Euro perbulan atau sekitar 500 ribuan. Jadi kalau ditotal selama satu bulan mulai dari tempat tinggal, biaya makan, asuransi kesehatan karena di Jerman harus menggunakan asuransi sekitar 6 juta per bulan. Itu jika kamu pintar mengatur uang, kalau tidak ya pasti bisa lebih tinggi dari itu. Semuanya juga tergantung dengan letak kota dan pribadi sendiri.
Q : Apakah kamu kesulitan dalam mencari makanan yang cocok dengan lidah orang Indonesia?
A : Kalau di Jerman setahu saya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Turki. Disini banyak sekali orang Turki, Maroko, atau Arab. Ini juga berhubungan dengan perang dunia zaman dulu, karena pada saat PD dulu orang-orang Turki dan Arab banyak datang ke Jerman, karena diminta oleh pemerintah Jerman. Jadi banyak sekali toko-toko Arab dan toko orang Turki. Kamu bisa dengan mudah menemukan kebab atau makanan lain. Biasanya di setiap toko juga ada label halal, jadi kamu tidak akan susah menemukan makan yang halal.
Q : Bagaimana dengan tempat ibadah?
A : Ya memang ga susah, tapi ya tidak sedekat seperti di Indonesia. Jaraknya sekitar 1 trem atau 10 menit lah.
Q : Apakah kamu pernah nonton Bayern Munchen?
A : Belum, karena jauh sekali dengan Munchen. Disini dekat dengan Borossia Dortmund, baru saja kemarin nonton pertandingan antara Dortmund vs Arsenal.
Q : Untuk teman-teman yang ingin kuliah di Jerman, menurut Mas Cahyo hal-hal vital apa aja yang perlu dipersiapkan jauh-jauh hari?
A : Pertama kali sebelum kuliah S1 mimpi untuk kuliah S2 itu ada banget. Tapi setelah lulus, saya bingung, mau kuliah lagi atau kerja. Saya galau banget, dan memang pusing, karena saya sudah ribet mengikuti proses penerimaan karyawan di perusahaan yang cukup besar lah sedangkan keinginan saya untuk kuliah juga besar karena saya juga menjalani rekrutmen beasiswa Dikti. Lalu setelah itu saya belajar bahasa Inggris dan Jepang.
Saya dulu malah mimpi ingin kuliah S2 di Jepang. Setelah 5 bulan saya habiskan mondar-mandir sekolah bahasa. Saya sadar ini menghabiskan waktu dan harus segera menentukan pilihan. Kemudian saya melamar beasiswa ke Jepang, ternyata sulit dan jalannya tidak terbuka. Lama sekali saya mencoba dan menunggu akan tetapi tidak diterima, mungkin karena tidak ada akses dan bahasanya terlalu sulit serta sudah jalannya seperti ini.
Kemudian saya berpikir kembali. Saya teringat mimpi pertama kali masuk kuliah S1 bahwa saya harus ke Jerman. Mimpi itu tertulis di tembok. Lalu mulai mencari informasi mengenai Jerman. Akhirnya saya pergi ke UI menemui teman saya, kemudian saya mendapatkan relasi k. Kemudian saya datang dan mengobrol segala macam. Saya kemudian menyiapkan semua syarat dan memenuhi semua syarat. Saya menulis syarat-syarat dengan bahasa Jerman, memang terasa mudah entah itu sudah jalannya atau bagaimana.
Akhirnya saya diterima di universitas ini. Di dikti saya masih tersendat dengan pengumuman tahap terakhir yang memang membuat galau. Ketika semuanya sudah oke tinggal berangkat, tapi ternyata belum melengkapi visa, ini yang membuat penasaran dan menghambat selama dua bulan. Saya juga bertanya-tanya kenapa visa kok ga keluar-keluar, karena saya pernah mendengar seseorang tidak jadi pergi karena visa yang tidak kunjung keluar.
Saya berpikir keras, dibatalkan saja dan bekerja disini atau bagaimana. Kemudian saya mencari info dengan mengontak langsung teman-teman di Jerman dan meminta bantuan untuk mengurusakan visa di ABH. ABH itu semacam kantor imigrasi disini. Lalu semuanya saya penuhi dan suruh menunggu beberapa hari. Setelah itu ternyata Alhamdulillah, akhirnya berangkat.
Yang paling penting harus disiapkan adalah mental yang tahan banting dan niat yang benar-benar mau sekolah atau mau kerja. Persiapan dari bahasa, bahasa Jerman menjadi bahasa ibu, makanya harus belajar bahasa Jerman dan bahasa Inggris harus mutlak. Dari segi persyaratan, ada beberapa persyaratan yang diminta oleh pemberi beasiswa, jadi semakin teman-teman berprestasi maka semakin tinggi kualifikasinya. Kenal dengan orang-orang penting di kampus seperti rektor atau dekan akan sangat membantu dan memudahkan kita. Surat rekomendasi yang diminta oleh pemberi beasiswa akan sangat kuat jika ditanda tangani oleh rektor. Hal ini akan mengesankan kamu benar-benar memiliki nilai.
Kapan Mas Cahyo lulus S1?
Belum ada satu tahun sih, sekitar 6 bulan yang lalu.
Q : Apa yang Mas Cahyo rasakan sampai saat ini sejak berada di Jerman?
A : Apa ya? Haha..pertama bersyukur banget, karena salah satu rencana dan ikhtiar sudah terlaksana. Kalau untuk pemikiran tentang Indonesia, semoga bisa berguna bagi negara setelah pulang dari sini.
Q : Apakah pendidikan di Jerman sangat ketat? Jika otak tidak kuat bakalan stress?
A : Oh iya benar sekali. Saya juga sempat merasakan stress, banyak juga yang merasakan itu. Karena ujiannya satu semester hanya satu kali, jika gagal ada kesempatan tiga kali, jika tiga kali masih gagal maka mahasiswa akan di DO. Sistem mata kuliah juga berbeda dengan mahasiswa, terserah mau masuk apa tidak yang penting mahasiswa memiliki hasil. Jika mahasiswa sangat niat, maka akan difasilitasi dengan baik.
Di Universitas mana kamu kuliah dan sejak tahun berapa? Jurusan apa yang diambil?
S1 STT Telkom Bandung, dengan beasiswa Dikti lanjut S2 untuk Universitas Duisburg-Essen mengambil jurusan Teknik Elektro. Sejak tahun kemaren, baru 1 semester.
Q : Bagaimana karakteristik orang Jerman?
A : Secara fisik jelas sangat berbeda dan secara karakter sangat berbeda. Pertama kali datang ke Jerman memang sangat susah dalam beradaptasi. Orang Eropa dan orang Asia memiliki karakter yang berbeda, dari budaya, kebiasaan, dan komunikasi pun juga berbeda. Sayangnya orang Jerman lebih merasa terbuka dengan orang sesama Eropa atau dari Amerika. Sehingga ini banyak menimbulkan pertanyaan di antara kami. Orang Jerman sering kali memandang remeh orang Asia, karena dipandang tidak banyak bisa melakukan apa-apa. Jadi saya menyimpulkan, kalau kamu ingin membaur dengan orang Jerman, maka tunjukkan seperti apa diri kamu.
Untuk pertama kali memang sangat susah untuk berkenalan. Tapi jika sudah cukup lama mengenal maka semuanya akan lancar. Sebenarnya orang Jerman juga baik, mungkin karena kita orang asing saja. Hal yang membedakan orang tua Jerman dengan pemuda Jerman adalah, orang tua lebih terkesan sopan daripada orang yang lebih muda. Pemuda Jerman lebih terkesan songong, jahil, dan sombong. Saya juga tidak terlalu tahu kenapa.
Q : Dimana mas Cahyo tinggal?
A : Saya tinggal mirip sekali dengan asrama. Asrama inimemang disediakan khusus oleh kampus dimana saya kuliah.
Q : Apakah tinggal di asrama sudah termasuk satu paket dengan beasiswa?
A : Beasiswa itu mencakup semuanya, akan tetapi itu semuanya tinggal bagaimana kita pintar dalam mengatur keuangan. Uang beasiswa ini memang termasuk dengan tempat tinggal, namun saya mencari kembali tempat tinggal yang semurah-murahnya. Saya mendapatkan tempat yang murah dan lumayan nyaman yaitu asrama yang disediakan oleh kampus.
Q : Apakah benar di Jerman, untuk sekolah negeri digratiskan?
A : Ya memang benar, di provinsi NRW memang digratiskan karena gubernurnya menggratiskan. Kalau nanti ada gubernur baru, belum tentu digratiskan lagi. Itu semua tergantung dengan kebijakan pemerintahnya.
Q : Karena digratiskan, apakah jarang ada beasiswa ke Jerman?
A : Masih banyak, pemerintah juga masih memberikan beasiswa kepada banyak mahasiswa yang ingin kuliah di Jerman baik dari Uni Eropa maupun dari Asia dan berbagai negara dari benua lain. Maksudnya gratis bukan gratis cuma-cuma, akan tetapi masih ada biaya yang harus dibayar menggunakan biaya sendiri seperti tiket semester sekitar 254 Euro per semester.
Q : Apa yang dilakukan jika uang sudah tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari dan apakah bisa sambil kerja part time?
A : Saya memang belum terlalu mengerti, akan tetapi menurut pengalaman saya mengobrol dengan teman lain, banyak juga yang nekat datang ke Jerman dengan uang pas-pasan. Di Jerman mudah mencari pekerjaan, bukan merupakan hal sulit kalau kamu bisa menguasai bahasa minimal bahasa Inggris. Apalagi kalau kamu pintar bahasa Jerman, kamu akan mudah pergi kemanapun dan melakukan hal apapun.
Hidup di Jerman sangat enak, karena fasilitasnya sangat memadai. Semua ini akan terasa kalau kamu punya kemampuan bahasa dan mungkin kemampuan khusus lain. Kerja serabutan di Jerman itu sangat dihargai.
Q : Apakah biaya hidup di Jerman termasuk mahal?
A: Biaya hidup lumayan sih, kalau dibandingkan dengan Indonesia memang sangat jauh. Tapi untuk segi makanan membutuhkan 30-40 Euro perbulan atau sekitar 500 ribuan. Jadi kalau ditotal selama satu bulan mulai dari tempat tinggal, biaya makan, asuransi kesehatan karena di Jerman harus menggunakan asuransi sekitar 6 juta per bulan. Itu jika kamu pintar mengatur uang, kalau tidak ya pasti bisa lebih tinggi dari itu. Semuanya juga tergantung dengan letak kota dan pribadi sendiri.
Q : Apakah kamu kesulitan dalam mencari makanan yang cocok dengan lidah orang Indonesia?
A : Kalau di Jerman setahu saya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Turki. Disini banyak sekali orang Turki, Maroko, atau Arab. Ini juga berhubungan dengan perang dunia zaman dulu, karena pada saat PD dulu orang-orang Turki dan Arab banyak datang ke Jerman, karena diminta oleh pemerintah Jerman. Jadi banyak sekali toko-toko Arab dan toko orang Turki. Kamu bisa dengan mudah menemukan kebab atau makanan lain. Biasanya di setiap toko juga ada label halal, jadi kamu tidak akan susah menemukan makan yang halal.
Q : Bagaimana dengan tempat ibadah?
A : Ya memang ga susah, tapi ya tidak sedekat seperti di Indonesia. Jaraknya sekitar 1 trem atau 10 menit lah.
Q : Apakah kamu pernah nonton Bayern Munchen?
A : Belum, karena jauh sekali dengan Munchen. Disini dekat dengan Borossia Dortmund, baru saja kemarin nonton pertandingan antara Dortmund vs Arsenal.
Q : Untuk teman-teman yang ingin kuliah di Jerman, menurut Mas Cahyo hal-hal vital apa aja yang perlu dipersiapkan jauh-jauh hari?
A : Pertama kali sebelum kuliah S1 mimpi untuk kuliah S2 itu ada banget. Tapi setelah lulus, saya bingung, mau kuliah lagi atau kerja. Saya galau banget, dan memang pusing, karena saya sudah ribet mengikuti proses penerimaan karyawan di perusahaan yang cukup besar lah sedangkan keinginan saya untuk kuliah juga besar karena saya juga menjalani rekrutmen beasiswa Dikti. Lalu setelah itu saya belajar bahasa Inggris dan Jepang.
Saya dulu malah mimpi ingin kuliah S2 di Jepang. Setelah 5 bulan saya habiskan mondar-mandir sekolah bahasa. Saya sadar ini menghabiskan waktu dan harus segera menentukan pilihan. Kemudian saya melamar beasiswa ke Jepang, ternyata sulit dan jalannya tidak terbuka. Lama sekali saya mencoba dan menunggu akan tetapi tidak diterima, mungkin karena tidak ada akses dan bahasanya terlalu sulit serta sudah jalannya seperti ini.
Kemudian saya berpikir kembali. Saya teringat mimpi pertama kali masuk kuliah S1 bahwa saya harus ke Jerman. Mimpi itu tertulis di tembok. Lalu mulai mencari informasi mengenai Jerman. Akhirnya saya pergi ke UI menemui teman saya, kemudian saya mendapatkan relasi k. Kemudian saya datang dan mengobrol segala macam. Saya kemudian menyiapkan semua syarat dan memenuhi semua syarat. Saya menulis syarat-syarat dengan bahasa Jerman, memang terasa mudah entah itu sudah jalannya atau bagaimana.
Akhirnya saya diterima di universitas ini. Di dikti saya masih tersendat dengan pengumuman tahap terakhir yang memang membuat galau. Ketika semuanya sudah oke tinggal berangkat, tapi ternyata belum melengkapi visa, ini yang membuat penasaran dan menghambat selama dua bulan. Saya juga bertanya-tanya kenapa visa kok ga keluar-keluar, karena saya pernah mendengar seseorang tidak jadi pergi karena visa yang tidak kunjung keluar.
Saya berpikir keras, dibatalkan saja dan bekerja disini atau bagaimana. Kemudian saya mencari info dengan mengontak langsung teman-teman di Jerman dan meminta bantuan untuk mengurusakan visa di ABH. ABH itu semacam kantor imigrasi disini. Lalu semuanya saya penuhi dan suruh menunggu beberapa hari. Setelah itu ternyata Alhamdulillah, akhirnya berangkat.
Yang paling penting harus disiapkan adalah mental yang tahan banting dan niat yang benar-benar mau sekolah atau mau kerja. Persiapan dari bahasa, bahasa Jerman menjadi bahasa ibu, makanya harus belajar bahasa Jerman dan bahasa Inggris harus mutlak. Dari segi persyaratan, ada beberapa persyaratan yang diminta oleh pemberi beasiswa, jadi semakin teman-teman berprestasi maka semakin tinggi kualifikasinya. Kenal dengan orang-orang penting di kampus seperti rektor atau dekan akan sangat membantu dan memudahkan kita. Surat rekomendasi yang diminta oleh pemberi beasiswa akan sangat kuat jika ditanda tangani oleh rektor. Hal ini akan mengesankan kamu benar-benar memiliki nilai.
Kapan Mas Cahyo lulus S1?
Belum ada satu tahun sih, sekitar 6 bulan yang lalu.
Q : Apa yang Mas Cahyo rasakan sampai saat ini sejak berada di Jerman?
A : Apa ya? Haha..pertama bersyukur banget, karena salah satu rencana dan ikhtiar sudah terlaksana. Kalau untuk pemikiran tentang Indonesia, semoga bisa berguna bagi negara setelah pulang dari sini.
Q : Apakah pendidikan di Jerman sangat ketat? Jika otak tidak kuat bakalan stress?
A : Oh iya benar sekali. Saya juga sempat merasakan stress, banyak juga yang merasakan itu. Karena ujiannya satu semester hanya satu kali, jika gagal ada kesempatan tiga kali, jika tiga kali masih gagal maka mahasiswa akan di DO. Sistem mata kuliah juga berbeda dengan mahasiswa, terserah mau masuk apa tidak yang penting mahasiswa memiliki hasil. Jika mahasiswa sangat niat, maka akan difasilitasi dengan baik.