New Zealand terkenal akan kualitas peternakan sapinya. Di sana sapi dibiarkan bebas begitu saja di padang rumput yang hijau karena sapi adal...
New Zealand terkenal akan kualitas peternakan sapinya. Di sana sapi dibiarkan bebas begitu saja di padang rumput yang hijau karena sapi adalah hewan yang mudah stres. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap produksi susunya. Kalian pastinya sudah tahu susu dari New Zealand sangat bagus. Banyak produksi susu dari sana yang diimpor ke Indonesia. Kami memiliki teman yang bersedia diwawancara mengenai kuliah di New Zealand. Namanya Rini Mayasari.
Saat ini Rini sedang menekuni program Master di Universitas Waikato jurusan Geografi. Dia datang ke sana pada tahun 2013. Sebelumnnya dia menyelesaiakan program S1 di Austria selama 3,5 tahun kemudian lanjut ke Amerika selama 1 tahun. Rini mendapatkan beasiswa penuh selama kuliah. Beasiswa ini meliputi biaya kuliah, tempat tinggal, transportasi dan uang saku yang ditanggung oleh Pemerintah New Zealand. Pada saat itu ada lowongan beasiswa dan Rini mencoba mengikuti seleksi tersebut. Jika dilihat lagi latar belakang pendidikannya, Rini memiliki kualitas yang bagus. Wanita ini sangat menjunjung tinggi nilai pendidikannya.
Budaya dan penduduk
New Zealand memiliki kebudaaan yang unik, perpaduan antara budaya Maori dan budaya New Zealand sendiri. Jika kalian jalan-jalan banyak sekali papan nama jalan atau petuntuk lainnya yang ditulis dengan bahasa Inggris dan bahasa Maori. Bahasa tersebut merupakan salah satu bahasa nasional di New Zealand. Terkadang warga lokal berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan bahasa Maori. Seperti di Indonesia masyarakat daerah pada umumnya menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan orang yang sesuku namun untuk yang beda suku menggunakan bahasa Indonesia.
Karakater orang sana ramah-ramah, mereka sangat terbuka dengan warga asing. Rini mengaku selama kuliah disana ketika ada kesulitan, para staf kampus akan membantunya. Warga sana juga nyaman untuk diajak bercanda dan sekedar ngobrol. Untuk kehidupan sosial Rini tidak pernah mengalami kesulitan. Bahkan ketika dia mengalami kesulitan dalam hal perkuliahannya, para profesor disana sangat terbuka bila ada yang membutuhkan bantuan. Tinggal mengiri email, pasti akan dibalas. Jadi sangat membantu sekali dalam menyelesaikan tugas perkuliahan.
Seputar biaya dan pendidikan
Biaya hidup di New Zealand cukup dengan 800 Dollar. Itu sudah termasuk biaya makan, internet, pulsa, jalan-jalan, transportasi dan tempat tinggal. Biaya sewa perbulan 500 Dollar. Di sini sewa rumah atau apartemen dibayar setiap minggu. Fasilitas tempat tinggal meliputi internet, jadi ketika bayar sewa sudah termasuk biaya internet. Kebetulan Rini tinggal di Hamilton, disana kotanya sangat sepi. Suasana sepi ini memberikan kondisi yang baik untuk belajar. Bila malam tiba, jarang warga sekitar yang keluar rumah.
Pendidikan disana difasilitasi dengan teknologi yang canggih. Juga diajar oleh profesor yang benar-benar ahli di bidangnya. Terutama bagi kalian yang ingin kuliah di bidang pengelolaan lingkungan. New Zealand menjadi salah satu contoh negara yang bagus dalam pengelolaan lingkungan. Jangan heran jika udara dan air disana sangat bersih dan segar. Kotoran sapi diolah kembali menjadi pupuk dan gas bio. Penduduk juga mencintai alam mereka, semua limbah pabrik diolah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.
Persiapan sebelum kuliah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika berniat kuliah di New Zealand. Perhatikan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan teman dan warga lokal. Teliti sebelum memilih jurusan. Bisa mencari informasi langsung melalui web universitas di sana. Karena di beberapa universitas meski nama jurusan sama namun sistem pengajaran berbeda. Carilah universitas yang memiliki banyak program riset. Masuklah pada universitas yang memang disukai. Karena nantinya kalian sendiri yang akan menjalankannya.
Persiapkan juga fisik yang benar-benar sehat. Pengalaman Rini, dalam satu hari di sana bisa mengalami 4 musim. Pagi hari akan terasa panas, siang hari berangin disusul hujan dan salju. Persiapkan jaket yang tebal dan obat-obatan. Saat pertama kali Rini datang ke New Zealand kebetulan musim panas namun cuaca berubah menjadi dingin dan bearangin. Jangan sampai sakit dan tidak bisa masuk kuliah.
Untuk yang muslim jangan khawatir tentang makanan. Di kota-kota banyak toko dan supermarket yang menjual makanan halal. Jaraknya juga tidak jauh, kalian tidak akan kesulitan dengan itu. Dalam hal beribadah, kebetulan kampus Rini menyediakan mushola. Laki-laki dan perempuan tempatnya dipisah. Jika ingin ke masjid di sana juga ada. Bahkan masjid disana sangat aktif. Jika bulan Ramadhan bisa tarawih dan mengaji. Waktunya sholat Jumat bagi laki-laki terlaksana dengan baik. Layaknya masjid di negara-negara Islam.
Toleransi disana memang sangat tinggi, warga lokal sangat menghargai dan menghormati perbedaan. Bisa dikatakan mudah dan aman untuk hidup di New Zealand terutama yang beragama muslim.
Rini bukanlah satu-satunya mahasiswa asal Indonesia, ada teman Indonesia lainnya juga yang menempuh pendidikan. Kebanyakan dari mereka mengambil program master. Jika kesulitan untuk mencari uang tambahan, kalian bisa kerja paruh waktu bahkan full time. Disana bebas untuk melakukannya tidak seperti di Malaysia yang ada larangan untuk part time. Asalkan pintar-pintar membagi waktu kuliah dan jam kerja. Apalagi saat banyak-banyaknya tugas, jangan sampai nilai turun drastis hanya karena lebih mementingkan kerja. Yang penting miliki niat yang kuat.
Berbagai pengalaman banyak Rini dapatkan disana. Diapun juga memiliki cara pandang yang luas tentang tanah air. Jika dibandingkan dengan New Zealand, kekayaan alam Indonesia jauh lebih banyak. Namun disana semua lingkungan dapat terawat dengan baik. Warga disana memiliki pandangan bahwa mereka hidup dan mengandalkan alam maka sepatutnya lingkungan harus dijaga dengan baik. Agar kelak anak cucu nantinya bisa menikamati alam yang hijau.
Hendaknya mereka yang menempuh pendidikan di luar negeri membagi ilmu untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Meski ini sangat berat namun harus optimis. Indonesia adalah negara yang besar maka dari itu tanah air membutuhkan orang yang pintar di berbagi bidang.
Semoga cerita Rini di atas dapat menambah pengetahuan. Persiapkan sebaik mungkin, perkuat niat dan tekad. Bagi kalian yang kesulitan mencari tempat tinggal, mahasiswa Indonesia di sana bersedia membantu.
Saat ini Rini sedang menekuni program Master di Universitas Waikato jurusan Geografi. Dia datang ke sana pada tahun 2013. Sebelumnnya dia menyelesaiakan program S1 di Austria selama 3,5 tahun kemudian lanjut ke Amerika selama 1 tahun. Rini mendapatkan beasiswa penuh selama kuliah. Beasiswa ini meliputi biaya kuliah, tempat tinggal, transportasi dan uang saku yang ditanggung oleh Pemerintah New Zealand. Pada saat itu ada lowongan beasiswa dan Rini mencoba mengikuti seleksi tersebut. Jika dilihat lagi latar belakang pendidikannya, Rini memiliki kualitas yang bagus. Wanita ini sangat menjunjung tinggi nilai pendidikannya.
Budaya dan penduduk
New Zealand memiliki kebudaaan yang unik, perpaduan antara budaya Maori dan budaya New Zealand sendiri. Jika kalian jalan-jalan banyak sekali papan nama jalan atau petuntuk lainnya yang ditulis dengan bahasa Inggris dan bahasa Maori. Bahasa tersebut merupakan salah satu bahasa nasional di New Zealand. Terkadang warga lokal berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan bahasa Maori. Seperti di Indonesia masyarakat daerah pada umumnya menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan orang yang sesuku namun untuk yang beda suku menggunakan bahasa Indonesia.
Karakater orang sana ramah-ramah, mereka sangat terbuka dengan warga asing. Rini mengaku selama kuliah disana ketika ada kesulitan, para staf kampus akan membantunya. Warga sana juga nyaman untuk diajak bercanda dan sekedar ngobrol. Untuk kehidupan sosial Rini tidak pernah mengalami kesulitan. Bahkan ketika dia mengalami kesulitan dalam hal perkuliahannya, para profesor disana sangat terbuka bila ada yang membutuhkan bantuan. Tinggal mengiri email, pasti akan dibalas. Jadi sangat membantu sekali dalam menyelesaikan tugas perkuliahan.
Seputar biaya dan pendidikan
Biaya hidup di New Zealand cukup dengan 800 Dollar. Itu sudah termasuk biaya makan, internet, pulsa, jalan-jalan, transportasi dan tempat tinggal. Biaya sewa perbulan 500 Dollar. Di sini sewa rumah atau apartemen dibayar setiap minggu. Fasilitas tempat tinggal meliputi internet, jadi ketika bayar sewa sudah termasuk biaya internet. Kebetulan Rini tinggal di Hamilton, disana kotanya sangat sepi. Suasana sepi ini memberikan kondisi yang baik untuk belajar. Bila malam tiba, jarang warga sekitar yang keluar rumah.
Pendidikan disana difasilitasi dengan teknologi yang canggih. Juga diajar oleh profesor yang benar-benar ahli di bidangnya. Terutama bagi kalian yang ingin kuliah di bidang pengelolaan lingkungan. New Zealand menjadi salah satu contoh negara yang bagus dalam pengelolaan lingkungan. Jangan heran jika udara dan air disana sangat bersih dan segar. Kotoran sapi diolah kembali menjadi pupuk dan gas bio. Penduduk juga mencintai alam mereka, semua limbah pabrik diolah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan.
Persiapan sebelum kuliah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika berniat kuliah di New Zealand. Perhatikan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan teman dan warga lokal. Teliti sebelum memilih jurusan. Bisa mencari informasi langsung melalui web universitas di sana. Karena di beberapa universitas meski nama jurusan sama namun sistem pengajaran berbeda. Carilah universitas yang memiliki banyak program riset. Masuklah pada universitas yang memang disukai. Karena nantinya kalian sendiri yang akan menjalankannya.
Persiapkan juga fisik yang benar-benar sehat. Pengalaman Rini, dalam satu hari di sana bisa mengalami 4 musim. Pagi hari akan terasa panas, siang hari berangin disusul hujan dan salju. Persiapkan jaket yang tebal dan obat-obatan. Saat pertama kali Rini datang ke New Zealand kebetulan musim panas namun cuaca berubah menjadi dingin dan bearangin. Jangan sampai sakit dan tidak bisa masuk kuliah.
Untuk yang muslim jangan khawatir tentang makanan. Di kota-kota banyak toko dan supermarket yang menjual makanan halal. Jaraknya juga tidak jauh, kalian tidak akan kesulitan dengan itu. Dalam hal beribadah, kebetulan kampus Rini menyediakan mushola. Laki-laki dan perempuan tempatnya dipisah. Jika ingin ke masjid di sana juga ada. Bahkan masjid disana sangat aktif. Jika bulan Ramadhan bisa tarawih dan mengaji. Waktunya sholat Jumat bagi laki-laki terlaksana dengan baik. Layaknya masjid di negara-negara Islam.
Toleransi disana memang sangat tinggi, warga lokal sangat menghargai dan menghormati perbedaan. Bisa dikatakan mudah dan aman untuk hidup di New Zealand terutama yang beragama muslim.
Rini bukanlah satu-satunya mahasiswa asal Indonesia, ada teman Indonesia lainnya juga yang menempuh pendidikan. Kebanyakan dari mereka mengambil program master. Jika kesulitan untuk mencari uang tambahan, kalian bisa kerja paruh waktu bahkan full time. Disana bebas untuk melakukannya tidak seperti di Malaysia yang ada larangan untuk part time. Asalkan pintar-pintar membagi waktu kuliah dan jam kerja. Apalagi saat banyak-banyaknya tugas, jangan sampai nilai turun drastis hanya karena lebih mementingkan kerja. Yang penting miliki niat yang kuat.
Berbagai pengalaman banyak Rini dapatkan disana. Diapun juga memiliki cara pandang yang luas tentang tanah air. Jika dibandingkan dengan New Zealand, kekayaan alam Indonesia jauh lebih banyak. Namun disana semua lingkungan dapat terawat dengan baik. Warga disana memiliki pandangan bahwa mereka hidup dan mengandalkan alam maka sepatutnya lingkungan harus dijaga dengan baik. Agar kelak anak cucu nantinya bisa menikamati alam yang hijau.
Hendaknya mereka yang menempuh pendidikan di luar negeri membagi ilmu untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Meski ini sangat berat namun harus optimis. Indonesia adalah negara yang besar maka dari itu tanah air membutuhkan orang yang pintar di berbagi bidang.
Semoga cerita Rini di atas dapat menambah pengetahuan. Persiapkan sebaik mungkin, perkuat niat dan tekad. Bagi kalian yang kesulitan mencari tempat tinggal, mahasiswa Indonesia di sana bersedia membantu.