Austria terkenal dengan sistem transportasinya yang baik dan banyak negara lain yang mengadopsi sistemnya tak terkecuali Indonesia. Udara di...
Austria terkenal dengan sistem transportasinya yang baik dan banyak negara lain yang mengadopsi sistemnya tak terkecuali Indonesia. Udara di sana sangat minim polusi. Karena warga sekitar lebih suka menggunakan transportasi umum dari pada pribadi. Simak perjalanan Rahmi yang berhasil kuliah di negeri Austria. Banyak jalan bila kalian ingin bersungguh-sungguh belajar di luar negeri. Kalian bisa menempuhnya dengan beasiswa atau program-program lainnya.
Perempuan yang menjujung tinggi nilai penididikan ini sedang melaksanakan studi S3-nya di Austria tepatnya di Vienna University of Technology (TUW) jurusan Water Resources System. Jika di Indonesia universitas ini seperti di ITB Bandung. Namanya Rahmiditya Silasari, dia menjalani pendidikannya berawal dari lowongan salah satu profesor di kampusnya yaitu ITB. Lowongan tersebut menawarkan mahasiswanya bisa kuliah di Austria dengan mengikuti program yang diselenggarakan yaitu profesor menawarkan pada mahsiswanya untuk melakukan riset yang profesor dapatkan dari instalasi pemerintah.
Dalam program ini mahasiswa harus bersedia mencari data dan melakukan riset di Austria. Selain itu mereka juga berkesempatan kuliah di sana. Dengan merekrut beberapa mahasiswanya, profesor tersebut dapat segera melakukan presentasi dan menawarkan makalahnya. Rahmi adalah salah satu yang beruntung mendapatkannya. Rahmi sendiri sudah menyelesaikan S1 dan S2-nya di ITB. Selain itu Rahmi juga membiayai kehidupannya disana memlalui gaji yang dia dapatkan dalam riset tersebut. Menyenangkan sekali bukan kalian bisa kuliah diluar negeri dan digaji melalui pekerjaan tersebut. Ibarat peribahasa, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Pendidikan yang diambil Rahmi tidak terlalu menyulitkan mahasiswanya. Karena kuliahnya berdasarkan riset maka dia juga harus selesai S3 selama 3 tahun sesuai dengan batas riset dan pendataan yang dilakukan. Sebenarnya tidak harus lulus 3 -4 tahun. Mereka bebas untuk menyelesaikan dalam waktu kapanpun karena tidak ada batasannya karena untuk sistem S3 tidak banyak tugas. Tetapi di setiap universitas memiliki program studi yang berbeda.
Di TUW untuk lulus hanya perlu 18 SQS saja untuk mendapatkan gelar S3. Selain itu bisa memilih sendiri kelas yang diinginkan sesuai bidang yang diminati. Contohnya saja mahasiswa jurusan Bahasa Jerman tidak harus mengikuti kelas dengan penyampaian bahasa Jerman. Mereka bisa memilih kelas internasionalnya saja yang menggunakan bahasa Inggris.
Biaya hidup di Austria
Biaya hidup menurut Rahmi tergantung setiap orang. Ada banyak pilihan tempat tinggal seperti asrama, apartemen, atau di rumah penduduk. Rahmi memilih tinggal di apartemen dengan dua kamar. Dari segi makanan, makanan yang ada di pinggir jalan biasa mematok harga hingga 50-60. Tapi lebih hemat memasak sendiri.
Budaya di Austria menurut pengalaman Rahmi, ada beberapa orang yang bersikap sombong saat ditanya. Sejauh yang Rahmi rasakan penduduknya ramah-ramah. Bahasa yang digunakan di Austria adalah bahasa jerman. Sebenarnya bila ingin bertanya dengan orang lokal lebih baik menggunakan bahasa Jerman karena akan mempermudah bersosialisasi.
Austria memiliki nilai toleransi yang tinggi tentang agama. Agama apa saja tidak menjadi masalah. Bagi yang beragama Islam jangan khawatir mengenai makanan dan tempat ibadah. Di Autsria banyak pedagang islam, tentunya mereka juga menjual makanan yang berlabel halal. Restoran halal juga banyak di setiap daerah. Pemerintah juga menyediakan toko-toko yang menjual makanan halal.
Di sana bisa ditemukan orang yang berpakaian muslim seperti megenakan hijab. Jadi bagi kalian yang muslim tidak perlu merasa aneh bila berkunjung di Austria. Di beberapa daerah sudah ada masjid. Di setiap masjid biasanya terdapat toko yang menjual berbagai perlengkapan Islam. Ada juga pasar muslim. Setiap akhir pekan Rahmi biasa mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan di masjid dan bisa berjumpa dengan warga Indonesia lainnya. Kegiatan ini sangat menarik untuk diceritakan. Saking tingginya nilai toleransi, mahasiswa Islam yang sedang kuliah boleh meminta izin pada dosen untuk melakukan sholat. Dan orang-orang disana tidak menganggapnya sebagai sebuah keanehan.
Beberapa tips yang bisa dilakukan
Beberapa tips disampaikan oleh Rahmi untuk yang ingin kuliah di sana. Banyak beasiswa yang bisa didapatkan. Salah satunya dengan program riset. Bahasa pengantar yang digunakan berbeda di setiap jenjangnya. Program S3 cukup dengan bahasa Inggris tapi bagi yang S1 dan S2 tidak hanya bahasa Inggris namun bahasa Jerman juga penting karena ada beberapa materi yang disampaikan dalam bahasa jerman. Bagi kalian yang berminat untuk S1 dan S2, persiapkan bahasa Jerman.
Kebetulan Rahmi tinggal di lingkungan yang banyak berjumpa dengan orang-orang luar negeri jadi bahasa Inggris sudah cukup membantu berkomunikasi. Orang-orang disana sangat terbuka dengan warga asing. Persiapan untuk terbiasa dengan cuaca yang dingin. Terkadang suhu dingin bisa mencapai minus 4-7 derajat Celcius. Tergantung dengan kondisi cuaca dan iklimnya.
Sekolah yang paling banyak diminati orang luar negeri adalah sekolah seni musik. Siapa yang tidak tahu dengan Beethoven dan Mozart sang legendaris yang ahli dalam dunia musik klasik. Hal ini yang menjadikan sekolah musik Austria menginternasional. Mereka juga diajarkan tentang olah vokal dan opera. Bagi kalian yang menyukai seni musik klasik atau opera mungkin Austria bisa menjadi pilihan. Bahkan setiap tahunnya selalu diadakan festival musik dari berbagai genre. Opera dan teater internasional di Austria bisa disaksikan setiap tahunnya. Jurusan lain yang diminati adalah teknik informatika, manajemen, dan masih banyak lainnya.
Kesan selama Rahmi tinggal di sana adalah orang -rangnya sangat disiplin, rapi, taat mengikuti aturan dan yang membuat kagum adalah berambisi dalam mengejar cita-cita mereka. Jadi bisa dipastikan mereka bukan orang yang hanya bersantai-santai untuk masa depannya. Selain itu mereka juga orang yang penasaran dengan budaya dari teman beda negara. Mereka tidak sungkan untuk bertanya atau sekedar ingin tahu. Mungkin ini akibat dari beragamnya penduduk Austria sehingga membuat mereka mudah untuk menerima perbedaan budaya.
Itulah cerita Rahmi yang menempuh pendidikan di Austria. Beasiswa dan riset yang digaji, mengapa tidak. Semoga cerita Rahmi dapat menginspirasi untuk belajar di Austria. Negara ini juga tidak sulit untuk ditinggali karena banyak kemudahan yang ditawarkan.
Perempuan yang menjujung tinggi nilai penididikan ini sedang melaksanakan studi S3-nya di Austria tepatnya di Vienna University of Technology (TUW) jurusan Water Resources System. Jika di Indonesia universitas ini seperti di ITB Bandung. Namanya Rahmiditya Silasari, dia menjalani pendidikannya berawal dari lowongan salah satu profesor di kampusnya yaitu ITB. Lowongan tersebut menawarkan mahasiswanya bisa kuliah di Austria dengan mengikuti program yang diselenggarakan yaitu profesor menawarkan pada mahsiswanya untuk melakukan riset yang profesor dapatkan dari instalasi pemerintah.
Dalam program ini mahasiswa harus bersedia mencari data dan melakukan riset di Austria. Selain itu mereka juga berkesempatan kuliah di sana. Dengan merekrut beberapa mahasiswanya, profesor tersebut dapat segera melakukan presentasi dan menawarkan makalahnya. Rahmi adalah salah satu yang beruntung mendapatkannya. Rahmi sendiri sudah menyelesaikan S1 dan S2-nya di ITB. Selain itu Rahmi juga membiayai kehidupannya disana memlalui gaji yang dia dapatkan dalam riset tersebut. Menyenangkan sekali bukan kalian bisa kuliah diluar negeri dan digaji melalui pekerjaan tersebut. Ibarat peribahasa, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Pendidikan yang diambil Rahmi tidak terlalu menyulitkan mahasiswanya. Karena kuliahnya berdasarkan riset maka dia juga harus selesai S3 selama 3 tahun sesuai dengan batas riset dan pendataan yang dilakukan. Sebenarnya tidak harus lulus 3 -4 tahun. Mereka bebas untuk menyelesaikan dalam waktu kapanpun karena tidak ada batasannya karena untuk sistem S3 tidak banyak tugas. Tetapi di setiap universitas memiliki program studi yang berbeda.
Di TUW untuk lulus hanya perlu 18 SQS saja untuk mendapatkan gelar S3. Selain itu bisa memilih sendiri kelas yang diinginkan sesuai bidang yang diminati. Contohnya saja mahasiswa jurusan Bahasa Jerman tidak harus mengikuti kelas dengan penyampaian bahasa Jerman. Mereka bisa memilih kelas internasionalnya saja yang menggunakan bahasa Inggris.
Biaya hidup di Austria
Biaya hidup menurut Rahmi tergantung setiap orang. Ada banyak pilihan tempat tinggal seperti asrama, apartemen, atau di rumah penduduk. Rahmi memilih tinggal di apartemen dengan dua kamar. Dari segi makanan, makanan yang ada di pinggir jalan biasa mematok harga hingga 50-60. Tapi lebih hemat memasak sendiri.
Budaya di Austria menurut pengalaman Rahmi, ada beberapa orang yang bersikap sombong saat ditanya. Sejauh yang Rahmi rasakan penduduknya ramah-ramah. Bahasa yang digunakan di Austria adalah bahasa jerman. Sebenarnya bila ingin bertanya dengan orang lokal lebih baik menggunakan bahasa Jerman karena akan mempermudah bersosialisasi.
Austria memiliki nilai toleransi yang tinggi tentang agama. Agama apa saja tidak menjadi masalah. Bagi yang beragama Islam jangan khawatir mengenai makanan dan tempat ibadah. Di Autsria banyak pedagang islam, tentunya mereka juga menjual makanan yang berlabel halal. Restoran halal juga banyak di setiap daerah. Pemerintah juga menyediakan toko-toko yang menjual makanan halal.
Di sana bisa ditemukan orang yang berpakaian muslim seperti megenakan hijab. Jadi bagi kalian yang muslim tidak perlu merasa aneh bila berkunjung di Austria. Di beberapa daerah sudah ada masjid. Di setiap masjid biasanya terdapat toko yang menjual berbagai perlengkapan Islam. Ada juga pasar muslim. Setiap akhir pekan Rahmi biasa mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan di masjid dan bisa berjumpa dengan warga Indonesia lainnya. Kegiatan ini sangat menarik untuk diceritakan. Saking tingginya nilai toleransi, mahasiswa Islam yang sedang kuliah boleh meminta izin pada dosen untuk melakukan sholat. Dan orang-orang disana tidak menganggapnya sebagai sebuah keanehan.
Beberapa tips yang bisa dilakukan
Beberapa tips disampaikan oleh Rahmi untuk yang ingin kuliah di sana. Banyak beasiswa yang bisa didapatkan. Salah satunya dengan program riset. Bahasa pengantar yang digunakan berbeda di setiap jenjangnya. Program S3 cukup dengan bahasa Inggris tapi bagi yang S1 dan S2 tidak hanya bahasa Inggris namun bahasa Jerman juga penting karena ada beberapa materi yang disampaikan dalam bahasa jerman. Bagi kalian yang berminat untuk S1 dan S2, persiapkan bahasa Jerman.
Kebetulan Rahmi tinggal di lingkungan yang banyak berjumpa dengan orang-orang luar negeri jadi bahasa Inggris sudah cukup membantu berkomunikasi. Orang-orang disana sangat terbuka dengan warga asing. Persiapan untuk terbiasa dengan cuaca yang dingin. Terkadang suhu dingin bisa mencapai minus 4-7 derajat Celcius. Tergantung dengan kondisi cuaca dan iklimnya.
Sekolah yang paling banyak diminati orang luar negeri adalah sekolah seni musik. Siapa yang tidak tahu dengan Beethoven dan Mozart sang legendaris yang ahli dalam dunia musik klasik. Hal ini yang menjadikan sekolah musik Austria menginternasional. Mereka juga diajarkan tentang olah vokal dan opera. Bagi kalian yang menyukai seni musik klasik atau opera mungkin Austria bisa menjadi pilihan. Bahkan setiap tahunnya selalu diadakan festival musik dari berbagai genre. Opera dan teater internasional di Austria bisa disaksikan setiap tahunnya. Jurusan lain yang diminati adalah teknik informatika, manajemen, dan masih banyak lainnya.
Kesan selama Rahmi tinggal di sana adalah orang -rangnya sangat disiplin, rapi, taat mengikuti aturan dan yang membuat kagum adalah berambisi dalam mengejar cita-cita mereka. Jadi bisa dipastikan mereka bukan orang yang hanya bersantai-santai untuk masa depannya. Selain itu mereka juga orang yang penasaran dengan budaya dari teman beda negara. Mereka tidak sungkan untuk bertanya atau sekedar ingin tahu. Mungkin ini akibat dari beragamnya penduduk Austria sehingga membuat mereka mudah untuk menerima perbedaan budaya.
Itulah cerita Rahmi yang menempuh pendidikan di Austria. Beasiswa dan riset yang digaji, mengapa tidak. Semoga cerita Rahmi dapat menginspirasi untuk belajar di Austria. Negara ini juga tidak sulit untuk ditinggali karena banyak kemudahan yang ditawarkan.