Jepang, siapa yang tidak kenal Jepang dengan teknologinya yang canggih dan mutakhir. Beberapa tahun lalu Jepang pernah dilanda tsunami besar...
Jepang, siapa yang tidak kenal Jepang dengan teknologinya yang canggih dan mutakhir. Beberapa tahun lalu Jepang pernah dilanda tsunami besar yang berdampak pada menurunnya kurs Amerika Serikat. Kuliah disana juga bukan hal yang mustahil lagi. Yuk simak wawancara bersama Irandi yang sedang menempuh pendidikan S3-nya di Jepang.
Irandi Pratomo adalah salah satu mahasiswa yang beruntung bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa. Irandi kuliah di Hiroshima University jurusan Kedokteran sejak 2012. Randi ditugaskan departeman paruf SKUI untuk berangkat ke Jepang. Untuk tahun awal Randi mengikuti program Research dengan minimal waktu 6 bulan hingga 2 tahun. Randi sendiri berhasil selesai dalam waktu 6 bulan saja. Kemudian dia mengikuti program kedua yaitu DSD dengan program studi selama 4 tahun.
Untuk saat ini Irandi tengah masuk pada tahun kedua. Irandi mengambil program spesial yaitu bukan sebuah program sarjana melainkan untuk profesi dokter. Jadi untuk S3 di Jepang Irandi tidak perlu melewati program S2. Program yang sedang Irandi jalankan merupakan hubungan relasi antara profesor UI dan Universitas Hiroshima. Beasiswa S3 Irandi dibiayai oleh pemerintah Jepang sendiri.
Kampus Hiroshima dibagi menjadi dua. Kampus pertama terletak di Igashi (terdapat jurusan teknik, IT, budaya dan lingkungan, ekonomi, teknologi pangan dan lainnya). Untuk kampus kedua ada di kota Hiroshima dengan jurusan kedokteran, dokter gigi, farmasi dan lainnya. Pendidikan Jepang sangat dilengkapi dengan fasilitas canggih. Misalnya saja fasilitas kedokteran gigi yang terus berkembang. Pendidikan Jepang secara umum dari dunia kedokteran adalah stepcell, yaitu tujuan teknologi pengobatan. Sistem ini digunakan agar para mahasiswa dapat memperoleh penelitian dengan akurat.
Keadaan budaya dan masyarakat
Etos kerja di Jepang memang sangat tinggi, bahkan Jepang menduduki peringkat paling atas karena kasus bunuh diri. Kebanyakan dari mereka karena gagal bersaing atau tidak mempunyai mental cukup untuk persaingan yang sangat kompetitif. Atau biasanya mereka akan mengurung diri di kamar jarang keluar selama bertahun –tahun. Hal ini terjadi karena perasaan minder yang luar biasa.
Menurut Iriandi etos kerja dan persaingan memang sangat tinggi. Apalagi mereka yang terbiasa hidup di lingkungan universitas internasional seperti Tohoku dan Kosaka yang memiliki kualitas tinggi. Terdapat beban yang berlipat dalam kuliah mereka. Universitas-universitas ini memiliki disiplin yang tinggi dan cara belajar yang cepat. Bila kalian ketinggalan maka sulit untuk mengejarnya. Semuanya kembali pada niat belajar masing-masing.
Menurut Irandi, orang Jepang sangat profesional. Berbeda dengan di Indonesia terkadang telpon jarang diangkat karena mungkin sedang rapat atau e-mail yang jarang dibals. Di Jepang, hal seperti itu tidak terjadi. Mereka benar-benar sangat teratur, disiplin dan senang membantu demi kelancaran bersama.
Kebudayaan di Jepang memiliki perbedaan dengan Indonesia. Kalau di Indonesia orang-orangnya lebih suka basa-basi sedangkan orang Jepang lebih frontal. Mereka lebih menahan diri untuk membuka pembicaraan jadi terlihat lebih kaku dan individualis. Perbedaan lain tentu saja dari segi bahasa. Tidak semua orang Jepang menguasai bahasa Inggris. Meskipun demikian, jika orang asing bertanya dengan bahasa Inggris, maka penduduk local akan mencarikan orang yang bisa berbahasa Inggris juga. Mereka memang senang membantu warga asing. Budaya mereka memang jarang ngobrol dan berkumpul tapi terhadap warga asing mereka cukup terbuka.
Tips kuliah di Jepang dari Irandi
Menurut Iriandi yang paling penting adalah bahasa Jepang, karena untuk program S1 dan S2 mereka akan diwajibkan untuk menguasai bahasa Jepang. Untuk S3, ada yang menggunakan bahasa Jepang, Inggris, atau bahkan dua-duanya. Kebetulan untuk Irandi bahasa Inggris saja sudah cukup. Namun ada temannya yang pada presentasi dan ujian harus menggunakan bahasa Jepang. Jadi mereka juga harus mengikuti pelatihan bahasa jepang.
Persiapkan bahasa Jepang dan Inggris sebaik mungkin sebelum kuliah di Jepang. Dengan menguasai bahasa tersebut kemungkinan untuk berinteraksi dengan warga sekitar jauh lebih mudah dan jika jalan-jalan tidak perlu takut tersesat. Karena banyak nama-nama daerah dan fasilitas umum yang menggunakan bahasa Jepang.
Beasiswa di Jepang cukup banyak juga. Terutama bagi PNS, bisa didapatkan melalui kantor atau pemerintah Jepang. Banyak-banyaklah cari informasi mengenai beasiswa, atau bisa bertanya pada teman-teman PPI di Jepang. Banyak jalan untuk mendapatkan infonya, jangan malas untuk bertanya. Persiapan budaya, ada baiknya membaca buku mengenai budaya di Jepang. Apa saja yang tidak boleh atau yang dianggap tidak sopan di Jepang. Tapi akan lebih baik bila terjun dan berinteraksi langsung dengan warga lokal karena itu akan mempercepat proses penyesuaian diri.
Kesan selama kuliah di Jepang
Kesan Iriandi yang didapatkan selama kuliah dan tinggal di jepang adalah tentunya transportasinya yang jauh berbeda dengan Indonesia. Transportasinya begitu nyaman, tepat waktu, bersih dan cepat. Lalu lintas sangat teratur, mereka benar-benar menaati peraturan. Kebiasaan orang Jepang yang suka bersepeda dan berjalan kaki membuat udara minim polusi.
Orang Jepang unggul dari segi disiplinnya, konsekuensinya, ketaatan dalam kerja dan hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Kita bisa belajar dari mereka mengenai hal itu. Meski mayoritas orang Jepang tidak beragama namun mereka sangat toleransi, terbuka dan menghargai sesama. Kita juga tidak menutup kemungkinan untuk terbuka dengan pola pandang mereka. Meski ada beberapa kesulitan yang dihadapi seperti jarang bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Tapi itu semua bisa dikesampingkan dahulu.
Capailah cita-cita setinggi langit. Selama masih ada kemauan, kesehatan, dan umur masih muda kenapa tidak. Bagi yang bingung mencari kampus di luar negeri mungkin Jepang bisa menjadi pilihan. Semoga informasi yang didapatkan bisa membantu dalam mencari informasi di Jepang.
Irandi Pratomo adalah salah satu mahasiswa yang beruntung bisa kuliah di luar negeri dengan beasiswa. Irandi kuliah di Hiroshima University jurusan Kedokteran sejak 2012. Randi ditugaskan departeman paruf SKUI untuk berangkat ke Jepang. Untuk tahun awal Randi mengikuti program Research dengan minimal waktu 6 bulan hingga 2 tahun. Randi sendiri berhasil selesai dalam waktu 6 bulan saja. Kemudian dia mengikuti program kedua yaitu DSD dengan program studi selama 4 tahun.
Untuk saat ini Irandi tengah masuk pada tahun kedua. Irandi mengambil program spesial yaitu bukan sebuah program sarjana melainkan untuk profesi dokter. Jadi untuk S3 di Jepang Irandi tidak perlu melewati program S2. Program yang sedang Irandi jalankan merupakan hubungan relasi antara profesor UI dan Universitas Hiroshima. Beasiswa S3 Irandi dibiayai oleh pemerintah Jepang sendiri.
Kampus Hiroshima dibagi menjadi dua. Kampus pertama terletak di Igashi (terdapat jurusan teknik, IT, budaya dan lingkungan, ekonomi, teknologi pangan dan lainnya). Untuk kampus kedua ada di kota Hiroshima dengan jurusan kedokteran, dokter gigi, farmasi dan lainnya. Pendidikan Jepang sangat dilengkapi dengan fasilitas canggih. Misalnya saja fasilitas kedokteran gigi yang terus berkembang. Pendidikan Jepang secara umum dari dunia kedokteran adalah stepcell, yaitu tujuan teknologi pengobatan. Sistem ini digunakan agar para mahasiswa dapat memperoleh penelitian dengan akurat.
Keadaan budaya dan masyarakat
Etos kerja di Jepang memang sangat tinggi, bahkan Jepang menduduki peringkat paling atas karena kasus bunuh diri. Kebanyakan dari mereka karena gagal bersaing atau tidak mempunyai mental cukup untuk persaingan yang sangat kompetitif. Atau biasanya mereka akan mengurung diri di kamar jarang keluar selama bertahun –tahun. Hal ini terjadi karena perasaan minder yang luar biasa.
Menurut Iriandi etos kerja dan persaingan memang sangat tinggi. Apalagi mereka yang terbiasa hidup di lingkungan universitas internasional seperti Tohoku dan Kosaka yang memiliki kualitas tinggi. Terdapat beban yang berlipat dalam kuliah mereka. Universitas-universitas ini memiliki disiplin yang tinggi dan cara belajar yang cepat. Bila kalian ketinggalan maka sulit untuk mengejarnya. Semuanya kembali pada niat belajar masing-masing.
Menurut Irandi, orang Jepang sangat profesional. Berbeda dengan di Indonesia terkadang telpon jarang diangkat karena mungkin sedang rapat atau e-mail yang jarang dibals. Di Jepang, hal seperti itu tidak terjadi. Mereka benar-benar sangat teratur, disiplin dan senang membantu demi kelancaran bersama.
Kebudayaan di Jepang memiliki perbedaan dengan Indonesia. Kalau di Indonesia orang-orangnya lebih suka basa-basi sedangkan orang Jepang lebih frontal. Mereka lebih menahan diri untuk membuka pembicaraan jadi terlihat lebih kaku dan individualis. Perbedaan lain tentu saja dari segi bahasa. Tidak semua orang Jepang menguasai bahasa Inggris. Meskipun demikian, jika orang asing bertanya dengan bahasa Inggris, maka penduduk local akan mencarikan orang yang bisa berbahasa Inggris juga. Mereka memang senang membantu warga asing. Budaya mereka memang jarang ngobrol dan berkumpul tapi terhadap warga asing mereka cukup terbuka.
Tips kuliah di Jepang dari Irandi
Menurut Iriandi yang paling penting adalah bahasa Jepang, karena untuk program S1 dan S2 mereka akan diwajibkan untuk menguasai bahasa Jepang. Untuk S3, ada yang menggunakan bahasa Jepang, Inggris, atau bahkan dua-duanya. Kebetulan untuk Irandi bahasa Inggris saja sudah cukup. Namun ada temannya yang pada presentasi dan ujian harus menggunakan bahasa Jepang. Jadi mereka juga harus mengikuti pelatihan bahasa jepang.
Persiapkan bahasa Jepang dan Inggris sebaik mungkin sebelum kuliah di Jepang. Dengan menguasai bahasa tersebut kemungkinan untuk berinteraksi dengan warga sekitar jauh lebih mudah dan jika jalan-jalan tidak perlu takut tersesat. Karena banyak nama-nama daerah dan fasilitas umum yang menggunakan bahasa Jepang.
Beasiswa di Jepang cukup banyak juga. Terutama bagi PNS, bisa didapatkan melalui kantor atau pemerintah Jepang. Banyak-banyaklah cari informasi mengenai beasiswa, atau bisa bertanya pada teman-teman PPI di Jepang. Banyak jalan untuk mendapatkan infonya, jangan malas untuk bertanya. Persiapan budaya, ada baiknya membaca buku mengenai budaya di Jepang. Apa saja yang tidak boleh atau yang dianggap tidak sopan di Jepang. Tapi akan lebih baik bila terjun dan berinteraksi langsung dengan warga lokal karena itu akan mempercepat proses penyesuaian diri.
Kesan selama kuliah di Jepang
Kesan Iriandi yang didapatkan selama kuliah dan tinggal di jepang adalah tentunya transportasinya yang jauh berbeda dengan Indonesia. Transportasinya begitu nyaman, tepat waktu, bersih dan cepat. Lalu lintas sangat teratur, mereka benar-benar menaati peraturan. Kebiasaan orang Jepang yang suka bersepeda dan berjalan kaki membuat udara minim polusi.
Orang Jepang unggul dari segi disiplinnya, konsekuensinya, ketaatan dalam kerja dan hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Kita bisa belajar dari mereka mengenai hal itu. Meski mayoritas orang Jepang tidak beragama namun mereka sangat toleransi, terbuka dan menghargai sesama. Kita juga tidak menutup kemungkinan untuk terbuka dengan pola pandang mereka. Meski ada beberapa kesulitan yang dihadapi seperti jarang bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Tapi itu semua bisa dikesampingkan dahulu.
Capailah cita-cita setinggi langit. Selama masih ada kemauan, kesehatan, dan umur masih muda kenapa tidak. Bagi yang bingung mencari kampus di luar negeri mungkin Jepang bisa menjadi pilihan. Semoga informasi yang didapatkan bisa membantu dalam mencari informasi di Jepang.
