Australia dikenal dengan negara kanguru, memiliki universitas yang banyak diminati mahasiswa Indonesia. Negeri ini juga tidak jauh dari Indo...
Australia dikenal dengan negara kanguru, memiliki universitas yang banyak diminati mahasiswa Indonesia. Negeri ini juga tidak jauh dari Indonesia. Apakah kalian salah satu yang berminat kuliah di Australia. Kali ini tim berkuliah.com akan mengajak kamu untuk mengetahui kehidupan Sheila yang kuliah di Australia. Semoga cerita ini bisa menjadi referensi untuk kalian yang ingin belajar di Australia. Simak wawancara kami bersama Sheila Hie.
Sheila adalah mahasiswa dari Unversitas Indonesia yang mengikuti program twining. Program ini menawarkan mahasiswa untuk belajar 2 tahun di Universitas Indonesia dan 2 tahun di Universitas Queensland, Brisbane, Australia. Program ini diadakan dengan perjanjian antara UI dan Universitas Queensland bagi mahasiswa yang mendapat IPK tertinggi. Mereka yang memenuhi syarat berhak mendapat beasiswa untuk belajar di Universitas Qeunland. Biaya beasiswa ini hanya meliputi biaya kuliah saja. Di Indonesia Sheila angkatan 2009 dan lulus dari Australia tahun 2013. Karena pada saat itu Sheila datang ke Australia pada tahun 2011 jadi lulusnya tahun 2013.
Biaya hidup disana sangat tinggi. Ada hal unik di Australia yaitu mall-mall di sana tidak buka hingga malam, hanya buka sampai jam 07.00 malam saja. Saat diwawancarai, Sheila mengatakan ketika pertama kali datang ke Australia pukul 07.00 dan di sana dia kesulitan mencari makan. Jadi bagi kalian yang datang kesana jangan lupa untuk melihat jam ketika akan mencari makan.
Ada perbedaan kelas antara Indonesia dan Australia. Ruang kelas disana lebih besar dan kuota kursi mahasiswa lebih banyak daripada di Indonesia. Dengan ruangan seperti itu, mahasiswa lebih mengandalkan belajar sendiri atau lebih independen. Kalau mahasiswa tidak menguasai mata kuliah dari dasar hal ini bisa membuat ia ketinggalan dan kesulitan karena tidak bisa tanya langsung pada tutor dan dosen bila kesulitan memahami. Berbeda dengan di Indonesia, bila kita ada kesulitan masih bisa tanya dengan dosen dan tutor.
Kelebihan kuliah di Australia adalah setiap per semester mata kuliah lebih sedikit, hanya 4 mata kuliah saja. Berbeda dengan Indonesia, setiap semester bisa mencapai 8 mata kuliah. Meskipun hanya mengambil 4 mata kuliah, ternyata beban yang ditanggung justru lebih berat ketika kuliah di Australia. Sheila pun menjawab bahwa di Australia lebih berat karena kurikulumnya lebih sulit dan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran kuliahnya bukanlah bahasa Indonesia.
Kelebihan lainnya waktu senggang yang dimiliki lebih banyak. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja atau part time asalkan tetap memperhatikan waktu. Jam kerja untuk mahasiswa sendiri hanya diperbolehkan kerja selama 20 jam per minggu. Jadi masih memungkinkan untuk belajar sendiri karena belajar sendiri masih bisa dilakukan kapan saja.
Tentang penduduk Australia
Jangan salah menilai dengan orang-orang di sana. Penduduk Autralia adalah orang yang ramah. Bahkan ketika kamu bertemu dengan orang yang tidak dikenal sekalipun, hal yang biasa dilakukan adalah menyapa atau tersenyum. Bahkan bila menggunakan transportasi umum petugas kereta atau bus biasa menyapa mengucapkan selamat pagi dan tersenyum. Mereka begitu ramah dengan orang asing. Dengan orang yang sama sekali tidak saling mengenal bisa saja bertegur sapa.
Australia memiliki 4 musim namun ketika musim panas suhunya lebih panas daripada di Indonesia. Sheila bercerita bahwa makanan yang dia rasakan tidak enak mungkin karena lidahnya belum terbiasa dengan rasa makanan Australia. Dia mencontohkan, mie instan seperti Indomie yang dijual di Austrlia rasanya tidak enak, berbeda di Indonesia yang rasanya jauh lebih enak. Mungkin karena perusahaan disana juga menyesuaikan dengan selera orang Australia.
Bahasa Inggris dan mandiri
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan ketika ingin kuliah di Australia. Belajar mandiri adalah hal yang wajib karena disana kamu akan melakukan semuanya sendiri. Tidak seperti di Indonesia yang masih bisa dibantu orang tua dan saudara. Siapkan bahasa Inggris dengan matang, jika tidak maka kamu bisa kesulitan untuk berkomunikasi maupun menangkap pelajaran yang disampaikan oleh dosen.
Yang paling penting persiapkan mental karena di Australia sendiri kuliahnya lebih berat dan susah. Beda kalau di Indonesia ketika mau ujian belajar ngebut dalam semalam saja sudah bisa dipahami. Kalau di Australia mau belajar seminggu sebelum ujian kalau tidak paham dasarnya, ya benar-benar tidak bisa. Di Indonesia masih bisa cari tahu dosennya mengajar apa dan ujian yang keluar apa saja.
Di sana lebih mengandalkan diri sendiri. Harus memahami dasar kuliah dari awal. Kalau tidak, ketika ujian
tidak akan bisa mengerjakan. Dosen lebih menekankan untuk memahami mata kuliah sendiri. Jadi jangan sia-siakan waktu yang diberikan, usahakan jangan pernah absen kuliah. Sekali ketinggalan akan susah untuk mengejarnya.
Kesan dari Sheila selama kuliah, meski banyak hal yang menyenangkan di Australia dan lebih nyaman, tetap jangan lupa pada tanah air. Jangan jadi orang seperti kacang lupa kulitnya. Karena kalian lahir di Indonesia, besar di Indonesia, keluarga di Indonesia dan makanan favorit adalah masakan Indonesia. Meski keadaan lalu lintas di negara Australia rapi dan teratur, tetap harus lebih cinta Indonesia. Sheila sendiri merasa bahwa ternyata Jakarta semakin hari semakin macet, jauh berbeda dengan Australia. Dimanapun juga negeri sendiri lebih nyaman dari pada negeri orang lain. Tetap ingat dasar negara dan kebudayaan Indonesia.
Itulah cerita dari Sheila yang belajar di Australia. Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari pengalaman Sheila.
Ketika ingin belajar ke luar negeri persiapkan mental lebih dahulu. Disini belajar tidak bisa sesantai di Indonesia, kalian harus lebih mandiri dalam belajar. Tentunya hal ini juga berdampak pada prestasi selanjutnya. Apa yang ditanam suatu saat itulah yang akan dipetik. Pastinya ini juga akan membentuk karakter untuk menghadapi masa depan.
Semoga wawancara kali ini dapat memberi informasi lebih banyak bagi kamu yang ingin kuliah di Australia. Teruslah belajar di manapun tempatnya. Jangan hanya terpaku pada satu Negara atau satu tempat. Di tempat kamu duduk sekarang pun kamu masih bisa mempelajari banyak hal.
Sheila adalah mahasiswa dari Unversitas Indonesia yang mengikuti program twining. Program ini menawarkan mahasiswa untuk belajar 2 tahun di Universitas Indonesia dan 2 tahun di Universitas Queensland, Brisbane, Australia. Program ini diadakan dengan perjanjian antara UI dan Universitas Queensland bagi mahasiswa yang mendapat IPK tertinggi. Mereka yang memenuhi syarat berhak mendapat beasiswa untuk belajar di Universitas Qeunland. Biaya beasiswa ini hanya meliputi biaya kuliah saja. Di Indonesia Sheila angkatan 2009 dan lulus dari Australia tahun 2013. Karena pada saat itu Sheila datang ke Australia pada tahun 2011 jadi lulusnya tahun 2013.
Biaya hidup disana sangat tinggi. Ada hal unik di Australia yaitu mall-mall di sana tidak buka hingga malam, hanya buka sampai jam 07.00 malam saja. Saat diwawancarai, Sheila mengatakan ketika pertama kali datang ke Australia pukul 07.00 dan di sana dia kesulitan mencari makan. Jadi bagi kalian yang datang kesana jangan lupa untuk melihat jam ketika akan mencari makan.
Ada perbedaan kelas antara Indonesia dan Australia. Ruang kelas disana lebih besar dan kuota kursi mahasiswa lebih banyak daripada di Indonesia. Dengan ruangan seperti itu, mahasiswa lebih mengandalkan belajar sendiri atau lebih independen. Kalau mahasiswa tidak menguasai mata kuliah dari dasar hal ini bisa membuat ia ketinggalan dan kesulitan karena tidak bisa tanya langsung pada tutor dan dosen bila kesulitan memahami. Berbeda dengan di Indonesia, bila kita ada kesulitan masih bisa tanya dengan dosen dan tutor.
Kelebihan kuliah di Australia adalah setiap per semester mata kuliah lebih sedikit, hanya 4 mata kuliah saja. Berbeda dengan Indonesia, setiap semester bisa mencapai 8 mata kuliah. Meskipun hanya mengambil 4 mata kuliah, ternyata beban yang ditanggung justru lebih berat ketika kuliah di Australia. Sheila pun menjawab bahwa di Australia lebih berat karena kurikulumnya lebih sulit dan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran kuliahnya bukanlah bahasa Indonesia.
Kelebihan lainnya waktu senggang yang dimiliki lebih banyak. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja atau part time asalkan tetap memperhatikan waktu. Jam kerja untuk mahasiswa sendiri hanya diperbolehkan kerja selama 20 jam per minggu. Jadi masih memungkinkan untuk belajar sendiri karena belajar sendiri masih bisa dilakukan kapan saja.
Tentang penduduk Australia
Jangan salah menilai dengan orang-orang di sana. Penduduk Autralia adalah orang yang ramah. Bahkan ketika kamu bertemu dengan orang yang tidak dikenal sekalipun, hal yang biasa dilakukan adalah menyapa atau tersenyum. Bahkan bila menggunakan transportasi umum petugas kereta atau bus biasa menyapa mengucapkan selamat pagi dan tersenyum. Mereka begitu ramah dengan orang asing. Dengan orang yang sama sekali tidak saling mengenal bisa saja bertegur sapa.
Australia memiliki 4 musim namun ketika musim panas suhunya lebih panas daripada di Indonesia. Sheila bercerita bahwa makanan yang dia rasakan tidak enak mungkin karena lidahnya belum terbiasa dengan rasa makanan Australia. Dia mencontohkan, mie instan seperti Indomie yang dijual di Austrlia rasanya tidak enak, berbeda di Indonesia yang rasanya jauh lebih enak. Mungkin karena perusahaan disana juga menyesuaikan dengan selera orang Australia.
Bahasa Inggris dan mandiri
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan ketika ingin kuliah di Australia. Belajar mandiri adalah hal yang wajib karena disana kamu akan melakukan semuanya sendiri. Tidak seperti di Indonesia yang masih bisa dibantu orang tua dan saudara. Siapkan bahasa Inggris dengan matang, jika tidak maka kamu bisa kesulitan untuk berkomunikasi maupun menangkap pelajaran yang disampaikan oleh dosen.
Yang paling penting persiapkan mental karena di Australia sendiri kuliahnya lebih berat dan susah. Beda kalau di Indonesia ketika mau ujian belajar ngebut dalam semalam saja sudah bisa dipahami. Kalau di Australia mau belajar seminggu sebelum ujian kalau tidak paham dasarnya, ya benar-benar tidak bisa. Di Indonesia masih bisa cari tahu dosennya mengajar apa dan ujian yang keluar apa saja.
Di sana lebih mengandalkan diri sendiri. Harus memahami dasar kuliah dari awal. Kalau tidak, ketika ujian
tidak akan bisa mengerjakan. Dosen lebih menekankan untuk memahami mata kuliah sendiri. Jadi jangan sia-siakan waktu yang diberikan, usahakan jangan pernah absen kuliah. Sekali ketinggalan akan susah untuk mengejarnya.
Kesan dari Sheila selama kuliah, meski banyak hal yang menyenangkan di Australia dan lebih nyaman, tetap jangan lupa pada tanah air. Jangan jadi orang seperti kacang lupa kulitnya. Karena kalian lahir di Indonesia, besar di Indonesia, keluarga di Indonesia dan makanan favorit adalah masakan Indonesia. Meski keadaan lalu lintas di negara Australia rapi dan teratur, tetap harus lebih cinta Indonesia. Sheila sendiri merasa bahwa ternyata Jakarta semakin hari semakin macet, jauh berbeda dengan Australia. Dimanapun juga negeri sendiri lebih nyaman dari pada negeri orang lain. Tetap ingat dasar negara dan kebudayaan Indonesia.
Itulah cerita dari Sheila yang belajar di Australia. Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari pengalaman Sheila.
Ketika ingin belajar ke luar negeri persiapkan mental lebih dahulu. Disini belajar tidak bisa sesantai di Indonesia, kalian harus lebih mandiri dalam belajar. Tentunya hal ini juga berdampak pada prestasi selanjutnya. Apa yang ditanam suatu saat itulah yang akan dipetik. Pastinya ini juga akan membentuk karakter untuk menghadapi masa depan.
Semoga wawancara kali ini dapat memberi informasi lebih banyak bagi kamu yang ingin kuliah di Australia. Teruslah belajar di manapun tempatnya. Jangan hanya terpaku pada satu Negara atau satu tempat. Di tempat kamu duduk sekarang pun kamu masih bisa mempelajari banyak hal.