Satu negara di Eropa Barat ini yang tampaknya jarang didengar dan disebut ternyata cukup menarik bagi beberapa mahasiswa Indonesia. Negar...
Satu negara di Eropa Barat ini yang tampaknya jarang didengar dan disebut ternyata cukup menarik bagi beberapa mahasiswa Indonesia. Negara manakah itu? Jawabannya adala Austria. Austria terletak di Eropa Barat dan berbatasan dengan Ceko, Jerman, Hongaria, Slovakia, Slovenia, Italia, Swiss, dan Liechtenstein. Yang belum pernah mendengar negara ini pasti akan bertanya ‘Apa sih menariknya’. Lain halnya dengan Ningrum yang kini menempuh kuliah di sana. Simak wawancara kru berkuliah.com dengan Ningrum selengkapnya.
Ningrum adalah salah satu dosen di Universitas Gadjah Mada yang mengajar di bidang Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP). Di Austria, dia mengambil jurusan pangan (Food Chemistry) di Universitas Boku, Wina. Universitas Boku hampir mirip seperti IPB di Indonesia. Ningrum mulai menginjakkan kaki di Austria sejak awal tahun 2012.
Sebelum ke Austria, dia sudah pernah ke luar negeri sebelumnya. Dia pergi ke Jepang dan mengambil program Master. Setelah dari Jepang, dia kembali ke Indonesia untuk mengajar. Lalu, baru setelah itu pergi ke Eropa untuk kembali kuliah S2. Berbeda dengan orang lain yang lebih memilih berkunjung ke Perancis atau Jerman atau Belanda, Ningrum justru memilih negara lain yang tidak banyak peminatnya.
Ketika ditanya apa alasannya, ada dua alasan kuat mengapa dia memilih kuliah di sana. Pertama, selain kuliah, ada proyek yang harus diselesaikan. Kedua, karena menggunakan hijab, dia sangat memperhatikan kebutuhan akan ibadah. Yang membuat dia tidak ragu kuliah di sana adalah bahwa Islam sudah diakui sebagai agama resmi negara. Bahkan Austria merupakan satu-satunya negara Eropa yang mengakui Islam sebagai salah satu agama resmi negara. Meskipun minoritas, kalau sudah diakui, maka tandanya semua agama itu memiliki status yang sama di hadapan negara.
Kehidupan masyarakat
Dia menuturkan jika terkadang memang ada beberapa orang yang masih memiliki pandangan negatif tentang Islam. Namun hal yang demikian tidak sampai menimbulkan pertikaian. Dua alasan di atas membuat Ningrum semakin yakin untuk melanjutkan pendidikan ke Austria. Alasan lain yang menguatkan adalah, warganya masih mau berinteraksi dengan bahasa Inggris. Tidak seperti di Jerman, meskipun bisa bahasa Inggris, mereka hampir tidak mau menggunakan bahasa tersebut karena bukan bahasa resmi.
Keputusan Nigrum memilih Austria memang sangat tepat. Dia menjelaskan panjang dan lebar ketika ditanya mengenai keadaan di sana. Masyarakat di Austria seperti di Indonesia, baik dan sopan. Infrastruktur negara ini juga tergolong lengkap. Dari segi pemandangan, pemandngan di Austria tidak kalah hebat dengan negara lain. Gugusan pegunungan Alpen membuat kota-kota di sini menjadi lebih berwarna. Pemandangan ini bagaikan surga bagi Ningrum yan juga menggeluti hobi fotografi. Banyak obyek gambar yang bisa diabadikan. Yang menarik dari cerita Ningrum, di Austria terdapat satu toko Indonesia bernama toko Sederhana. Toko tersebut menjual bermacam-macam barang Indonesia. Mulai dari mie instan sampai nasi uduk instan.
Kebebasan beragama warganya juga sangat terjamin. Ketika tahun 2012 Ningrum kesana, berdirilah suatu masjid Indonesia. Masjid Indonesia ini memiliki organisasi sendiri, Warga Pengajian Austria (Wapena). Tadinya namanaya bukan Wapena melainkan Warga Pengajian Wina. Seiring berjalannya waktu, banyak juga teman-teman dari luar kota seperti Graz dan Innsbruck yang ikut kegiatan di masjid Indonesia. Atas dasar itulah, nama organisasi ini kemudian diubah menjadi Warga Pengajian Austria. Wapena rutin mengadakan kegiatan kajian satu minggu sekali. Khusus untuk bulan Ramadhan, dalam satu minggu bisa diadakan tiga kali kegiatan buka bersama. Kegiatan seperti ini sangat berguna untuk mengobati perasaan rindu akan kampung halaman.
Di Austria sendiri pernah diadakan perayaan 100 tahun Islam di negara tersebut. Sebenarnya Islam sudh ada di Austria sejak lama, namun baru dilegalkan pada tahun 1900-an. Ningrum banyak bercerita tentang keadaan umat Islam di sana. Cukup mudah mencari masjid ketika akan shalat Jumat. Banyak juga teman-teman muslim dari negara lain seperti Turki, Bangladesh, dan Pakistan. Untuk keadaan di kampus, memang belum ada kampus yang menyediakan masjid atau mushola khusus untuk sholat. Meski begitu, hal itu tidak menjadi masalah. Cara mensiasatinya, dengan mencari ruang kosong untuk mendirikan sholat.
Kehidupan mahasiswa
Berkat beasiswa, Ningrum bisa melanjutkan kuliahnya dengan lancar. Awalnya dia tinggal di asrama. Kemudian dia memutuskan untuk pindah di dekat kampus dan berbagi kamar dengan rekannya. Rincian biaya hidup, semua kembali kepada individunya. Biaya hidup bisa berbeda-beda tiap orang. Tergantung gaya hidup si mahasiswa itu sendiri. Pada umumnya, di Wina, setiap orang membelanjakan EUR800 per bulan. Dana beasiswa yang dia dapatkan sudah cukup untuk membayar akomodasi, makanan, kebutuhan individu, dan penunjang kuliah. Agar ada sumber pemasukan lain selain beasiswa, Ningrum bekerja sambilan mengajar bahasa Indonesia dan iqra’ (mengaji) di Wina International School. Siswa-siswi Wina International School kebanyakan berasal dari anak-anak pejabat PBB yang berkantor di Austria.
Berdasarkan penjelasan Ningrum, ternyata tidak hanya mahasiswa S2 dan S3 saja yang kuliah di sana. Banyak juga mahasiswa S1. Bahkan ada pula lulusan SMA yang mengikuti program kakak asuh sambil persiapan untuk masuk universitas. Proporsi mahasiwa dari berbagai jenjang ini jumlahnya hampir merata.
Lebih lanjut, Ningrum memotivasi bahwa tips ampuh bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri adalah mempunyai impian dan semangat yang tinggi. Ningrum mengakui bahwa proses yang dilakukan tidak mudah. Dokumen yang ada harus benar-benar dipersiapkan. Proses legalisasi dokumen di Austria cukup rumit. Dari Indonesia sendiri, pertama, harus konfirmasi ke Dikti, lalu setelah itu ke Kementrian Hukum dan HAM, kemudian ke Kementrian Luar Negeri, dan masih banyak lagi prosesnya. Tidak perlu berkecil hati. Proses yang rumit akan menjadi mudah jika dibarengi dengan keinginan dan perjuangan yang kuat.
Itulah tadi ulasan wawancara dari Ningrum di Austria. Secara keseluruhan, Austria merupakan negara yang layak dijadikan sebagai tujuan kuliah meskipun sedikit rumit dalam mengurus dokumen. Suasananya, negaranya, dan orang-orang Indonesia yang ada di dalamnya cukup ramah. Semoga informasi cukup membantu. Jangan lupa untuk mencari tahu pengalaman mahasiswa Indonesia lainnya di luar negeri. Semuanya hanya bisa didapatkan di berkuliah.com.