Selandia Baru merupakan salah satu negara yang terdapat di benua Australia. Negara ini juga cukup menarik minat beberapa mahasiswa Indonesia...
Selandia Baru merupakan salah satu negara yang terdapat di benua Australia. Negara ini juga cukup menarik minat beberapa mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi ke sana. Salah satunya adalah Muhammad Ghifary. Berikut hasil wawancara tim berkuliah.com dengan Mas Ghifar. Silakan disimak.
Muhammad Ghifary, yang biasa dipanggil Ghifar, adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Victoria Wellington. Dia menempuh pendidikan doktor dengan program studi Ilmu Komputer. Tepat pada tanggal 1 Februari 2013, dia tiba di Selandia Baru untuk melanjutkan kuliah. Sebelumnya pria asal Palembang ini mengambil S1 dan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Cuaca dan budaya
Selandia Baru merupakan negara subtropis yang memiliki empat musim. Meskipun terdiri dari empat musim, perbedaan suhunya tidak terlalu jauh. Saat musim panas, suhunya berkisar antara 20-30 derajat. Saat musim dingin, suhunya tidak mencapai nol derajat. Bisa dikatakan bahwa musim dingin di sana tidak terlalu dingin. Keadaannya hampir mirip seperti keadaan di negara tropis.
Meskipun memiliki perbedaan suhu yang tidak terlalu jauh, cuaca di Selandia Baru tidak bisa ditebak. Misalkan hari ini cerah, lalu tiba-tiba besoknya turun hujan. Besoknya lagi anginnya sangat kencang. Menariknya lagi, terdapat perbedaan cuaca di Pulau Selatan dan Pulau Utara. Di Pulau Utara, jarang sekali turun salju. Mungkin tidak turun sama sekali. Terakhir salju turun di Pulau Utara ketika tahun 2011 lalu. Salju hanya turun di Pulau Selatan mengingat lokasinya yang dekat dengan kutub utara.
Penduduk asli Selandia Baru adalah suku Maori.
Namun suku ini hanya berjumlah kurang dari 10 persen populasi penduduk. Penduduk Selandia Baru yang terbanyak berasal dari keturunan Eropa yaitu sebesar 78 persen. Sedangkan sisanya berasal dari etnis campuran. Dibandingkan dengan Eropa atau Australia, penduduk Selandia Baru jauh lebih ramah. Komposisi penduduknya lebih banyak penduduk berusia tua daripada penduduk berusia muda. Selain itu, tidak ada diskriminasi suku bangsa, ras,etnis, dan sebagainya.
Selandia Baru merupakan negara yang kaya akan hasil ternak dan hasil pertaniannya. Beberapa hasil pertanian dan peternakannya seperti wol, anggur, dan daging. Untuk pertanian dan peternakan, Selandia Baru sudah bisa menerapkan sistem swasemabda pangan karena negara tersebut memiliki industri yang besar. Pangan merupakan komoditas perdagangan utama di Selandia Baru.
Biaya hidup
Kelemahan hidup di negara tersebut adalah biaya hidupnya mahal. Semuanya serba mahal. Bahkan dibandingkan dengan Eropa, biaya hidup di Selandia Baru masih lebih mahal. Terutama untuk produk-produk yang berhubungan dengan jasa. Produk jasa lebih mahal daripada produk barang. Misalnya, ongkos transportasi (jasa) lebih mahal daripada harga makanan (barang). Komponen biaya yang paling mahal adalah biaya akomodasi. Biaya akomodasi meliputi biaya perumahan, listrik, air, dan sebagainya. Mas Ghifar menjelaskan bahwa 2/3 dari pengeluaran merupakan pengeluaran untuk akomodasi.
Kelemahan lainnya, peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai penyewaan atau pembelian rumah cukup ketat. Dalam melanjutkan studinya, Ghifar mendapatkan beasiswa dari universitas. Sebagai timbal baliknya, dia harus bersedia jika diminta untuk membantu kegiatan di kampus. Kegiatan tersebut bisa berupa menjadi tentor, asisten dosen, dibantu untuk mengoreksi tugas, dan lain sebgainya.
Beberapa beasiswa lain seperti beasiswa Dikti dan NZA (New Zealand Aid) sering dibuka juga setiap tahunnya. Banyak juga universitas-universitas yang memberikan beasiswa langsung tanpa melalui dua lembaga itu. Beasiswa tersebut sudah mencakup biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya akomodasi. Jangan khawatir, beasiswa yang diberikan sudah disesuaikan dengan biaya hidup di Selandia Baru. Pilihan untuk mencari tempat tinggal bisa dilakukan dengan menyewa rumah bersama teman-teman, berbagi kamar, atau tinggal di asrama kampus.
Tidak seperti di kebanyakan negara pada umumnya, harga sewa di asrama kampus di Selandia Baru justru lebih mahal daripada sewa di luar. Biasanya, asrama kampus memiliki harga yang lebih murah. Namun sepertinya tidak demikian dengan yang terjadi di Selandia Baru.
Di Selandia Baru, banyak juga orang Indonesia yang tinggal di sana. Banyak organisasi yang didirikan oleh orang Indonesia seperti PPI Wellington, organisasi khusus Islam, dan lain-lain. Di KBRI sendiri sering mengadakan kegiatan seperti mengajar TPA, mengadakan pengajian, hingga menyelenggarakan outbond. Di sini masjid cukup susah ditemui. Sedangkan makanan halal cukup mudah ditemui. Tandanya adalah terdapat sertifikasi halal pada kemasannya.
Lingkungan alam dan udara cukup bersih. Pegunungan dan bentang alamnya cukup bagus. Orang-orangnya cukup ramah. Setiap hari hampir dapat dipastikan mendengar kata maaf dan terima kasih. Dua kata tersebut bertebaran dimana-mana. Tidak ada pula diskiriminasi seperti pegawai dengan bos. Hubungan yang ada adalah partner dan rekan kerja. Bagi kamu yang terbiasa tinggal di tempat yang ramai, mungkin akan sedikit kaget. Di Selandia Baru rumahnya masih sedikit sehingga masih sepi. Penduduknya hanya sekitar 400-ribuan orang.
Mengapa Selandia Baru?
Mas Ghifar memilih Selandia Baru, alasan pertamanya karena universitas tersebut bagus untuk riset. Fasilitas yang diberikan cukup memadai. Bebas untuk mengakses bahan bacaan dan literatur. Ada juga biaya transportasi bagi mahasiswanya yang ingin ikut konferensi atau kegiatan sejenis.
Ada beberapa tips yang diberikan agar bisa melanjutkan kuliah di luar negeri. Pertama, banyak-banyaklah mencari informasi. Pahami juga bidang yang diutamakan. Perhatikan pula persyaratan-persyaratan yang diberikan. Catat pula tanggal-tanggal penting pengajuan beasiswa tersebut. Bagi mahasiswa S2/S3, pilih pembimbing tesis terlebih dahulu sebelum mulai mengajukan lamaran. Carilah dosen pendamping yang benar-benar tepat. Sistem di Selandia Baru memang ada yang demikian. Diharuskan untuk mendapatkan pembimbing dahulu baru setelah itu mengajukan lamaran beasiswa.
Setelah mendapat dosen yang dianggap tepat, mintalah referensi dari dosen di universitas sebelumnya. Siapkan wawancara dengan baik.
Ulasan di atas merupakan hasil wawancara tim berkuliash.com dengan Mas Ghifar. Semoga bermanfaat dan berhasil.
Muhammad Ghifary, yang biasa dipanggil Ghifar, adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Victoria Wellington. Dia menempuh pendidikan doktor dengan program studi Ilmu Komputer. Tepat pada tanggal 1 Februari 2013, dia tiba di Selandia Baru untuk melanjutkan kuliah. Sebelumnya pria asal Palembang ini mengambil S1 dan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Cuaca dan budaya
Selandia Baru merupakan negara subtropis yang memiliki empat musim. Meskipun terdiri dari empat musim, perbedaan suhunya tidak terlalu jauh. Saat musim panas, suhunya berkisar antara 20-30 derajat. Saat musim dingin, suhunya tidak mencapai nol derajat. Bisa dikatakan bahwa musim dingin di sana tidak terlalu dingin. Keadaannya hampir mirip seperti keadaan di negara tropis.
Meskipun memiliki perbedaan suhu yang tidak terlalu jauh, cuaca di Selandia Baru tidak bisa ditebak. Misalkan hari ini cerah, lalu tiba-tiba besoknya turun hujan. Besoknya lagi anginnya sangat kencang. Menariknya lagi, terdapat perbedaan cuaca di Pulau Selatan dan Pulau Utara. Di Pulau Utara, jarang sekali turun salju. Mungkin tidak turun sama sekali. Terakhir salju turun di Pulau Utara ketika tahun 2011 lalu. Salju hanya turun di Pulau Selatan mengingat lokasinya yang dekat dengan kutub utara.
Penduduk asli Selandia Baru adalah suku Maori.
Namun suku ini hanya berjumlah kurang dari 10 persen populasi penduduk. Penduduk Selandia Baru yang terbanyak berasal dari keturunan Eropa yaitu sebesar 78 persen. Sedangkan sisanya berasal dari etnis campuran. Dibandingkan dengan Eropa atau Australia, penduduk Selandia Baru jauh lebih ramah. Komposisi penduduknya lebih banyak penduduk berusia tua daripada penduduk berusia muda. Selain itu, tidak ada diskriminasi suku bangsa, ras,etnis, dan sebagainya.
Selandia Baru merupakan negara yang kaya akan hasil ternak dan hasil pertaniannya. Beberapa hasil pertanian dan peternakannya seperti wol, anggur, dan daging. Untuk pertanian dan peternakan, Selandia Baru sudah bisa menerapkan sistem swasemabda pangan karena negara tersebut memiliki industri yang besar. Pangan merupakan komoditas perdagangan utama di Selandia Baru.
Biaya hidup
Kelemahan hidup di negara tersebut adalah biaya hidupnya mahal. Semuanya serba mahal. Bahkan dibandingkan dengan Eropa, biaya hidup di Selandia Baru masih lebih mahal. Terutama untuk produk-produk yang berhubungan dengan jasa. Produk jasa lebih mahal daripada produk barang. Misalnya, ongkos transportasi (jasa) lebih mahal daripada harga makanan (barang). Komponen biaya yang paling mahal adalah biaya akomodasi. Biaya akomodasi meliputi biaya perumahan, listrik, air, dan sebagainya. Mas Ghifar menjelaskan bahwa 2/3 dari pengeluaran merupakan pengeluaran untuk akomodasi.
Kelemahan lainnya, peraturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai penyewaan atau pembelian rumah cukup ketat. Dalam melanjutkan studinya, Ghifar mendapatkan beasiswa dari universitas. Sebagai timbal baliknya, dia harus bersedia jika diminta untuk membantu kegiatan di kampus. Kegiatan tersebut bisa berupa menjadi tentor, asisten dosen, dibantu untuk mengoreksi tugas, dan lain sebgainya.
Beberapa beasiswa lain seperti beasiswa Dikti dan NZA (New Zealand Aid) sering dibuka juga setiap tahunnya. Banyak juga universitas-universitas yang memberikan beasiswa langsung tanpa melalui dua lembaga itu. Beasiswa tersebut sudah mencakup biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya akomodasi. Jangan khawatir, beasiswa yang diberikan sudah disesuaikan dengan biaya hidup di Selandia Baru. Pilihan untuk mencari tempat tinggal bisa dilakukan dengan menyewa rumah bersama teman-teman, berbagi kamar, atau tinggal di asrama kampus.
Tidak seperti di kebanyakan negara pada umumnya, harga sewa di asrama kampus di Selandia Baru justru lebih mahal daripada sewa di luar. Biasanya, asrama kampus memiliki harga yang lebih murah. Namun sepertinya tidak demikian dengan yang terjadi di Selandia Baru.
Di Selandia Baru, banyak juga orang Indonesia yang tinggal di sana. Banyak organisasi yang didirikan oleh orang Indonesia seperti PPI Wellington, organisasi khusus Islam, dan lain-lain. Di KBRI sendiri sering mengadakan kegiatan seperti mengajar TPA, mengadakan pengajian, hingga menyelenggarakan outbond. Di sini masjid cukup susah ditemui. Sedangkan makanan halal cukup mudah ditemui. Tandanya adalah terdapat sertifikasi halal pada kemasannya.
Lingkungan alam dan udara cukup bersih. Pegunungan dan bentang alamnya cukup bagus. Orang-orangnya cukup ramah. Setiap hari hampir dapat dipastikan mendengar kata maaf dan terima kasih. Dua kata tersebut bertebaran dimana-mana. Tidak ada pula diskiriminasi seperti pegawai dengan bos. Hubungan yang ada adalah partner dan rekan kerja. Bagi kamu yang terbiasa tinggal di tempat yang ramai, mungkin akan sedikit kaget. Di Selandia Baru rumahnya masih sedikit sehingga masih sepi. Penduduknya hanya sekitar 400-ribuan orang.
Mengapa Selandia Baru?
Mas Ghifar memilih Selandia Baru, alasan pertamanya karena universitas tersebut bagus untuk riset. Fasilitas yang diberikan cukup memadai. Bebas untuk mengakses bahan bacaan dan literatur. Ada juga biaya transportasi bagi mahasiswanya yang ingin ikut konferensi atau kegiatan sejenis.
Ada beberapa tips yang diberikan agar bisa melanjutkan kuliah di luar negeri. Pertama, banyak-banyaklah mencari informasi. Pahami juga bidang yang diutamakan. Perhatikan pula persyaratan-persyaratan yang diberikan. Catat pula tanggal-tanggal penting pengajuan beasiswa tersebut. Bagi mahasiswa S2/S3, pilih pembimbing tesis terlebih dahulu sebelum mulai mengajukan lamaran. Carilah dosen pendamping yang benar-benar tepat. Sistem di Selandia Baru memang ada yang demikian. Diharuskan untuk mendapatkan pembimbing dahulu baru setelah itu mengajukan lamaran beasiswa.
Setelah mendapat dosen yang dianggap tepat, mintalah referensi dari dosen di universitas sebelumnya. Siapkan wawancara dengan baik.
Ulasan di atas merupakan hasil wawancara tim berkuliash.com dengan Mas Ghifar. Semoga bermanfaat dan berhasil.