Ça Va? Sudah Siap Ke Perancis?

Satu lagi mahasiswi Indonesia yang menempuh pendidikannya di Prancis. Namanya Elizabeth Priscillia. Lagi-lagi Angers dijadikan sebagai pili...

Satu lagi mahasiswi Indonesia yang menempuh pendidikannya di Prancis. Namanya Elizabeth Priscillia. Lagi-lagi Angers dijadikan sebagai pilihan. Kota yang dijuluki Ville d’Art et d’Histoire ini katanya cukup bersahabat untuk pelajar. Mau tau kisah menarik lainnya? Yuk simak cerita selengkapnya di bawah ini.


Sekilas tentang Elizabeth Priscillia

Perkenalkan, saya Elizabeth Priscillia. Orang tua aslinya dari Sumatra Utara, namun saya lahir dan besar di Jakarta, dan tinggal di Bekasi, Voilà. Saat ini saya sedang mempuh pendidikan di Prancis, tepatnya di Université d’Angers. Tahun lalu saya mendapat beasiswa Unggulan dari Kemendiknas untuk program double degree kerja sama antara Universitas Indonesia dan Université d’Angers. Program tersebut untuk S1 jurusan pariwisata (Tourisme et Loisirs) selama 2 semester. 

Tahun ini saya melanjutkan studi S2 di universitas yang sama untuk program studi perhotelan (Tourism and Hospitality Management) namun tahun ini saya dengan biaya sendiri. Selain itu, kalau satu tahun S1 yang telah berlalu saya mengambil program studi dengan bahasa pengantarnya Prancis, tahun ini saya sengaja mendaftar untuk program studi dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. 


Awal mula menuju Prancis


Sebelumnya di Indonesia, saya adalah mahasiswi S1 Sastra Prancis Universitas Indonesia angkatan 2009. Di program studi saya tersebut, ada kesempatan untuk mahasiswa tahun terakhir ikut serta dalam seleksi Beasiswa Unggulan double degree yang didanai oleh KEMENDIKBUD. Saya berpartisipasi dalam program tersebut dan Puji Tuhan lolos seleksi. Tentu saja negara tujuannya adalah Prancis dan memang saya pribadi sangat tertarik dengan negara heksagon tersebut. 

Sebenarnya, ada dua progam studi yang ditawarakan: pendidikan pariwisata di Université d’Angers atau studi linguistik/penterjemahan di INALCO, Paris. Saya memilih pariwisata, karena, pertama (dan terutama), saya ‘tidak terlalu berbakat di bidang linguistik’. Kedua karena saya memang tertarik dengan studi yang berhubungan dengan budaya dan wisata. Selain itu, karena saya di Indonesia juga aktif dalam asosiasi pengembangan pariwisata dan budaya lokal. Ketiga, karena saya banyak mendengar dari alumni kalau kehidupan di Angers lebih bersahabat untuk ‘kantong’ pelajar Indonesia dibandingkan di Paris.


Biaya hidup di Angers

Di Prancis, saya tinggal di Angers. Sebuah kota yang dijuluki Ville d’Art et d’Histoire (Kota seni dan sejarah), terletak di bagian barat Prancis, 300 km jaraknya dari ibu kota Paris. Kota dengan 149.000 penduduk tersebut, menurut saya, merupakan kota yang sangat bersahabat untuk ‘pelajar’. Biaya hidup bisa dikatakan ’murah’ jika dibandingkan dengan biaya hidup di kota-kota besar seperti Paris, Toulouse, Marseille, dll. Oke, bicara soal biaya hidup, saya coba jelasin satu per satu yang saya ingat ya. 

Berdasarkan standar hidup pelajar asing di Perancis, biaya yang dibutuhkan sebenernya sebesar 615 euro/bulan. Tapi kalo pinter-pinter mengatur pengeluaran (sama kuat puasa senin-kamis), pengeluaran per bulan bisa cuman sekitar 250-350 euro! (soal ‘puasa-senin-kamis’ itu bercanda ding :). Bulan pertama sampai bulan ketiga begitu tiba di Prancis mungkin pengeluaran akan sangat besar jika dibandingkan dengan bulan-bulan selanjutnya. Seingat saya, bulan-bulan awal itu saya selalu menyentuh 550-650 euro. Namun selanjutnya, setelah tahu ‘kiat-kiat hidup anak rantau’ bisa benar-benar ngirit banget. Terutama di Angers ini banyak banget ‘bantuan’ untuk pelajar asing (terlebih jika berumur di bawah 25 tahun).

Kalo bicara soal pengeluaran untuk makan, akomodasi, tempat tinggal, mungkin saya gak bisa kasih rata-rata nya secara detail (karena gak pernah bikin statistiknya secara berkala, tapi mungkin bakal dicoba untuk tahun depan), jadi saya bicara secara umum aja ya. Di Angers ini ada yang namanya ‘Kartu Solidaritas’. Nah kalo kita udah punya kartu tersebut (syaratnya harus buka bank dulu dan punya surat justifikasi domisili di kota Angers), kita bisa dapat pengurangan biaya transportasi (20 euro/bulan yang seharusnya 30 euro/bulan voyage illimité untuk bus dan tram). 

Manfaat lain dari kartu tersebut yaitu bisa sewa sepeda gratis (kalo cukup sportif dan tahan dingin bisa hemat biaya transportasi naik sepeda tiap hari, karena di Prancis, atau dalam hal ini di Angers, pengguna sepeda sangat amat teramat ‘dihargai’ dan aksesnya aman karena ada jalurnya sendiri dan pengendara di sini sangat menghormati dan memprioritaskan pengguna sepeda. Selain itu, sepedanya juga dilengkapi dengan rantai dan ada tempat parkir sepeda di mana-mana termasuk di kampus, karena pemerintahan di sini sangat mendukung penggunaan sepeda dengan menyediakan segala fasilitas tersebut). Dengan kartu tersebut kita juga dapat pengurangan tarif untuk berbagai kegiatan budaya dan olahraga di Angers.

Kebijakan yang baru diberlakukan tahun ini, dengan kartu tersebut kita juga bisa dapet ‘sembako murah’, yakni dengan membayar 2,6 euro setiap minggunya kita bisa dapat berbagai sayuran dan buah-buahan yang bisa mencapai 5-6 kg! Nah selain kartu solidaritas tersebut, ada lagi yang dinamakan dengan CAF. Sistem CAF tersebut memungkinkan kita untuk mendapatkan pengurangan bayaran biaya tempat tinggal. Pengurangannya berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing pemohon (ada yang bilang juga tergantung ‘rejeki’ masing-masing orang) seperti saya misalkan dapat pengurangan biaya tempat tinggal 90 euro/bulan nya (dari seharusnya 245 euro/bulan jadi cuman bayar 155 euro/bulan). Dan biaya pengurangan tersebut akan dihitung dari pembayaran kedua jadi walaupun terkadang prosesnya memakan waktu bisa sampe 2-3 bulan semenjak kita tinggal di tempat tersebut nanti pengurangannya akan diakumulasikan di bulan-bulan berikutnya (maaf agak ribet jelasinnya, tapi mudah-mudahan nangkep maksudnya). 

Image Credit
Untuk tempat tinggal, tergantung kebutuhan masing-masing. Kebetulan tahun lalu saya tinggal di Cité Universitaire (semacam asrama mahasiswa gitu) jadi bisa dibilang ‘gak terlalu mahal’ sebenernya ada tempat tinggal yang biayanya di bawah itu (kisaran 130-200 euro/bulan) cuman biasanya semacam kamar kosong gak ada perabotan, atau kena biaya tambahan lagi untuk listrik, gak ada internet atau kamar mandinya bareng-bareng sama penghuni lain. 

Berhubung saat itu belum paham memilih tempat tinggal sendiri, jadi cari aman aja milih tempat tinggal yang diurus sama kampus, makanya dapet Cité Universitaire itu. Cuman 9 meter persegi sih luasnya, tapi udah sama perabotan dan gak perlu bayar listrik atau internet lagi. Tinggal di asrama tenang, aman, nyaman, dan bangunan nya juga terawat, cuman ‘banyak aturan’. Nah ada lagi studio/foyer (semacam kos-kosan kalau di Indonesia) atau appartemen. Harganya tergantung fasilitas dan letaknya strategis/enggak, di tengah kota/agak di pinggiran. Ya kalo mau dirata-rata tempat tinggal di Prancis kisaran 160-500 euro /bulan (500 itu biasanya belum termasuk CAF). 

Untuk makan, ini sangat relatif, tergantung perut masing-masing. Kebetulan saya bisa bilang pengeluaran untuk makan paling bisa diirit karena perut saya gampang dikenyangin dan gak banyak minta. Cuman secara umum, kalo mau makan enak dan euro tetap nyisa di dompet sampe akhir bulan, harus bisa masak makanannya sendiri ketimbang beli di restoran atau makan di luar. 

‘Bisa masak’ bukan berarti harus bikin resep nan ribet ala ala  chef handal ya. Maksudnya adalah tau cara mengolah bahan-bahan yang dibeli di supermarket menjadi sesuatu yang bisa dimakan karena kalo siapin makanan sendiri sama beli di resto perbedaan pengeluaran yang bisa dihemat lumayan. Sebenernya kalo makan di kantin kampus (restoU) bisa dibilang tidak mahal karena dengan 3,50 euro kita dapat menu komplit (entrée, plat principal, pain, dessert). Tapi kalau di restoran luar kampus dengan uang segitu cuman dapet french fries. Rata-rata menu komplit di resto 9-12 euro. Atau biasanya idolanya para pelajar ngirit macam saya ini, makan kebab porsi gede cuma 5 euro. 

Untuk keperluan komunikasi, lagi-lagi tergantung masing-masing orang. Kalau ketergantungan banget sama internet, terus cari paket yang bisa nelfon ke Indonesia segala biayanya 15-20 euro/bulan. Berhubung saya gak terlalu ketergantungan dengan internet (berhubung Wifi di Kampus kenceng banget dan internet di kamar juga cukup bagus untuk skype-an atau berkomunikasi ke Indonesia) jadi saya pake paket yang cuma 2 euro/bulan (sms tanpa batas dan nelfon gratis selama 2 jam). 

Nah pengeluaran lain yang banyak, khususnya untuk kaum perempuan, adalah belanja a.k.a du shopping (kebutuhan non pokok)! Di Prancis ini ada dua periode diskon, musim dingin (bulan Januari-Febuari) dan musim panas (Juni-Juli), nah pas dua musim itu lah biasanya pengeluaran untuk belanja tak terkendali. Selain itu ada juga pengeluaran untuk ‘jalan-jalan’. Biasanya kalau udah di Prancis, gak tahan kalau gak keliling Eropa (berhubung visa kita berlaku untuk mengunjungi seluruh negara Uni Eropa, kemudahan akses itu harus banget dimanfatkan untuk menjelajah Eropa), atau gak ya jalan-jalan di sekitar Prancis lagi, sebagai negara dengan tujuan utama wisatawan dunia, kota-kota di Prancis menarik semua untuk dijelajahi. Tapi kalau udah tau kiat-kiatnya, ongkos untuk berwisata ini juga bisa dibikin seminimal mungkin kok. 

Kalau untuk biaya pendidikan sendiri, bisa dibilang studi di Prancis jauh lebih murah dari biaya pendidikan tinggi di Indonesia. Terutama di universitas negeri (kebetulan kampus saya itu universitas negeri).  Buat gambaran aja, untuk studi S2, biaya yang dibituhkan sekitar 474,10 euro/tahun (kalau untuk biaya S1 saya tidak tahu pastinya, karena setahun kemarin saya dapat beasiswa jadi gratis. Tapi kalo tidak salah sekitar 250an euro/tahun). Itu udah termasuk biaya asuransi kesehatan dan gak ada biaya ‘plus-plus’ untuk uang bangunan atau uang buku. 

Untuk buku penunjang, semuanya lengkap di perpustakaan dan bisa dipinjam secara leluasa oleh para mahasiswa. Data penunjang lainnya bisa dicari di internet, karena kualitas internet di kampus lumayan bagus untuk mengunduh berbagai dokumen. Bisa dibilang selama setahun kemarin pengeluaran untuk kebutuhaan studi bisa dibilang sangat kecil. Palingan untuk beli alat-alat tulis dan beberapa buku, tapi tidak banyak. 

Untuk biaya kesehatan, biasanya kalo hanya sakit-sakit ringan bisa datang ke UKS Kampus dan itu gratis. Cuman kalau penyakitnya agak ribet, biasnya di UKS itu dikasih resep untuk dibeli di apotek dan dengan menunjukan carte vitale (Kartu Sehat) yang bisa diperoleh dengan biaya yang sudah termasuk dalam biaya studi tersebut. Obat dapat diperoleh secara gratis atau setidaknya dengan potongan harga.


Orang Prancis itu ...

Kalo culture shock bagi saya tidak terlalu terasa. Pertama mungkin karena saya sebelumnya mahasiswa Sastra Prancis jadi sedikit banyak punya gambaran soal kehidupan orang Prancis, gaya hidup dan budaya di Prancis. Cuma tentu saja, yang dipelajari di buku dengan realitas yang ditemui tidak selalu sama. Bagi saya yang paling berasa soal iklim di Prancis, karena sebelumnya saya tidak pernah menetap di negeri empat musim, jadi begitu di Prancis merasakan dinginnya angin Prancis dan ribetnya berpakaian di musim dingin karena perlu memakai 5 lapis baju sebelum keluar kamar, merupakan hal yang baru bagi saya. Tapi untungnya saya bisa beradaptasi dengan baik. Sekarang udah lumayan ‘kebal’ dengan suhu dingin di Prancis. Walaupun tetap aja tangan beku, kulit kering, dan hidung meler terus tiap suhu di bawah 20 derajat. 

Soal bahasa saya tidak terlalu bermasalah karena mungkin latar belakangnya mahasiswa sastra Prancis. Mungkin hanya aksen saja yang tetap ke-Indonesia-an (tapi itu harus dijaga, untuk mempertahankan identitas hehe). Dan yang menarik, banyak perbedaan penggunaan kata dari yang kita pelajari di buku (teori) dengan saat kita berkomunikasi langsung dengan orang Prancis (praktik), terutama bahasa pergaulan sehari-hari. Saya banyak belajar dari kontak langsung dengan orang Prancis. Kalau soal perbedaan gaya hidup dan pola pikir, tergantung orangnya masing-masing. 

Secara umum, pergaulan di Prancis memang bisa dibilang ‘lebih bebas’ dari di Indonesia. Beberapa contoh kebebasannya yaitu orang berciuman di tempat umum merupakan hal yang lazim, pakaian mau semini apapun, setransparan apapun, seaneh apapun, tidak ada yang mempermasalahkan, orang mabuk teriak-teriak di dalam bus tiap Jumat malam, kecendurangan orang Barat yang suka minum akohol, dan pasangan sejenis yang memadu kasih. Semuanya itu merupakan hal yang ‘cukup diterima’ di Prancis ini. Saya pribadi tidak mengalami masalah berada di tengah gaya hidup orang Prancis kebanyakan (saya tidak pada posisi menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik ya), namun intinya balik ke prinsip hidup masing-masing individu sih soal hal ini. 

Mungkin ada kebiasaan sehari-hari yang agak unik menurut saya, misalnya kebiasaan cipika cipiki-nya orang Prancis. Saya sempat bingung kalau bertemu orang Prancis yang benar-benar baru kenal tapi langsung cipika-cipiki itu rasanya lumayan aneh. Kalau yang seumuran sih masih oke, tapi kadang sama yang jauh lebih dewasa dan baru pertama kali bertemu langsung cipika-cipiki itu rasanya sangat aneh di awal. Kebiasaannya beda-beda di tiap-tiap daerah. Misalnya kalau di Angers kebiasaannya 2 kali cipika-cipiki,  pas saya ke wilayah Prancis Selatan cipika-cipikinya 3 kali, ada daerah yang 4 kali, kalo antara anak muda kadang cuman sekali. Nah perbedaan itu yang kadang suka bikin ‘kagok’.

Kebiasaan lainnya yaitu kebiasaan orang Prancis ngomong ‘ça va?’ (Apa kabar ?) tiap bertemu atau berpapasan. Di awal, saya sempat berasa aneh karena menurut yang saya pelajari di buku, ça va ditujukan untuk menayakan kabar, tapi kenyataannya ça va sudah seperti kata Bonjour atau salut yang fungsinya untuk menyapa, jadi tidak benar-benar untuk menanyakan kabar, lebih sekedar kebiasan doang. Terkadang mereka mengucapkannya tanpa peduli apa jawaban sang lawan biacara. Atau terkadang frasa tersebut sekedar ‘formalitas’ saja biasanya untuk memulai pembicaraan: “ça va ?” “ ça va! et toi ?” (Baik. Kamu apa kabar ?) dan baru masuk ke percakapan selanjutnya tanpa memperdulikan jawaban pertanyaan ça va tersebut. 

Keanehan lainnya adalah biasanya kita menanyakan kabar jika sudah lama tidak bertemu. Tapi di Prancis kalau kita bertemu dengan orang yang sama 5 kali sehari maka 5 kali lah orang tersebut akan menanyakan kabar kita, meskipun kita terus menerus bilang ‘ça vas!’ (baik!). Jadi kadang-kadang suka bingung kalo ditanya ça va itu beneran ingin tahu kabar kita atau cuma formalitas/kebiasan doang. 

Hal sepele lainnya misalnya kebiasaan mereka ‘buang ingus’ sesukanya. Bahkan di meja makan di tengah orang-orang lagi makan. Di kelas juga suara ‘sroooot!’ berkali-kali terdengar dan gak ada yang terganggu dengan hal itu. Atau lagi di tengah percakapan, tau-tau mereka ngeluarin tisu dan ’sroooooot!’ tanpa balik badan atau bilang ‘sorry’. Sebenarnya sama sekali bukan hal yang buruk cuman mungkin di awal berasa ‘gak biasa’ aja. Tapi lama-lama juga jadi terbiasa.

Selain itu, banyak juga hal positif yang saya kagumi dari kebiasaan orang Prancis. Saya punya kesan kalau orang Prancis lebih ‘luwes’ dalam bertegur sapa. Misalnya kalau berpapasan di jalan sekalipun tidak saling kenal, mereka selalu bilang ‘bonjour’ atau ‘bonsoir’ apalagi kalau tinggalnya di daerah pedesaan (kebetulan saya sedang magang di camping yang letaknya di daerah pedesaan). Banyak banget cara bertegur sapa lainnya semacam bonne journée; bon après-midi;  bonne fin de la journée; bon soirée; bon appétit; bon reveil; bonne matinée; à te/vous souhaite yang mungkin buat orang Indonesia tidak sesering itu diucapkan. 

Saya juga melihat segi positif dari kebiasaan orang Prancis yang mungkin terkesan ‘basa-basi’ tapi sebenernya sangat positif. Mulai dari kebiasaan mereka menanyakan kabar walaupun ujung-ujungnya tidak peduli dengan jawabannya, atau kebiasaan mereka memulai percakapan dengan basa-basi semacam ‘ça a été ta semaine ?’ (Lancar minggu ini ?); ‘comment s’est passée ta journée ?’ (Gimana hari mu ?); ‘dis donc, t’as passé un bon week-end ?’ (Cerita donk, akhir pekan mu seru kah?). Awalnya sempat bingung mau jawab apa, karena biasanya pertanyaan itu cuman buat basa-basi biar ada bahan omongan aja. Walaupun gak dekat-dekat banget, mereka seneng banget melemparkan pertanyaan semacam itu, jadi bingung mau cerita apa kalau gak ada hal spesial buat diceritaain tapi tetap aja ditanyain pertanyaan semacam itu tiap bertemu.


Makanan dan minuman di Prancis

Untuk urusan makanan saya juga tidak ada masalah sama sekali. Kebetulan sejak lama saya pecinta roti dan keju, dan Prancis adalah surganya kedua makanan tersebut. Jadi intinya makanan di Prancis bersahabat baik dengan perut saya. Cuman perlu diketahui saja, daging babi di sini hal yang lazim dan sangat banyak ditemui di pasaran. Selain itu, orang Prancis secara umum adalah ‘pemakan daging’. Mereka sangat gemar mengkonsumsi masakan yang berbahan daging. Sementara saya kebetulan orangnya sebisa mungkin menghindari daging, jadi kalau banyak bergaul dan makan bareng dengan orang Prancis, sedikit banyak kebawa dengan kebiasaan mereka. 

Lagi-lagi tergantung pribadi masing-masing, kalau ‘kuat iman tahan godaan’ bisa aja kok tetap punya pola makanan sendiri. Saya juga baru mulai mengenal macam-macam jenis anggur dan minuman beralkohol sejak di Prancis, karena memang konsumsi minuman alkohol di Prancis merupakan hal yang lazim. Saya bukan peminum dan bisa dibilang tidak terlalu suka minuman beralkohol tapi sesekali kalau lagi ngumpul-ngumpul bareng temen atau ada soirée suka nyobain beberapa jenis minuman sekedar ‘ingin tahu’ saja.


Ya intinya semua balik lagi ke individu masing-masing. Yang pasti, sebelum ‘nyemplung’ ke sebuah budaya baru, harus memiliki prinsip open-minded, bisa menerima perbedaan yang ada namun tetap memiliki atau berpegang pada prinsip dan ideologi sendiri. Dan jika prinsip dan ideologi kita tersebut ternyata berbeda atau bahkan bertolak belakang dengan budaya di masyarakat baru tersebut, dengan prinsip open-minded tersebut kita bisa menerima fakta bahwa sesungguhnya tidak ada kebenaran yang tunggal.
Nama

Afrika,26,Amerika,67,Amerika Serikat,81,Arab Saudi,13,Asia,237,Australia,75,Austria,13,Beasiswa,306,Beasiswa Amerika,4,Beasiswa Arab Saudi,5,Beasiswa Australia,14,Beasiswa Austria,2,Beasiswa Belanda,10,Beasiswa Belgia,1,Beasiswa Brunei Darussalam,2,Beasiswa Cina,10,Beasiswa Denmark,1,Beasiswa Filipina,3,Beasiswa Finlandia,1,Beasiswa Hongkong,1,Beasiswa Hungaria,1,Beasiswa India,2,Beasiswa Indonesia,3,Beasiswa Inggris,28,Beasiswa Irlandia,1,Beasiswa Jepang,14,Beasiswa Jerman,5,Beasiswa Kamboja,1,Beasiswa Kanada,3,Beasiswa Korea,2,Beasiswa Korea Selatan,5,Beasiswa Malaysia,6,Beasiswa Myanmar,1,Beasiswa New Zealand,3,Beasiswa Perancis,4,Beasiswa Polandia,1,Beasiswa Rumania,1,Beasiswa Selandia Baru,1,Beasiswa Sidney,1,Beasiswa Singapura,3,Beasiswa Skotlandia,1,Beasiswa Slovakia,1,Beasiswa Spanyol,1,Beasiswa Swedia,2,Beasiswa Swiss,3,Beasiswa Taiwan,1,Beasiswa Thailand,3,Beasiswa Tiongkok,1,Beasiswa Turki,5,Beasiswa Uni Emirat Arab,1,Beasiswa Uni Eropa,2,Beasiswa Vietnam,1,Belanda,37,Belgia,10,Brazil,2,Brunei Darussalam,7,Bulgaria,3,Ceko,4,Chili,3,Cina,30,Denmark,10,Destinasi,65,Eropa,313,Event,5,Exchange,26,Fakta Unik,82,Festival Indonesia,2,Filipina,8,Finlandia,16,Hong Kong,6,Hungaria,4,IELTS,6,India,37,Indonesia,113,Info Beasiswa,64,Info Jurusan,12,Info Universitas,34,Inggris,86,Interview,445,Interview di Amerika,13,Interview di Arab Saudi,5,Interview di Australia,23,Interview di Austria,4,Interview di Belanda,12,Interview di Belgia,8,Interview di Ceko,3,Interview di Cina,12,Interview di Damaskus,1,Interview di Denmark,4,Interview di Filipina,3,Interview di Finlandia,10,interview di Hungaria,1,Interview di India,9,Interview di Indonesia,4,Interview di Inggris,32,Interview di Irlandia,1,Interview di Italia,11,Interview di Jepang,22,Interview di Jerman,20,Interview di Kanada,8,Interview di Korea Selatan,28,Interview di Malaysia,1,Interview di Maroko,6,Interview di Meksiko,1,Interview di Mesir,8,Interview di New Zealand,17,Interview di Perancis,25,Interview di Polandia,12,Interview di Portugal,11,Interview di Rusia,3,Interview di Selandia Baru,4,Interview di Singapura,6,Interview di Skotlandia,2,Interview di Spanyol,16,Interview di Swedia,2,Interview di Swiss,2,Interview di Taiwan,5,Interview di Thailand,8,Interview di Tiongkok,9,Interview di Turki,9,Interview di Yaman,1,Interview di Yordania,5,Irlandia,10,Islandia,1,Italia,16,Jakarta,1,Jamaika,1,Jepang,60,Jerman,46,Kanada,27,Karir,13,Kazakhstan,1,Kolombia,4,Korea Selatan,44,Kuliner,21,kuliner khas daerah,7,Kuliner Mancanegara,14,Launching Buku,1,Lebanon,3,Lithuania,1,LPDP,4,Malaysia,27,Maroko,9,Media,249,Meksiko,7,Mesir,19,motivasi,2,New York,1,New Zealand,15,News,3,Norwegia,2,Paraguay,1,Perancis,48,Polandia,14,Portugal,15,PPI,6,Prancis,1,Press Release,1,Prestasi,1,Profil PPI,7,Profil Universitas,51,Qatar,2,Rekomendasi,1,Rumania,2,Rusia,13,Selandia Baru,24,Sidney,1,Simposium Internasional PPI Dunia 2016,6,Singapura,30,Skotlandia,4,Slovakia,1,Spanyol,24,Student Life,150,Studenthack,348,Surabaya,2,Swedia,19,Swiss,15,Taiwan,9,Thailand,13,Tiongkok,19,Tips,7,Tips Beasiswa,16,Tips Belajar Bahasa Inggris,9,Tips Kuliah ke Luar Negeri,89,Tips Travelling,6,Tips Umum Kuliah di Luar Negeri,105,Tips Umum Kuliah Di Negeri Sendiri,47,TOEFL,12,Tokoh Dunia,2,Tokoh Indonesia,20,Traveling,6,Turki,20,Uni Emirat Arab,1,Uni Eropa,2,Universitas,36,Universitas Terbaik,56,Uruguay,2,Vietnam,1,Yaman,1,Yogyakarta,3,Yordania,5,Yunani,3,
ltr
item
Berkuliah.com: Ça Va? Sudah Siap Ke Perancis?
Ça Va? Sudah Siap Ke Perancis?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEkhDAZ2eWygf0CXKOYPYmWmk9BeZg6udtS622ScvhKeBMalNUHhNdLotjIoH5i4KBU3z2mCsUEZB3un-aUhVQZOLg6TQ0N5soYTQ4Pd0ZfMV5VG6u_rGI0RQOJvWQGGcroLMn37JpjnE/s1600/Snap+2014-08-24+at+15.50.15.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEkhDAZ2eWygf0CXKOYPYmWmk9BeZg6udtS622ScvhKeBMalNUHhNdLotjIoH5i4KBU3z2mCsUEZB3un-aUhVQZOLg6TQ0N5soYTQ4Pd0ZfMV5VG6u_rGI0RQOJvWQGGcroLMn37JpjnE/s72-c/Snap+2014-08-24+at+15.50.15.jpg
Berkuliah.com
http://www.berkuliah.com/2014/08/ca-va-sudah-siap-ke-perancis.html
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/2014/08/ca-va-sudah-siap-ke-perancis.html
true
6823463133590324440
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy