Ketika kamu berhasil kuliah di luar negeri, pastinya itu adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidup kamu. Apalagi bisa kuliah gratis...
Ketika kamu berhasil kuliah di luar negeri, pastinya itu adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidup kamu. Apalagi bisa kuliah gratis tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun, bisa mendapat nilai yang memuaskan, serta pengalaman yang begitu banyak dan mengagumkan. Jika kamu bisa meraih semua impian kamu untuk kuliah di luar negeri, tentunya kamu adalah salah satu orang yang paling beruntung di dunia ini.
Kali ini tim berkuliah.com akan menampilkan hasil interview dengan salah satu alumni dari University of New South Wales. Di mana itu? Australia! Nah, kamu penasaran? Baiklah, mari kita simak bersama ulasannya berikut ini.
Halo. Bisa diceritakan tentang profil diri kamu? Lalu, apa alasan yang membuat kamu memilih Australia sebagai negara tujuan kuliah?
Perkenalkan, saya Pria Santri Beringin, biasanya dipanggil Santri. Kota asal Medan, tapi sejak 3 tahun belakangan saya tinggal di Jayapura, dalam kaitannya dengan beasiswa saya yang mewakili Papua. Kuliah di University of New South Wales, Sydney, jurusan Pendidikan dan Pembangunan Internasional (Education and International Development Studies). Australia menjadi negara tujuan karena ketersediaan beasiswa yang cukup untuk mencover saya dan keluarga, juga karena reputasi Australia yang memiliki persoalan penanganan pendidikan untuk masyarakat asli (indigenous society) yang merupakan konsentrasi studi saya.
Dulu, bagaimana proses saat kamu memilih kampusnya? Apakah setelah sampai di sana, semuanya sesuai dengan yang diharapkan?
Proses memilih kampus saya awali dengan mengunjungi situs http://cricos.deewr.gov.au/ yang dicantumkan di formulir aplikasi beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS). Dari daftar tersebut saya menyeleksi secara pribadi universitas-universitas yang menawarkan jurusan pendidikan dengan perhatian pada layanan pendidikan dan kebijakan pendidikan untuk masyarakat asli (indigenous education). Di situs yang saya sebut di atas, saya masukkan kata kunci “master of education”, lalu kunjungi website universitasnya dan unduh silabus jurusan kuliahnya (Course Outline). Proses ini diulang kembali pada waktu setelah lulus beasiswa lewat acara “Education Day” yang diselenggarakan oleh pihak penyedia beasiswa (AUSAID dan Pemerinta Indonesia). Di acara “Education Day”, perwakilan universitas-universitas yang ada di Australia langsung datang ke Denpasar (lokasi penyelenggaraan waktu lalu) dan saya berdialog lagi dengan berbagai universitas tersebut. Pilihan kemudian saya revisi menjadi “Master of Educational Studies and Master of International. Development Studies”, yakni program Double Degree di mana kita mendapatkan kesempatan belajar dua jurusan berbeda sekaligus dengan dua gelar kesarjanaan sekaligus. Setelah sampai di sini, beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan indigenous education hanya ditawarkan di program graduate diploma dan undergraduate. Demikianpun, kajian ini bisa saya dapatkan lewat diskusi-diskusi kelas dan tulisan-tulisan tugas kuliah.
Apa saja kelebihan dari University of New South Wales tempat kamu kuliah? Baik dari segi fasilitas, dosen, teman-teman, suasana, dan hal lainnya?
UNSW merupakan salah satu dari kampus yang terbesar yang ada di Sydney, dan termasuk top 10 Australian Leading Universities menurut berbagai survey. Fasilitasnya sangat memuaskan, terutama koleksi jurnal dan buku-buku yang saya butuhkan, termasuk kajian tentang pendidikan di Indonesia.
UNSW terletak di salah satu suburb (kecamatan) yang tidak terlalu dekat dengan keramaian kota, tapi juga tidak terlalu jauh dari kota (Sekitar 10-15 menit naik bis umum ke pusat kota Sydney). Banyak restoran Indonesia dan sentra belanja barang dagangan Indonesia, sehingga tidak membuat kita mudah homesick (kangen) Indonesia berlebihan. Dosen-dosennya juga sangat kooperatif, walaupun tidak bisa digeneralisir semua dosen memiliki sikap kooperatif yang sama untuk membantu diskusi akan tugas kuliah. Teman-teman di sini kebanyakan tetap orang Indonesia dan Asia, namun sesekali kalau menyempatkan diri hadir di perayaan-perayaan festival setempat (semisal fair, barbeque, atau movie night), kita bisa berkenalan dengan orang-orang lokal ataupun mahasiswa internasional dari negara lain (umumnya negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah dan Asia tenggara).
Apakah resep khusus untuk mendapatkan beasiswa di Australia? apakah ada beasiswa di pertengahan tahun?
Tidak ada resep khusus untuk mendapatkan beasiswa AAS. Semua beasiswa prinsipnya sama, prosesnya transparan dan terbuka untuk siapa saja. Akan tetapi, sangat membantu jika kita sudah memiliki nilai IELTS 6.5, dan berdiskusi dengan alumni AAS tentang cara mengisi formulir aplikasi beasiswa. Dan beasiswa AAS ini dibagi dalam 4 gelombang pengiriman pada periode yang sama, artinya ada yang masuk di awal semester 1, ada yang masuk di awal semester 2.
Apakah ada tips khusus mendapatkan tiket pesawat yang murah? Dan apa saja yang harus dipersiapkan sebelum berangkat ke Australia?
Penyedia layanan beasiswa AAS (dalam hal ini AusAid) yang mencarikan tiket pesawat untuk kita berangkat dan pulang. Demikianpun, setelah nanti tiba di sini (Australia/Sydney), silahkan bergabung dengan ‘Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA)’ untuk mendapatkan update-update informasi tiket murah, barang-barang diskon, event-event terbaru, dll. Yang perlu dipersiapkan sebelum ke Australia adalah perlengkapan musim dingin. Jaket, sarung tangan, boots, longjohn, hoodie, sweater, sekurang-kurangnya satu pasang untuk bertahan di minggu-minggu awal musim dingin. Setibanya di sini, kamu bisa membeli yang barang setengah pakai (second hand) di took-toko barang separuh pakai semacam Vinnies, Op Shop, dan lainnya.
Bagaimana tips memilih tempat tinggal di Australia?
Sebelum berangkat, ada baiknya ikuti milis beasiswa, atau mencari tahu teman yang sudah ada di lokasi tujuan (misalnya Sydney, Melbourne, Adelaide, dll) untuk mendapatkan bantuan informasi akomodasi. Biasanya, PPIA juga membantu menyediakan informasi ini yang bisa diunggah di website PPIA di www.ppia.org Sebaiknya pilih yang dekat dengan kampus (walking distance) dan tidak terlalu jauh dari komunitas Indonesia, guna keperluan bantuan di kala darurat, semisal sakit berat, atau hal lainnya.
Bagaimana biaya hidup di Australia? Terlebih lagi jika kita membawa keluarga?
Pilihan tempat tinggal mempengaruhi kecukupan biaya tinggal di sini. Khususnya Sydney, hamper 60% uang saku beasiswa habis untuk biaya sewa tempat tinggal. Untuk meminimalisir biaya, biasakan memasak dan belanja makanan sendiri, unduh buku-buku kuliah versi e-book atau pinjam dari perpustakaan kampus (jika tersedia). Selain itu, jika tersedia, bisa juga sambil kerja paruh waktu di jenis pekerjaan yang sifatnya tidak butuh keterampilan berpikir yang tinggi, semisal cleaner, laundry man/woman, kitchen hand, atau lainnya.
Apakah ada tempat-tempat menarik yang wajib dikunjungi para mahasiswa untuk sekedar refresing menyegarkan otak?
Jika menyenangi kegiatan berpetualang di alam, bisa menyempatkan diri untuk jalan di hari sabtu/minggu (weekend). Di Sydney, ada beberapa yang wajib didatangi, misalnya The Blue Mountain (Three Sisters), Bush Walking di Coogee. Bagi yang menyenangi pub atau bar, bisa menikmati steak murah di Selasa malam di Doncaster Bar, atau menikmati musik Jazz dan sejenisnya di city. Bagi orang Indonesia, karaoke dengan lagu-lagu Indonesia juga tersedia di city. Bagi penggemar pantai, ada banyak pilihan di Sydney, bisa ke Coogee, Bondi, Mainly, dan lainnya. Terakhir, tentu saja Sydney Opera House dan Darling Harbor yang merupakan ikon Australia yang wajib dikunjungi. Saya menyempatkan diri menonton konser Symphony Orchestra dengan harga mahasiswa ($35 untuk 2,5 jam pertunjukan. Harga aslinya di atas $80).
Dimanakah tempat-tempat belanja yang lumayan murah untuk berbelanja barang kebutuhan sehari-hari?
Untuk belanja souvenir, di Sydney ada Paddys Market, dekat dengan pusat kota Sydney (kita biasanya sebut City). Di Paddys juga menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, semacam beras, gula, garam, sayur, daging, telur dan buah-buahan. Untuk ikan dan seafood, bisa ke the Fish Market di Darling harbor. Demikianpun, di daerah saya tinggal (Kingsford) ada banyak toko serba ada milik orang Indonesia yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dari Indonesia dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk barang-barang tertentu, semisal boots tambahan, lampu belajar, jaket tambahan, buku bekas, dan lainnya, bisa dicari di Sunday Market ataupun di website-website semacam gumtree dan flatsmate.
Adakah tips khusus agar kita mampu hidup dan survive di Australia dari awal kuliah sampai kelulusan?
Kunci paling utama adalah membuat Schedule! Segala sesuatu harus terencana dan disusun dengan keluarga. Hidup yang seimbang itu adalah: 8 jam belajar, 8 jam tidur dan 8 jam untuk hal lainnya (kerja tambahan, ibadah, makan, organisasi, jalan-jalan, olahraga, waktu untuk keluarga, dll). Untuk jalan-jalan dengan keluarga, sebaiknya dilakukan di hari Minggu, karena ada layanan khusus hanya bayar $2.5 per orang naik moda transportasi umum jenis apapun, se-New South Wales seharian penuh. Ini guna menghemat biaya dan memaksimalkan hari libur. Jangan pasif menunggu instruksi dari dosen tentang bahan kuliah, cari tau sendiri dan atur jadwal pembuatan paper kuliah jauh-jauh hari dari tenggang waktu pengumpulan tugas. Menunda-nunda (procrastinate) menjadi penyakit umum di awal-awal masa kuliah, karena masih adaptasi antara meninggalkan rumah dan hidup di lingkungan baru, padahal kuliah sudah mulai dari sejak pertama tiba. Selai itu, hiduplah yang seimbang! Jangan terlalu banyak belajar, dan jangan juga larut dengan kehidupan sosial (baik organisasi, hangout, dll).
Mungkin jika ingin mengetahui lebih banyak tentang perkuliahan di Australia dan sebagainya, bisa kunjungi link ini http://cricos.deewr.gov.au/.
Oke, sobat berkuliah.com! Itu tadi sebuah cerita pengalaman yang luar biasa dari Santri Beringin yang telah lebih dahulu berhasil kuliah di Australia. Jangan lupa selalu update informasi dari berkuliah.com, ya! Salam sukses dan sampai jumpa.