Kyoto? Di manakah tempat ini? Kok mirip dengan kata Tokyo yang menjadi ibukota Jepang? Di Jepangkah kota ini berada? Ya, tepat sekal...
Kyoto? Di manakah tempat ini? Kok mirip dengan kata Tokyo yang menjadi ibukota Jepang? Di Jepangkah kota ini berada?
Ya, tepat sekali teman! Kyoto merupakan salah satu kota utama di Jepang, bahkan bisa dikatakan kota terpenting kedua setelah Tokyo. Selain kota besar, keistimewaan Kyoto ada pada sejarahnya. Dari manga-manga dan anime yang sudah sering kita lihat kebanyakan ceritanya selain berlokasi di Tokyo juga Kyoto. Kenapa? Karena ratusan tahun sebelum Jepang menjadi negara modern, ibukota negaranya (kota yang menjadi pusat aktifitas di Jepang masa lalu) adalah Kyoto. Mungkin kalau kita boleh mengibaratkan Kyoto ini Jogjanya Indonesia, sementara Tokyo adalah Ibukota Jakarta.
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di lepas pantai Asia Timur. Negeri Jepang terdiri dari lebih dari ratusan pulau di antaranya 4 pulau besar dari negeri ini yakni, Hokkaido , Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Dimasa lalu, Jepang dikenal sebagai kawasan mistis yang terlarang bagi orang asing untuk masuk ke wilayahnya. Kyoto, terletak di pulau Honshu. Pada masa kuno Kyoto dikenal sebagai salah satu kota termistis sekaligus paling produktif. Pusat pemerintahan raja ada disana, yang mewariskan berbagai bangunan bersejarah.
Yang lebih menarik, sama seperti Yogyakarta, selain sebagai kota budaya Kyoto juga dikenal dengan kota pelajar. Universitas Kyoto atau lebih keren dengan sebutan kyodai merupakan universitas pertama di Asia yang mendapat hadiah nobel. Sampai sekarang, tercatat Kyodai telah menerima lima hadiah nobel. Nama Kyodai merupakan singkatan dari Kyoto Daigaku (yang berarti kampus/universitas.red). hampir semua kampus di Jepang memiliki nama keren seperti ini, sama halnya dengan di negara kita seperti UGM (Universitas Gadjah Mada), UI (Universitas Indonesia), UIN (Universitas Islam Negeri), dan lain sebagainya.
Sedikit mengenai sejarah kota Kyoto
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di lepas pantai Asia Timur. Negeri Jepang terdiri dari lebih dari ratusan pulau, di antaranya 4 pulau besar dari negeri ini yakni, Hokkaido , Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Sekolah kami terletak di kota Kyoto, di pulau Honshu yang mana merupakan kota bersejarah di Jepang.
Luas Area Daratan propinsi Kyoto adalah 4,612,71km2. Dengan jumlah penduduk 2,64 juta jiwa (sensus th 2008) mengesankan Kyoto tidak seramai Tokyo. Temperatur daerah ini relatif sejuk, berkisar antara 15.9℃ rata-rata pertahun, 36.9℃ rata-rata tertinggi dan 3.7℃ untuk rata-rata terendah. Jepang memang wilayah yang beriklim tropis sedang, artinya tidak terlalu panas seperti halnya di timur tengah dan tidak terlalu dingin seperti Eropa Utara atau Korea. Propinsi Kyoto terletak di tengah kepulauan Jepang (pulau Honshu) dan merupakan kota terbesar ke 31 dari 47 propinsi di Jepang.
Dari tahun 794 sampai tahun 1869 sebelum ibu kota Jepang di pindahkan ke Tokyo, Kyoto merupakan ibu kota Jepang lebih dari ribuan tahun sebelumnya. Kota ini memiliki ratusan bangunan bersejarah; salah satunya Golden Pavilion, Kuil Kyomizu dan Kuil Heian. Kyoto sudah lama di kenal sebagai pusat kebudayaan dan kesenian traditional. Berbagai macam matsuri (festival) kerap diadakan dan menarik banyak wisatawan asing berkunjung ke kota ini. Selain itu upaca-upaca kesenian tradisional seperti Upacara Minum Teh, Seni Merangkai Bunga dan lain-lain juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis. Di kota ini terdapat pula kesenian modern, fashion dan musik.
Kota Kyoto mempunyai banyak perguruan tinggi dan menurut statistik tidak kurang dari 10% dari jumlah penduduk adalah mahasiswa, jika dibandingkan dengan kota lain di Jepang, jumlah mahasiswa perguruan di kota ini sangat menonjol. Maka dari itu, kota ini sangat ideal sebagai lingkungan mahasiswa dan juga merupakan tempat pertukaran pelajar dari berbagai manca negara yang memilih kota Kyoto sebagai tempat untuk belajar di Jepang. Kyoto bukan hanya memiliki Universitas Kyoto di mana salah satu Perguruan Tinggi yang utama dan terkenal , tapi di Kyoto pun memiliki belasan universitas pemerintah dan swasta lainnya.
Ya, Kyoto memang kota budaya sekaligus kota pelajar di Jepang. Jadi tak rugi apabila kita bermimpi bisa mendapat kesempatan untuk bersekolah di universitas terkemuka dunia –Kyoto University- sekaligus belajar mengenali kekayaan budaya Jepang di Kyoto. Impian yang indah…
Bagi teman-teman yang berniat serta berminat untuk menjejak belajar di ‘negeri sakura’ ini, silahkan persiapkan diri jauh-jauh hari, dan rajin-rajinlah mencari informasi mengenai universitas yang dituju. Berikut akan penulis sajikan informasi mengenai universitas Kyoto.
Data Universitas Kyoto
Kyoto University (京都大学 Kyōto Daigaku) adalah universitas negeri di Kyoto, Jepang. Universitas ini didirikan pada tahun 1897 sebagai Universitas Imperial Kyoto, dan merupakan universitas negeri tertua nomor dua di Jepang. Universitas Kyoto memiliki 10 fakultas, 17 sekolah pascasarjana, 13 institut riset, serta 29 pusat riset dan pendidikan.
Ciri khas universitas ini adalah tradisi akademik yang menghargai semangat kebebasan dan kemerdekaan akademik. Bidang yang menonjol di Kyodai adalah kebebasan dan kemandirian penelitiannya. Penelitian dilakukan berdasarkan minat dan tujuan masing-masing individu. Sebagai universitas berorientasi penelitian, Universitas Kyoto hingga kini telah menghasilkan 7 penerima Penghargaan Nobel dalam bidang fisika teori, kimia, dan biologi molekuler.
Universitas Kyoto memiliki 3 lokal kampus. Kampus utama adalah Kampus Yoshida yang berada di pusat kota Kyoto. Dua kampus lainnya adalah Kampus Uji dan Kampus Katsura. Kampus Uji merupakan pusat riset energi dan ilmu alam, terletak di Uji, Prefektur Kyoto. Kampus Katsura adalah kampus baru yang dibuka Oktober 2003, letaknya 7 km dari kampus utama.
Sejarah Awal Universitas Kyoto a.k.a Kyodai
Pada awalnya, universitas kyoto memang berafiliasi di bidang eksak/riset. Sejarah Universitas Kyoto berawal Seimikyoku (Sekolah Fisika dan Kimia) yang dibuka 1 Mei 1869 di Osaka. Seimikyoku berawal dari (Pusat Analisis Kimia dan Fisika) yang didirikan pada Agustus 1865 di Seitokukan (Sekolah Kedokteran) Nagasaki. Sebelum menjadi sebuah universitas Kyoto, Bunseki Kyūrijo mengalami proses sejarah yang cukup panjang.
Pendirian Bunseki Kyūrijo ini merupakan usul dari dokter Belanda Antonius Franciscus Bauduin. Untuk merealisasikan idenya ini, maka didatangakanlah seorang Dokter militer Belanda, Koenraad Wouter Gratama, untuk mengajar di Bunseki Kyūrijo. Gratama tiba di Nagasaki pada Februari 1866. Dua bulan setelah didirikan, Bunseki Kyūrijo segera dipindahkan ke sekolah ilmu Barat Kaiseijo di Edo pada Oktober 1866. Gratama ikut diberangkatkan ke Edo pada tahun baru 1867. Pembangunan gedung untuk Bunseki Kyūrijo di Kaiseijo memakan waktu 9 bulan, dan selesai pada musim semi 1868. Namun sebelum sekolah sempat dibuka, terjadi pertempuran antara tentara keshogunan (pemerintahan seluruh provinsi di Jepang dipimpin oleh seorang Shogun yang dihormati secara mutlak, disamakan dengan raja) dan tentara pendukung kekaisaran yang berakhir dengan tumbangnya Keshogunan Edo. Bunseki Kyūrijo akhirnya batal dibuka di Edo.
Pemerintah Meiji tetap menyadari pentingnya sekolah kimia dan fisika sehingga membuka sekolah pengganti yang disebut sekolah kimia Seimikyoku pada tahun 1869. Edo sedang dalam keadaan tidak aman sehingga sekolah dipindah ke Osaka. Kuliah perdana diberikan oleh Dokter Gratama. Nama Seimikyoku segera diganti menjadi Rigakkō (Sekolah Fisika). pada September 1869. Sebuah sekolah ilmu Barat (Yōgakkō) juga dibuka di Osaka. Sekolah ini kemudian bergabung dengan Rigakkō menjadi sekolah ilmu Barat Osaka Kaiseijo pada Oktober 1870. Setelah sempat berganti nama sebagai Osaka Senmon Gakkō (Sekolah Kejuruan Osaka), dan Osaka Chūgakkō (Sekolah Menengah Osaka) pada Desember 1880, sekolah ini akhirnya disebut Daigaku Bunkō (Sekolah Cabang Universitas) pada Juli 1885.
Berdasarkan Dekrit Sekolah Menengah Jepang 1886, sebutan Daigaku Bunkō diganti menjadi Dai-san Kōtō Chūgakkō (Sekolah Menengah Tingkat Atas 3) pada April 1886, dan lalu dipindahkan dari Osaka ke Kyoto pada 1 Agustus 1889. Berdasarkan Dekrit Sekolah Menengah Atas Jepang 1894, Dai-san Kōtō Chūgakkō berganti nama sebagai Dai-san Kōtō Gakkō (Sekolah Menengah Atas 3) pada September 1894.
Dekrit Pendirian Universitas Imperial dikeluarkan Pemerintah Meiji pada tahun 1886, namun pendirian universitas di wilayah Kansai tertunda karena masalah keuangan. Pada 1895, Saionji Kinmochi mengusulkan untuk meningkatkan taraf sekolah menengah atas Dai-san Kōtō Gakkō di Kyoto menjadi universitas dengan dana pampasan Perang Sino-Jepang Pertama. Dai-san Kōtō Gakkō dijadikan sebagai Universitas Imperial, dan dipindahkan ke lokasi baru yang sekarang disebut Kampus Yoshida Selatan.
Berdirinya Universitas Imperial Kyoto
Universitas Imperial Kyoto secara resmi didirikan 18 Juni 1897, diikuti pembukaan Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi pada September 1897. Dua tahun kemudian, Sekolah Tinggi Hukum dan Sekolah Tinggi Kedokteran dibuka pada September 1899. Perpustakaan universitas dan rumah sakit universitas menyusul dibuka bulan Desember tahun yang sama. Sekolah Tinggi Sastra menyusul dibuka pada September 1906, Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi dipecah menjadu Sekolah Tinggi Teknologi dan Sekolah Tinggi Sains pada Juli 1914.
Konoshita Hiroji dari Kementerian Pendidikan Jepang adalah rektor pertama Universitas Kyoto. Sesuai keinginan rektor waktu itu, Universitas Imperial Kyoto dibangun berdasarkan "sistem Jerman yang berlandaskan konsep kebebasan belajar, mengajar, dan melakukan penelitian". Konsep tersebut hingga kini masih diterapkan dalam bentuk kebebasan akademik di Universitas Kyoto.
Pada Februari 1919, sebutan sekolah tinggi diganti menjadi fakultas. Sekolah Tinggi Hukum, Sekolah Tinggi Kedokteran, Sekolah Tinggi Teknologi, Sekolah Tinggi Sains, dan Sekolah Tinggi Sastra masing-masing menjadi sebuah fakultas. Sejak itu pula Universitas Kyoto terus berkembang dengan dibukanya fakultas baru, sekolah pascasarjana, dan pusat-pusat penelitian. Pada Mei 1919, Fakultas Ekonomi memisahkan diri dari Fakultas Hukum, disusul dibukanya Fakultas Pertanian pada November 1923. Masih pada tahun 1923, gedung utama universitas selesai dibangun. Menara jam tersebut hingga kini dikenal sebagai simbol Universitas Kyoto. Pusat penelitian pertama milik Universitas Kyoto adalah Pusat Penelitian Kimia yang dibuka pada Oktober 1926.
Peristiwa Takigawa
Pada awal periode Showa, pengawasan terhadap ideologi Marxis semakin diperketat, termasuk terhadap para dosen. Beberapa dosen di Universitas Kyotopun tak luput dari pengawasan pemerintah. Tahun 1928, ahli ekonomi Marxis Hajime Kawakami dari Universitas Imperial Kyoto diminta Kementerian Pendidikan untuk mengundurkan diri. Setelah permintaan tersebut diluluskan rapat dewan dosen, Kawakami dipecat.
Pada 1933, Menteri Pendidikan Ichirō Hatoyama menjatuhkan hukuman skors kepada dosen Fakultas Hukum Takigawa Yukitoki yang dituduh menyebarluaskan ideologi Marxis dalam artikel mengenai teori kriminal. Dosen Fakultas Hukum beramai-ramai menanggapinya dengan surat pengunduran diri. Dalam pertemuan dengan menteri pendidikan, rektor ikut menyatakan keinginan mengundurkan diri, namun ditolak oleh Kementerian Pendidikan. Peristiwa ini disebut Peristiwa Takigawa, dan berakhir dengan berhentinya Takigawa Yukitoki bersama 7 orang dosen lainnya. Delapan orang dosen berhenti di waktu yang sama.
Perkembangan selanjutnya berupa dibukanya Pusat Penelitian Humaniora (Agustus 1939), Pusat Penelitian Tuberkulosa, dan Institut Energi Atom (Maret 1941), serta Pusat Penelitian Perkayuan (Mei 1944). Seusai Perang Dunia II, Komandan Tertinggi Sekutu melakukan pembersihan staf pengajar secara besar-besaran. Takigawa Yukitoki dan rekan-rekan yang berhenti pada Peristiwa Takigawa diterima kembali untuk mengajar. Pada tahun 1946, universitas ini untuk pertama kalinya menerima mahasiswa perempuan dan membuka Pusat Penelitian Ilmu Pangan.
Bermetamorfosis menjadi Universitas Kyoto
Universitas Imperial Kyoto menanggalkan nama Imperial, dan resmi disebut Universitas Kyoto sejak tahun 1947. Dua tahun kemudian, Universitas Kyoto membuka Fakultas Pendidikan, dan berdasarkan sistem universitas yang baru, Dai-san Kōtō Gakkō (Sekolah Menengah Atas 3) bergabung dengan Universitas Kyoto pada bulan Mei 1949. Masih pada tahun 1949, dosen Universitas Kyoto Hideki Yukawa memenangi Penghargaan Nobel, dan sekaligus menjadi orang Jepang pertama yang memenangi Penghargaan Nobel. Sebagai kenang-kenangan, Universitas Kyoto mendirikan Gedung Peringatan Yukawa yang dijadikan Pusat Penelitian Fisika Universitas Kyoto.
Persiapan bagi calon mahasiswa
Bagi teman-teman yang berniat untuk belajar di Jepang, khususnya di Kyoto ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Informasi ini sangat penting untuk dipahami karena akan menjadi bekal di sana kelak. Beberapa persiapan inti yaitu:
Informasi dan urusan berkas
Pertukaran pelajar Indonesia ke Jepang memang sudah tak asing lagi, namun selalu terkesan menarik karena Jepang terkenal sebagai negara presgtisius di Asia dan rata-rata lulusannya sukses sekembalinya ke tanah air. Kemudahan informasi bisa diperoleh ddari wakil kedutaan Jepang (sebagai wakil riset Jepang di Asia Tenggara) yang terletak di Bangkok-Thailand dan di Jakarta-Indonesia.
Selain itu, yang wajib diperhatikan adalah bagi semua mahasiswa assing yang berkeinginan belajar di Jepang diharuskan untuk menguasai bahasa Jepang. Selain tes akademik, para pelamar program beasiswa ke Jepang akan diuji secara bahasa. Hal ini dikarenakan rata-rata bahasa pengantar yang disampaikan di universitas Jepang menggunakan bahasa nasional, hanya sedikit yang memakai bahasa Inggris dan itu saja di program pasca sarjana.
Berikut materi ujian seleksi mahasiswa :
Lembaga resmi Jepang yang khusus mengatur penerimaan mahasiswa asing ini bernama AEIJ. Alamat Jepang : 4-5-29, Komaba, Meguro-ku, Tokyo 153-8503. Di Jakarta lembaga ini sudah ada membuka lembaga perwakilan yang bernama JEIC ( Japan Educational Information Centre ) Summitmas I lt.5, jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62, Jakarta 12190. Tel. 021-252-1912 dan Fax.: 021-252-1913. E-mail: jeic_jkt@rad.net.id dan Website: http://www. Aiej.or.jp. silahkan mencari informasi di tempat ini. Meskipun persiapan untuk mengikuti ujian seleksi dan persiapan pemberangkatan bisa dikatan cukup ribet, namun lembaga ini akan mendampingi calon mahasiswa. Yang terpenting, persiapkan dahulu segala penguasaan materi yang akan diujikan.
Persiapan Budaya
Setiap negara memiliki ciri budayanya sendiri-sendiri, apalagi di Jepang. Negeri sakura ini sangat memperhatikan sopan santun dan hierarki sosial. Jadi, ketika baru saja sampau di sana, jangan pernah lupa untuk selalu mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang diterima dari orang lain. Selain itu, di jepang kita harus memanggil teman, kolega, ataupun dosen dengan nama keluarga. Jangan pernah memanggil dengan nama kecil atau anda akan dicap sebagai warga asing yang tidak tahu sopan santun. Bagi mahasiswa wanita, meskipun Jepang merupakan negara modern namun kode etik hirarki laki-laki nomor satu dan perempuan nomor dua masih kental. Karena itu, jangan sungkan untuk membuatkn teh atau sekedar menyapa dulu pada teman Jepang kamu. Selain itu, sikap yang sedikit membutuhkan bantuan (tidak terkesan keras kepala) akan memudahkan anda memperoleh banyak teman.
Gaya dan biaya hidup
Biaya hidup di Jepang terbilang cukup mahal. Di kota besar seperti Kyoto ataupun tokyo, biaya sewa kos-kosan saja akan sangat mungkin menghabiskan jatah bulanan yang diberikan menteri Pendidikan Jepang sebagai uang saku beasiswa kamu. Untuk itu, lebih baik jangan menyewa apartemen yang terlau mewah karena biaya depositonya akan sangat mahal. Apabila kita mengontrak sebuah rumah maka pemilik akan mewajibkan kita membayar biaya deposito selama 2 tahun sebagai jaminan kerusakan yang akan kita lakkan pada properti tersebut. Namun, apabila tidak ada kerusakan apapun atau minim, maka sebagian besar uang deposito ini akan dikembalikan lagi pada penyewa untuk kemudian membayar deposito baru dua tahun berikutnya.
Masalah kamar mandi juga cukup rumit di Jepang. Bagi apartemen yang pas-pasan biasanya tidak disediakan kamar mandi di area kos. Lalu, bagaimana apabila kita ingin membersihkan diri? Pemandian umum adalah jawabannya. Di musim dingin, pemandian umum yang biasanya menyediakan air panas bisa sangat membantu. Untuk mahasiswa yang tidak terbiasa dengan pemandian umum harap mempersiapkan kocek yang sedikit lebih dalam, untuk menyewa apartemen yang berkamar mandi atau kos di rumah induk semang yang menengah ke atas.
Satu lagi, jangan untuk selalu menyediakan tisu kemanapun kamu pergi. Kenapa? Karena kamar mandi umum di Jepang tidak dilengkapi dengan fassilitas WC atau toilet. Untuk memenuhi kebutuhan buang hajat biasanya ada tempat khusus (semacam WC umum) yang tidak menyediakan air, hanya difasilitasi dengan tisu toilet. Karena sifatnya yang umum, maka kita tidak akan pernah tahu kapan dan dimana WC umum ini kehabisan tisu. Jangan sampai malu di tempat umum seperti cerita di komik-komik Jepang, ya!
Kyoto merupakan kampus riset kompeten yang telah berkali-kali masuk sebagai jajaran kampus elit tingkat dunia dari berbagai sumber, termasuk di topuniversities.com situs-situs sejenis. Jadi, untuk sedikit bersusah payah mengurus persiapan di Jepang yang cukup ribet, tidak masalah, bukan? Apalagi negara kita telah mempunyai kerjasama tetap dengan dinas Pendidikan Jepang, jadi tunggu apa lagi kawan? Prepare your self!
Ya, tepat sekali teman! Kyoto merupakan salah satu kota utama di Jepang, bahkan bisa dikatakan kota terpenting kedua setelah Tokyo. Selain kota besar, keistimewaan Kyoto ada pada sejarahnya. Dari manga-manga dan anime yang sudah sering kita lihat kebanyakan ceritanya selain berlokasi di Tokyo juga Kyoto. Kenapa? Karena ratusan tahun sebelum Jepang menjadi negara modern, ibukota negaranya (kota yang menjadi pusat aktifitas di Jepang masa lalu) adalah Kyoto. Mungkin kalau kita boleh mengibaratkan Kyoto ini Jogjanya Indonesia, sementara Tokyo adalah Ibukota Jakarta.
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di lepas pantai Asia Timur. Negeri Jepang terdiri dari lebih dari ratusan pulau di antaranya 4 pulau besar dari negeri ini yakni, Hokkaido , Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Dimasa lalu, Jepang dikenal sebagai kawasan mistis yang terlarang bagi orang asing untuk masuk ke wilayahnya. Kyoto, terletak di pulau Honshu. Pada masa kuno Kyoto dikenal sebagai salah satu kota termistis sekaligus paling produktif. Pusat pemerintahan raja ada disana, yang mewariskan berbagai bangunan bersejarah.
Yang lebih menarik, sama seperti Yogyakarta, selain sebagai kota budaya Kyoto juga dikenal dengan kota pelajar. Universitas Kyoto atau lebih keren dengan sebutan kyodai merupakan universitas pertama di Asia yang mendapat hadiah nobel. Sampai sekarang, tercatat Kyodai telah menerima lima hadiah nobel. Nama Kyodai merupakan singkatan dari Kyoto Daigaku (yang berarti kampus/universitas.red). hampir semua kampus di Jepang memiliki nama keren seperti ini, sama halnya dengan di negara kita seperti UGM (Universitas Gadjah Mada), UI (Universitas Indonesia), UIN (Universitas Islam Negeri), dan lain sebagainya.
Sedikit mengenai sejarah kota Kyoto
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di lepas pantai Asia Timur. Negeri Jepang terdiri dari lebih dari ratusan pulau, di antaranya 4 pulau besar dari negeri ini yakni, Hokkaido , Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Sekolah kami terletak di kota Kyoto, di pulau Honshu yang mana merupakan kota bersejarah di Jepang.
Luas Area Daratan propinsi Kyoto adalah 4,612,71km2. Dengan jumlah penduduk 2,64 juta jiwa (sensus th 2008) mengesankan Kyoto tidak seramai Tokyo. Temperatur daerah ini relatif sejuk, berkisar antara 15.9℃ rata-rata pertahun, 36.9℃ rata-rata tertinggi dan 3.7℃ untuk rata-rata terendah. Jepang memang wilayah yang beriklim tropis sedang, artinya tidak terlalu panas seperti halnya di timur tengah dan tidak terlalu dingin seperti Eropa Utara atau Korea. Propinsi Kyoto terletak di tengah kepulauan Jepang (pulau Honshu) dan merupakan kota terbesar ke 31 dari 47 propinsi di Jepang.
Dari tahun 794 sampai tahun 1869 sebelum ibu kota Jepang di pindahkan ke Tokyo, Kyoto merupakan ibu kota Jepang lebih dari ribuan tahun sebelumnya. Kota ini memiliki ratusan bangunan bersejarah; salah satunya Golden Pavilion, Kuil Kyomizu dan Kuil Heian. Kyoto sudah lama di kenal sebagai pusat kebudayaan dan kesenian traditional. Berbagai macam matsuri (festival) kerap diadakan dan menarik banyak wisatawan asing berkunjung ke kota ini. Selain itu upaca-upaca kesenian tradisional seperti Upacara Minum Teh, Seni Merangkai Bunga dan lain-lain juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis. Di kota ini terdapat pula kesenian modern, fashion dan musik.
Kota Kyoto mempunyai banyak perguruan tinggi dan menurut statistik tidak kurang dari 10% dari jumlah penduduk adalah mahasiswa, jika dibandingkan dengan kota lain di Jepang, jumlah mahasiswa perguruan di kota ini sangat menonjol. Maka dari itu, kota ini sangat ideal sebagai lingkungan mahasiswa dan juga merupakan tempat pertukaran pelajar dari berbagai manca negara yang memilih kota Kyoto sebagai tempat untuk belajar di Jepang. Kyoto bukan hanya memiliki Universitas Kyoto di mana salah satu Perguruan Tinggi yang utama dan terkenal , tapi di Kyoto pun memiliki belasan universitas pemerintah dan swasta lainnya.
Ya, Kyoto memang kota budaya sekaligus kota pelajar di Jepang. Jadi tak rugi apabila kita bermimpi bisa mendapat kesempatan untuk bersekolah di universitas terkemuka dunia –Kyoto University- sekaligus belajar mengenali kekayaan budaya Jepang di Kyoto. Impian yang indah…
Bagi teman-teman yang berniat serta berminat untuk menjejak belajar di ‘negeri sakura’ ini, silahkan persiapkan diri jauh-jauh hari, dan rajin-rajinlah mencari informasi mengenai universitas yang dituju. Berikut akan penulis sajikan informasi mengenai universitas Kyoto.
Data Universitas Kyoto
Didirikan : 1 Mei 1869, sebagai universitas: 1897
Jenis : perguruan tinggi negeri
Presiden : Hiroshi Matsumoto
Jenis : perguruan tinggi negeri
Presiden : Hiroshi Matsumoto
Staf akademik : 2.864 (staf pengajar)
Staf administratif : 5.397 (total pegawai)
Staf administratif : 5.397 (total pegawai)
Jumlah mahasiswa : sekitar 22.707
Sarjana : 13.399
Magister : 9.308 Kampus : kawasan perkotaan:
Kampus Yoshida, Kampus Uji, Kampus Katsura
Warna : Biru tua Julukan : Kyodai : (京大 Kyōdai)
Situs web : www.kyoto-u.ac.jp
Ciri khas universitas ini adalah tradisi akademik yang menghargai semangat kebebasan dan kemerdekaan akademik. Bidang yang menonjol di Kyodai adalah kebebasan dan kemandirian penelitiannya. Penelitian dilakukan berdasarkan minat dan tujuan masing-masing individu. Sebagai universitas berorientasi penelitian, Universitas Kyoto hingga kini telah menghasilkan 7 penerima Penghargaan Nobel dalam bidang fisika teori, kimia, dan biologi molekuler.
Universitas Kyoto memiliki 3 lokal kampus. Kampus utama adalah Kampus Yoshida yang berada di pusat kota Kyoto. Dua kampus lainnya adalah Kampus Uji dan Kampus Katsura. Kampus Uji merupakan pusat riset energi dan ilmu alam, terletak di Uji, Prefektur Kyoto. Kampus Katsura adalah kampus baru yang dibuka Oktober 2003, letaknya 7 km dari kampus utama.
Sejarah Awal Universitas Kyoto a.k.a Kyodai
Pada awalnya, universitas kyoto memang berafiliasi di bidang eksak/riset. Sejarah Universitas Kyoto berawal Seimikyoku (Sekolah Fisika dan Kimia) yang dibuka 1 Mei 1869 di Osaka. Seimikyoku berawal dari (Pusat Analisis Kimia dan Fisika) yang didirikan pada Agustus 1865 di Seitokukan (Sekolah Kedokteran) Nagasaki. Sebelum menjadi sebuah universitas Kyoto, Bunseki Kyūrijo mengalami proses sejarah yang cukup panjang.
Pendirian Bunseki Kyūrijo ini merupakan usul dari dokter Belanda Antonius Franciscus Bauduin. Untuk merealisasikan idenya ini, maka didatangakanlah seorang Dokter militer Belanda, Koenraad Wouter Gratama, untuk mengajar di Bunseki Kyūrijo. Gratama tiba di Nagasaki pada Februari 1866. Dua bulan setelah didirikan, Bunseki Kyūrijo segera dipindahkan ke sekolah ilmu Barat Kaiseijo di Edo pada Oktober 1866. Gratama ikut diberangkatkan ke Edo pada tahun baru 1867. Pembangunan gedung untuk Bunseki Kyūrijo di Kaiseijo memakan waktu 9 bulan, dan selesai pada musim semi 1868. Namun sebelum sekolah sempat dibuka, terjadi pertempuran antara tentara keshogunan (pemerintahan seluruh provinsi di Jepang dipimpin oleh seorang Shogun yang dihormati secara mutlak, disamakan dengan raja) dan tentara pendukung kekaisaran yang berakhir dengan tumbangnya Keshogunan Edo. Bunseki Kyūrijo akhirnya batal dibuka di Edo.
Pemerintah Meiji tetap menyadari pentingnya sekolah kimia dan fisika sehingga membuka sekolah pengganti yang disebut sekolah kimia Seimikyoku pada tahun 1869. Edo sedang dalam keadaan tidak aman sehingga sekolah dipindah ke Osaka. Kuliah perdana diberikan oleh Dokter Gratama. Nama Seimikyoku segera diganti menjadi Rigakkō (Sekolah Fisika). pada September 1869. Sebuah sekolah ilmu Barat (Yōgakkō) juga dibuka di Osaka. Sekolah ini kemudian bergabung dengan Rigakkō menjadi sekolah ilmu Barat Osaka Kaiseijo pada Oktober 1870. Setelah sempat berganti nama sebagai Osaka Senmon Gakkō (Sekolah Kejuruan Osaka), dan Osaka Chūgakkō (Sekolah Menengah Osaka) pada Desember 1880, sekolah ini akhirnya disebut Daigaku Bunkō (Sekolah Cabang Universitas) pada Juli 1885.
Berdasarkan Dekrit Sekolah Menengah Jepang 1886, sebutan Daigaku Bunkō diganti menjadi Dai-san Kōtō Chūgakkō (Sekolah Menengah Tingkat Atas 3) pada April 1886, dan lalu dipindahkan dari Osaka ke Kyoto pada 1 Agustus 1889. Berdasarkan Dekrit Sekolah Menengah Atas Jepang 1894, Dai-san Kōtō Chūgakkō berganti nama sebagai Dai-san Kōtō Gakkō (Sekolah Menengah Atas 3) pada September 1894.
Dekrit Pendirian Universitas Imperial dikeluarkan Pemerintah Meiji pada tahun 1886, namun pendirian universitas di wilayah Kansai tertunda karena masalah keuangan. Pada 1895, Saionji Kinmochi mengusulkan untuk meningkatkan taraf sekolah menengah atas Dai-san Kōtō Gakkō di Kyoto menjadi universitas dengan dana pampasan Perang Sino-Jepang Pertama. Dai-san Kōtō Gakkō dijadikan sebagai Universitas Imperial, dan dipindahkan ke lokasi baru yang sekarang disebut Kampus Yoshida Selatan.
Berdirinya Universitas Imperial Kyoto
image credit |
Universitas Imperial Kyoto secara resmi didirikan 18 Juni 1897, diikuti pembukaan Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi pada September 1897. Dua tahun kemudian, Sekolah Tinggi Hukum dan Sekolah Tinggi Kedokteran dibuka pada September 1899. Perpustakaan universitas dan rumah sakit universitas menyusul dibuka bulan Desember tahun yang sama. Sekolah Tinggi Sastra menyusul dibuka pada September 1906, Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi dipecah menjadu Sekolah Tinggi Teknologi dan Sekolah Tinggi Sains pada Juli 1914.
Konoshita Hiroji dari Kementerian Pendidikan Jepang adalah rektor pertama Universitas Kyoto. Sesuai keinginan rektor waktu itu, Universitas Imperial Kyoto dibangun berdasarkan "sistem Jerman yang berlandaskan konsep kebebasan belajar, mengajar, dan melakukan penelitian". Konsep tersebut hingga kini masih diterapkan dalam bentuk kebebasan akademik di Universitas Kyoto.
Pada Februari 1919, sebutan sekolah tinggi diganti menjadi fakultas. Sekolah Tinggi Hukum, Sekolah Tinggi Kedokteran, Sekolah Tinggi Teknologi, Sekolah Tinggi Sains, dan Sekolah Tinggi Sastra masing-masing menjadi sebuah fakultas. Sejak itu pula Universitas Kyoto terus berkembang dengan dibukanya fakultas baru, sekolah pascasarjana, dan pusat-pusat penelitian. Pada Mei 1919, Fakultas Ekonomi memisahkan diri dari Fakultas Hukum, disusul dibukanya Fakultas Pertanian pada November 1923. Masih pada tahun 1923, gedung utama universitas selesai dibangun. Menara jam tersebut hingga kini dikenal sebagai simbol Universitas Kyoto. Pusat penelitian pertama milik Universitas Kyoto adalah Pusat Penelitian Kimia yang dibuka pada Oktober 1926.
Peristiwa Takigawa
Pada awal periode Showa, pengawasan terhadap ideologi Marxis semakin diperketat, termasuk terhadap para dosen. Beberapa dosen di Universitas Kyotopun tak luput dari pengawasan pemerintah. Tahun 1928, ahli ekonomi Marxis Hajime Kawakami dari Universitas Imperial Kyoto diminta Kementerian Pendidikan untuk mengundurkan diri. Setelah permintaan tersebut diluluskan rapat dewan dosen, Kawakami dipecat.
Pada 1933, Menteri Pendidikan Ichirō Hatoyama menjatuhkan hukuman skors kepada dosen Fakultas Hukum Takigawa Yukitoki yang dituduh menyebarluaskan ideologi Marxis dalam artikel mengenai teori kriminal. Dosen Fakultas Hukum beramai-ramai menanggapinya dengan surat pengunduran diri. Dalam pertemuan dengan menteri pendidikan, rektor ikut menyatakan keinginan mengundurkan diri, namun ditolak oleh Kementerian Pendidikan. Peristiwa ini disebut Peristiwa Takigawa, dan berakhir dengan berhentinya Takigawa Yukitoki bersama 7 orang dosen lainnya. Delapan orang dosen berhenti di waktu yang sama.
Perkembangan selanjutnya berupa dibukanya Pusat Penelitian Humaniora (Agustus 1939), Pusat Penelitian Tuberkulosa, dan Institut Energi Atom (Maret 1941), serta Pusat Penelitian Perkayuan (Mei 1944). Seusai Perang Dunia II, Komandan Tertinggi Sekutu melakukan pembersihan staf pengajar secara besar-besaran. Takigawa Yukitoki dan rekan-rekan yang berhenti pada Peristiwa Takigawa diterima kembali untuk mengajar. Pada tahun 1946, universitas ini untuk pertama kalinya menerima mahasiswa perempuan dan membuka Pusat Penelitian Ilmu Pangan.
Bermetamorfosis menjadi Universitas Kyoto
Universitas Imperial Kyoto menanggalkan nama Imperial, dan resmi disebut Universitas Kyoto sejak tahun 1947. Dua tahun kemudian, Universitas Kyoto membuka Fakultas Pendidikan, dan berdasarkan sistem universitas yang baru, Dai-san Kōtō Gakkō (Sekolah Menengah Atas 3) bergabung dengan Universitas Kyoto pada bulan Mei 1949. Masih pada tahun 1949, dosen Universitas Kyoto Hideki Yukawa memenangi Penghargaan Nobel, dan sekaligus menjadi orang Jepang pertama yang memenangi Penghargaan Nobel. Sebagai kenang-kenangan, Universitas Kyoto mendirikan Gedung Peringatan Yukawa yang dijadikan Pusat Penelitian Fisika Universitas Kyoto.
Persiapan bagi calon mahasiswa
Bagi teman-teman yang berniat untuk belajar di Jepang, khususnya di Kyoto ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Informasi ini sangat penting untuk dipahami karena akan menjadi bekal di sana kelak. Beberapa persiapan inti yaitu:
Informasi dan urusan berkas
Pertukaran pelajar Indonesia ke Jepang memang sudah tak asing lagi, namun selalu terkesan menarik karena Jepang terkenal sebagai negara presgtisius di Asia dan rata-rata lulusannya sukses sekembalinya ke tanah air. Kemudahan informasi bisa diperoleh ddari wakil kedutaan Jepang (sebagai wakil riset Jepang di Asia Tenggara) yang terletak di Bangkok-Thailand dan di Jakarta-Indonesia.
Selain itu, yang wajib diperhatikan adalah bagi semua mahasiswa assing yang berkeinginan belajar di Jepang diharuskan untuk menguasai bahasa Jepang. Selain tes akademik, para pelamar program beasiswa ke Jepang akan diuji secara bahasa. Hal ini dikarenakan rata-rata bahasa pengantar yang disampaikan di universitas Jepang menggunakan bahasa nasional, hanya sedikit yang memakai bahasa Inggris dan itu saja di program pasca sarjana.
Berikut materi ujian seleksi mahasiswa :
Lembaga resmi Jepang yang khusus mengatur penerimaan mahasiswa asing ini bernama AEIJ. Alamat Jepang : 4-5-29, Komaba, Meguro-ku, Tokyo 153-8503. Di Jakarta lembaga ini sudah ada membuka lembaga perwakilan yang bernama JEIC ( Japan Educational Information Centre ) Summitmas I lt.5, jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62, Jakarta 12190. Tel. 021-252-1912 dan Fax.: 021-252-1913. E-mail: jeic_jkt@rad.net.id dan Website: http://www. Aiej.or.jp. silahkan mencari informasi di tempat ini. Meskipun persiapan untuk mengikuti ujian seleksi dan persiapan pemberangkatan bisa dikatan cukup ribet, namun lembaga ini akan mendampingi calon mahasiswa. Yang terpenting, persiapkan dahulu segala penguasaan materi yang akan diujikan.
Persiapan Budaya
Setiap negara memiliki ciri budayanya sendiri-sendiri, apalagi di Jepang. Negeri sakura ini sangat memperhatikan sopan santun dan hierarki sosial. Jadi, ketika baru saja sampau di sana, jangan pernah lupa untuk selalu mengucapkan terimakasih atas semua bantuan yang diterima dari orang lain. Selain itu, di jepang kita harus memanggil teman, kolega, ataupun dosen dengan nama keluarga. Jangan pernah memanggil dengan nama kecil atau anda akan dicap sebagai warga asing yang tidak tahu sopan santun. Bagi mahasiswa wanita, meskipun Jepang merupakan negara modern namun kode etik hirarki laki-laki nomor satu dan perempuan nomor dua masih kental. Karena itu, jangan sungkan untuk membuatkn teh atau sekedar menyapa dulu pada teman Jepang kamu. Selain itu, sikap yang sedikit membutuhkan bantuan (tidak terkesan keras kepala) akan memudahkan anda memperoleh banyak teman.
Gaya dan biaya hidup
Biaya hidup di Jepang terbilang cukup mahal. Di kota besar seperti Kyoto ataupun tokyo, biaya sewa kos-kosan saja akan sangat mungkin menghabiskan jatah bulanan yang diberikan menteri Pendidikan Jepang sebagai uang saku beasiswa kamu. Untuk itu, lebih baik jangan menyewa apartemen yang terlau mewah karena biaya depositonya akan sangat mahal. Apabila kita mengontrak sebuah rumah maka pemilik akan mewajibkan kita membayar biaya deposito selama 2 tahun sebagai jaminan kerusakan yang akan kita lakkan pada properti tersebut. Namun, apabila tidak ada kerusakan apapun atau minim, maka sebagian besar uang deposito ini akan dikembalikan lagi pada penyewa untuk kemudian membayar deposito baru dua tahun berikutnya.
Masalah kamar mandi juga cukup rumit di Jepang. Bagi apartemen yang pas-pasan biasanya tidak disediakan kamar mandi di area kos. Lalu, bagaimana apabila kita ingin membersihkan diri? Pemandian umum adalah jawabannya. Di musim dingin, pemandian umum yang biasanya menyediakan air panas bisa sangat membantu. Untuk mahasiswa yang tidak terbiasa dengan pemandian umum harap mempersiapkan kocek yang sedikit lebih dalam, untuk menyewa apartemen yang berkamar mandi atau kos di rumah induk semang yang menengah ke atas.
Satu lagi, jangan untuk selalu menyediakan tisu kemanapun kamu pergi. Kenapa? Karena kamar mandi umum di Jepang tidak dilengkapi dengan fassilitas WC atau toilet. Untuk memenuhi kebutuhan buang hajat biasanya ada tempat khusus (semacam WC umum) yang tidak menyediakan air, hanya difasilitasi dengan tisu toilet. Karena sifatnya yang umum, maka kita tidak akan pernah tahu kapan dan dimana WC umum ini kehabisan tisu. Jangan sampai malu di tempat umum seperti cerita di komik-komik Jepang, ya!
Kyoto merupakan kampus riset kompeten yang telah berkali-kali masuk sebagai jajaran kampus elit tingkat dunia dari berbagai sumber, termasuk di topuniversities.com situs-situs sejenis. Jadi, untuk sedikit bersusah payah mengurus persiapan di Jepang yang cukup ribet, tidak masalah, bukan? Apalagi negara kita telah mempunyai kerjasama tetap dengan dinas Pendidikan Jepang, jadi tunggu apa lagi kawan? Prepare your self!