Mengawali topik kita dari Singapura, tentunya sudah tak asing lagi bahwa Singapura merupakan salah satu tujuan favorit mahasiswa Indonesia...
Mengawali topik kita dari Singapura, tentunya sudah tak asing lagi bahwa Singapura merupakan salah satu tujuan favorit mahasiswa Indonesia untuk menimba ilmu. Bayangkan saja, jumlah mahasiswa Indonesia di Singapura ini menduduki peringkat ke-3 terbesar setelah India dan China! Tentunya dengan hal ini menjadikan Kita lebih mudah untuk menemukan teman yang berasal dari negara sendiri, dan tidak akan merasa kesepian, karena di taksir ada sekitar 18 ribu mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Singapura.
Setelah itu, dari Singapura kita melanjutkan ke negara dengan julukan sebagai ‘Negeri Kangguru’, yaitu Australia. Australia sendiri juga tak luput menjadi sasaran para pemuda Indonesia yang ingin memperkaya pengetahuan mereka. Mungkin Kalian pernah mendengar bahwa orang-orang Australia merupakan masyarakat yang cukup dan bahkan mungkin sangat terbuka kepada para pendatang. Tentunya setiap orang memiliki pandangan tersendiri mengenai daya tarik dari negara Australia. Untuk lebih jelasnya, mari Kita menggali kedua topik mengenai kedua negara ini yang akan dibagi dan diceritakan secara menarik bersama teman Kita Amelia Setiawan. Untuk itu, simak penjelasan sahabat tercinta kita di bawah ini.
Mari kita kenalan dulu...
Baiklah. Nama saya Amelia Setiawan, berasal dari kota Bandung dan merupakan alumni dari Universitas Katolik Parahyangan. Saat ini, Saya sedang menyelesaikan Master of Business Administration (MBA) di James Cook University (JCU). Saya memulai kuliah di JCU Singapura, kemudian pindah ke JCU Brisbane.
Proses Pendaftaran
Saya mendaftar di universitas melalui lembaga pendidikan, karena saat itu Saya sama sekali buta soal pendaftaran di Singapura. Untuk teman-teman yang berniat berkuliah di Singapura, hampir semua universitas di Singapura memiliki website yang cukup bisa diandalkan untuk melihat program apa saja yang tersedia, mata kuliah apa saja yang perlu diambil, prasyarat pendaftaran, waktu yang perlu ditempuh bahkan detail biaya kuliah. Bila informasi tersebut tidak tersedia di website, biasanya universitas memiliki ‘admission service’ yang bisa dihubungi lewat e-mail. Beberapa universitas juga secara khusus menyediakan bantuan untuk mencarikan tempat tinggal dan penjemputan di bandara. Soal Student Visa dan medical check up, teman-teman tidak perlu khawatir, sebab universitas akan membantu dalam pembuatannya, bahkan di beberapa universitas, mahasiswa tidak perlu datang ke immigration center atau kantor imigrasi, karena petugas imigrasi dan kesehatanlah yang akan datang ke kampus Kalian.
Sistem Perkuliahan
Untuk sistem perkuliahan di Singapura, bisa dikatakan cukup ketat dalam hal absensi. Untuk bisa mengikuti ujian akhir, mahasiswa harus hadir sebanyak 90% dari total perkuliahan. Hal ini diberlakukan untuk mencegah mahasiswa bekerja part-time sebab pemegang student pass dilarang bekerja sama sekali di Singapura. Untuk di JCU Singapura sendiri, saat Saya tidak memiliki kelas, Saya tetap harus datang ke kampus untuk absen dan tinggal di kampus selama 3 jam. Biasanya mahasiswa mengunakan waktu ini untuk menyelesaikan tugas kelompok, belajar di perpustakaan atau bersosialisasi dengan mahasiswa lain. Setiap mata kuliah selalu memiliki ‘tutorial class’ yang isinya penjelasan mengenai tugas-tugas kuliah, praktek, dan sesi tanya jawab.
Kebetulan universitas Saya berasal dari Australia dan memiliki program transfer kampus ke Australia, maka sejak Maret 2014 Saya melanjutkan studi di JCU Brisbane. Perkulihannya sendiri tidak berbeda jauh dengan Singapura. Hanya saja, sekarang Saya tidak perlu datang ke kampus bila tidak memiliki kelas, dan bisa bekerja part-time di luar kelas. Intinya, asalkan kiat rajin mengikuti kuliah, mau belajar, dan berani bertanya pada dosen atau teman yang lain, maka kita tidak akan kesulitan mengikuti perkuliahan.
Perasaan Kuliah di Singapura dan Australia
Pertama tinggal di Singapura Saya merasa kehidupan di sana sangat menarik. Pusat kotanya selalu sibuk, seakan tidak pernah tidur, dan kondisi keamanannya juga membuat Saya kagum. Berbagai macam makanan dari berbagai negara di Asia bisa ditemui disini, namun teman-teman muslim harus berhati-hati karena banyak makanan yang tidak halal. Rasa rindu dengan keluarga di rumah juga bisa diobati karena banyaknya promo tiket penerbangan ke Bandung.
Australia, khususnya Brisbane, berbanding terbalik dengan Singapura. Gaya hidup orang-orang disini lebih santai dengan populasi yang lebih sedikit. Hidup disini terasa lebih damai, tetapi rasa kangen rumah lebih terasa karena tidak bisa pulang untuk waktu yang lama. Makanan mungkin salah satu faktor yang perlu adaptasi karena Saya agak kesulitan menemukan masakan Indonesia disini. Berita baiknya, disana Kita bisa mencoba makanan Meksiko, Persia, dan sebagainya, dan untuk yang kangen dengan indomie, hanya tinggal datang ke supermarket terdekat karena mudah menjumpai indomie disini. Pengalaman lain yang tidak terlupakan di Australia adalah kesempatan untuk menikmati taman-taman yang bersih dan terawat untuk piknik, bertemu teman-teman, membaca buku, atau sekedar tidur siang. Pengalaman yang sayangnya masih belum bisa di rasakan di Indonesia.
Cara Menghadapi Kurikulum Berbeda
Awalnya mungkin terkesan sulit untuk kuliah di luar negeri, tetapi asalkan Kita memiliki niat dan semangat untuk belajar, Kita pasti bisa! Yang paling membantu menurut Saya adalah kelompok belajar, karena disana Kita bisa bertukar pikiran dan pendapat terutama dengan teman yang berbeda negara. Diskusi dalam kelompok belajar juga akan menambah wawasan Kita terutama saat menghadapi ujian. Selain itu, rajin-rajinlah menambah wawasan di luar selain yang Kita dapat dari kelas, bisa melalui membaca studi kasus, jurnal atau text book, menonton penjelasan, pembahasan atau analisis kasus di youtube, dan bertanya pada dosen atau sumber lain.
Cara Berhemat di Luar Negeri
Benar sekali. Contohnya harga makanan di luar negeri, yang memang lebih mahal dari makanan di Indonesia. Sayangnya untuk di Singapura, membeli makanan di luar dan memasak sendiri tidak berbeda jauh biayanya bahkan terkadang membeli di luar lebih murah daripada memasak sendiri. Untuk menyiasatinya, lebih baik sering-sering makan di Food Court atau seperti kantin makanan yang mudah ditemui dan bertebaran di Singapura. Selain itu juga cara mensiasati yaitu dengan mengurangi makan di restoran-restoran mahal. Untuk tempat tinggal, mungkin bisa berbagi tempat tinggal dengan teman. Hal ini akan sangat membantu, dan pilihlah apartment dari Housing & Development Board (HDB). Bila tidak ada kenalan, Kita bisa menghubungi universitas untuk membantu menemukan tempat tinggal yang terjangkau. Untuk yang hobi belanja, bisa berbelanja di Bugis Street atau menunggu diskon karena Singapura sering sekali memberi diskon untuk event-event tertentu!
Sedangakan di Australia kebalikannya, biaya hidup akan jauh lebih murah kalau Kita memasak makanan sendiri. Kita bisa berbelanja di pasar lokal, harga sayuran di supermarket pun tidak seberapa mahal ditambah dengan adanya diskon khusus untuk beberapa jenis makanan dan sayuran di setiap supermarket setiap minggunya. Tempat tinggal di Australia bisa dihemat dengan berbagi kamar, banyak mahasiswa yang mengiklankan untuk berbagi kamar. Bila teman-teman tidak keberatan berbagi kamar dengan orang yang sama sekali asing dan mau mencoba, harga kamar bisa jauh lebih murah. Bisa juga menyewa 1 rumah dan berbagi dengan teman-teman yang lain.
Perbedaan Paling Mendasar
Perbedaan mendasar tinggal di Singapura dan Indonesia yang paling mencolok adalah tingkat keamanan dan kebersihan. Untuk mengatasinya, Saya membuang sampah pada tempatnya, menyebrang jalan sesuai tempat dan rambunya, naik dan turun bus di tempatnya, dan sebagainya. Membiasakan diri lebih disiplin dan taat aturan dari sebelumnya.
Motivasi Untuk Pembaca Berkuliah.com
Semua aspek kehidupan di Singapura lebih teratur, pemerintah dan universitas sangat membantu sehingga memudahkan mahasiswa yang ingin berkuliah di Singapura. Selain itu, hampir semua universitas di Singapura memiliki perhimpunan pelajar Indonesia didalamnya. Jadi tidak perlu takut untuk kuliah di Singapura, karena banyak yang bisa membantu kelancaran kuliah kalian.
Demikian uraian tentang kisah dari Amelia Setiawan mengenai pengalamannya selama menjalani pendidikan di luar negeri, yaitu Singapura dan Australia. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi Kamu dan memberikan semangat untuk terus berjuang menuntut ilmu. Salam sukses selalu!