Halo sobat berkuliah.com! Bagaimana kabar kamu hari ini? Tentunya, masih selalu semangat ya, buat mencari informasi tentang dunia perkuliaha...
Halo sobat berkuliah.com! Bagaimana kabar kamu hari ini? Tentunya, masih selalu semangat ya, buat mencari informasi tentang dunia perkuliahan di luar negeri. Kali ini kita tidak akan pernah bosan membahas tentang dunia perkuliahan di ‘negeri kangguru’ ini. Australia memiliki beberapa negara bagian dan kota-kotanya juga terkenal seperti Queensland, Adelaide, Brisbane, Sydney, dan masih banyak lagi. Tiap kota tentunya memiliki universitas yang benar-benar keren dan bertaraf internasional. Kelebihan dari kampus-kampus di Australia inilah yang membuat banyak mahasiswa Indonesia segera melangkahkan kaki mereka di negara yang terkenal penduduknya ramah terhadap warga negara asing.
Oh iya! Kali ini kita akan menampilkan sebuah cerita terkait begitu menyenangkannya kuliah di Australia dari sahabat kita yang sudah berkenan untuk membagi pengalamannya. Siapakah dia? Kamu penasaran? Oke, mari kita simak bersama-sama ulasannya berikut ini.
Salam kenal! Bisa diceritakan tentang profil diri kamu? Lalu, apa dan mengapa memilih Australia sebagai kota tujuan studimu?
Saya Oki Yanuar, asal dari Bandung. Saya pernah menjalani kuliah di University of Sydney (Usyd) tahun 2009-2010, Master of International Security. Memilih Australia karena pertama lingkungan dan tempat perkuliahannya menggunakan Bahasa Inggris, dan kedua karena dekat dengan Indonesia sehingga mudah dikunjungi keluarga.
Bagaimana sistem perkuliahan di Australia, perbedaaan apa yang paling kamu rasakan jika dibandingkan dengan Indonesia?
Waktu itu, kebetulan saya mengambil program master, dan program tersebut master dibagi 2, yaitu “master by coursework” dan “master by research”. Saya mengambil ‘master by coursework’ karena cakupan studinya lebih luas (kalau ‘master by research’ biasanya fokus ke satu topik). Sistem perkuliahannya full time, jadi setiap minggu ada kegiatan perkuliahan seperti di Indonesia dengan dosen dan pelajarnya.
Kalau bedanya dengan Indonesia, kalau di Indonesia mungkin dalam kegiatan kuliah 90-95% kita mendengarkan dosen mengajar, sisanya sesi tanya jawab. Sedaan kalau di Australia kegiatan perkuliahan lebih fokus ke diskusi kelas, jadi mungkin 25% dosen bicara, 75% diskusi. Di Australia, para murid dilatih untuk lebih kritis, harus berani menyampaikan argument dan harus bisa mempertahankan argument kita di kelas. Dalam tugas-tugas dan ujian juga kurang lebih sama, kita dipaksa berpikir kritis, tidak seperti di Indonesia yang mungkin lebih fokus menghafal apa yang ada di textbook.
Apakah universitas tempat Oki kuliah menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dari Indonesia? Jika iya, bisa diceritakan detailnya?
Ya. Waktu itu saya kebetulan mendapatkan beasiswa dari ADS (Australian Development Scholarship). Sekarang namanya kalau tidak salah diganti menjadi ‘Australian Award’. Pertama kita dinominasikan tempat kita bekerja, lalu ikut tes dan wawancara. Beasiswa ADS bukan hanya untuk pelajar Indonesia, tapi juga untuk negara-negara berkembang.
Apakah ada lembaga/komunitas negara Australia di Indonesia yang bisa kita ikuti dalam rangka mempersiapkan keberangkatan ke sana?
Sebelum saya berangkat ke Australia, saya mengikuti program Intensive English selama 6 minggu di IALF (Indonesia-Australia Language Foundation), Jakarta. Waktu itu materi yang disampaikan bukan hanya Bahasa Inggris saja, tetapi juga tips-tips berkuliah dan budaya di Australia.
Apa kelebihan dari kampus University of Sydney tempat Oki kuliah? Mungkin dari segi fasilitas, birokrasi, suasana, dan lain-lain?
Yang pastinya, fasilitas dan suasana sangat mendukung untuk belajar. Akses internet dan perpustakaan tidak terbatas dan gratis, lalu satu kelas isinya maksimal hanya 15-20 orang dan yang paling penting staf pengajarnya adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya (kebanyakan praktisi).
Apakah Oki pernah mengalami Culture Shock? Jika iya, apakah itu dan bagaimana cara mengatasinya?
Ya, waktu pertama kali mengikuti perkuliahan saya mengalami culture shock. Biasanya di Indonesia waktu kuliah saya kebanyakan tidur/melamun dengan pikiran toh, nanti waktu ujian tinggal belajar dari textbook/diktat. Ternyata, di Australia hal itu tidak bisa dilakukan karena dosen selalu melempar pertanyaan di kelas dan kita dipaksa aktif memberikan pendapat atau memberikan pertanyaan di kelas. Nilai partisipasi di kelas kalau tidak salah 25%. Sisanya paper atau tugas-tugas 50%, dan ujian/ written assignment 25%. Tapi, lama-lama kita terbiasa dengan sistem kuliah seperti itu, apalagi kalau Bahasa Inggris kita sudah lancar.
Kalau culture schock untuk hal diluar perkuliahan mungkin tidak terlalu terasa, karena Sydney itu‘melting pot of cult ures’ dan jumlah orang Indonesia di sana ada ribuan.
Apakah ada pengalaman paling unik dan menyenangkan selama tinggal di Australia? Jika ada, bisakah diceritakan?
Pengalaman unik? Saya turun berat badan 11 kg selama 1,5 tahun di sana, kemungkinan karena stress dengan tugas-tugas/assignment yang menumpuk.
Berapakah sebenarnya biaya hidup minimal di Australia ? Apakah ada penghematan-penghematan signifikan yang bisa kita lakukan?
Biaya hidup sebetulnya tergantung dengan gaya hidup kita, dan apakah kita hidup sendiri atau dengan membawa keluarga. Waktu pertama kali datang, saya menyewa kamar kost-kostan dengan harga 150 AUD seminggu dan masak makanan sendiri. Lokasinya dekat dengan kampus sehingga tiap hari jalan kaki. Jadi, kurang lebih pengeluaran sebulan untuk kost plus makan adalah AUD.800 – AUD 1000. Waktu keluarga (istri dan satu anak) menyusul ke Australia, pengeluaran tentu lebih besar karena saya harus sewa flat apartment dengan biaya AUD 250 per minggu dan lokasi yang lebih jauh dari kampus sehingga harus bayar transportasi plus harus bayar listrik + gas + internet. Kurang lebih pengeluaran AUD 1500 – AUD 1800 per bulan.
Penghematan paling signifikan biasanya dari makan dan transport. Usahakan masak makanan sendiri, karena kalau beli makan atau jajan di luar biayanya jauh lebih besar.
Seberapa aktifkah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Australia? Apakah Oki pernah menemui event yang besar? Jika iya, bisa diceritakan?
PPIA di University of Sydney cukup aktif, tapi saya sendiri tidak begitu aktif. Sebagian besar yang aktif di PPIA adalah yang bachelor (S1). Kegiatan-kegiatan besarnya paling-paling buat event nonton bareng Laskar Pelangi dan film Indonesia lain. Selain itu, PPIA juga pernah diminta bantuan KJRI Sydney untuk membantu keprotokolan kunjungan Presiden SBY ke Sydney tahun 2010.
Apakah ada tips bagi mahasiswa Indonesia yang sudah mau berangkat ke Australia? Apa saja persiapan terakhir yang perlu mereka lakukan? Atau, saat tiba pertama kali di Australia, apa saja yang perlu mereka perhatikan?
- Sebelum berangkat, kalau bisa cari teman yang bisa menampung akomodasi sementara. Waktu itu saya tinggal di motel yang harganya AUD 80 semalam, seminggu kemudian langsung bangkrut. Kecuali kalau banyak uang ya nggak apa-apa.
- Untuk mendapatkan gambaran mengenai akomodasi di Australia dan berapa biaya perminggunya, sebaiknya sebelum berangkat survey dulu ke website-website real estate, seperti realestate.com.au atau domain.com.au, atau tanya teman-teman Indonesia yang sudah duluan berangkat ke Australia.
- Waktu datang usahakan melaporkan kedatangan ke Perwakilan RI terdekat (Konsulat, KJRI atau KBRI). Selain untuk antisipasi kalau-kalau ada keadaan darurat (seperti paspor hilang), dengan lapor ke Perwakilan maka nama kita akan otomatis tercatat waktu Pemilu, atau waktu ada acara-acara kemasyarakatan seperti perayaan Natal dan Idul Fitri.
- Usahakan meluangkan lebih banyak untuk waktu bergaul dengan mahasiswa lokal Australia/internasional. Selain akan menambah kemampuan Bahasa Inggris dan wawasan kita, buat apa jauh-jauh datang ke Australia kalau akhirnya ngumpul-ngumpul lagi sama teman satu kampong?
- Memiliki asuransi kesehatan sangat penting, karena biaya dokter dan perawatan di Australia bisa 10-20 kali lipat di Indonesia. Sebagai contoh, sekali datang ke dokter gigi bisa habis 200-400 AUD.
Nah, itu tadi sobat semuanya sebuah cerita dari sahabat kita Oki yang sudah berhasil kuliah dan lulus dari University of Sydney. Bagaimana perasaan kamu setelah mendengar ceritanya? Tertarik untuk kuliah di Australia? Informasinya masih kurang? Nah, kalau kamu masih ingin informasi yang lebih banyak lagi, pantau terus berkuliah.com ya! Salam sukses!
Oh iya! Kali ini kita akan menampilkan sebuah cerita terkait begitu menyenangkannya kuliah di Australia dari sahabat kita yang sudah berkenan untuk membagi pengalamannya. Siapakah dia? Kamu penasaran? Oke, mari kita simak bersama-sama ulasannya berikut ini.
Salam kenal! Bisa diceritakan tentang profil diri kamu? Lalu, apa dan mengapa memilih Australia sebagai kota tujuan studimu?
Saya Oki Yanuar, asal dari Bandung. Saya pernah menjalani kuliah di University of Sydney (Usyd) tahun 2009-2010, Master of International Security. Memilih Australia karena pertama lingkungan dan tempat perkuliahannya menggunakan Bahasa Inggris, dan kedua karena dekat dengan Indonesia sehingga mudah dikunjungi keluarga.
Bagaimana sistem perkuliahan di Australia, perbedaaan apa yang paling kamu rasakan jika dibandingkan dengan Indonesia?
Waktu itu, kebetulan saya mengambil program master, dan program tersebut master dibagi 2, yaitu “master by coursework” dan “master by research”. Saya mengambil ‘master by coursework’ karena cakupan studinya lebih luas (kalau ‘master by research’ biasanya fokus ke satu topik). Sistem perkuliahannya full time, jadi setiap minggu ada kegiatan perkuliahan seperti di Indonesia dengan dosen dan pelajarnya.
Kalau bedanya dengan Indonesia, kalau di Indonesia mungkin dalam kegiatan kuliah 90-95% kita mendengarkan dosen mengajar, sisanya sesi tanya jawab. Sedaan kalau di Australia kegiatan perkuliahan lebih fokus ke diskusi kelas, jadi mungkin 25% dosen bicara, 75% diskusi. Di Australia, para murid dilatih untuk lebih kritis, harus berani menyampaikan argument dan harus bisa mempertahankan argument kita di kelas. Dalam tugas-tugas dan ujian juga kurang lebih sama, kita dipaksa berpikir kritis, tidak seperti di Indonesia yang mungkin lebih fokus menghafal apa yang ada di textbook.
Apakah universitas tempat Oki kuliah menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dari Indonesia? Jika iya, bisa diceritakan detailnya?
Ya. Waktu itu saya kebetulan mendapatkan beasiswa dari ADS (Australian Development Scholarship). Sekarang namanya kalau tidak salah diganti menjadi ‘Australian Award’. Pertama kita dinominasikan tempat kita bekerja, lalu ikut tes dan wawancara. Beasiswa ADS bukan hanya untuk pelajar Indonesia, tapi juga untuk negara-negara berkembang.
Apakah ada lembaga/komunitas negara Australia di Indonesia yang bisa kita ikuti dalam rangka mempersiapkan keberangkatan ke sana?
Sebelum saya berangkat ke Australia, saya mengikuti program Intensive English selama 6 minggu di IALF (Indonesia-Australia Language Foundation), Jakarta. Waktu itu materi yang disampaikan bukan hanya Bahasa Inggris saja, tetapi juga tips-tips berkuliah dan budaya di Australia.
Apa kelebihan dari kampus University of Sydney tempat Oki kuliah? Mungkin dari segi fasilitas, birokrasi, suasana, dan lain-lain?
Yang pastinya, fasilitas dan suasana sangat mendukung untuk belajar. Akses internet dan perpustakaan tidak terbatas dan gratis, lalu satu kelas isinya maksimal hanya 15-20 orang dan yang paling penting staf pengajarnya adalah orang-orang yang kompeten di bidangnya (kebanyakan praktisi).
Apakah Oki pernah mengalami Culture Shock? Jika iya, apakah itu dan bagaimana cara mengatasinya?
Ya, waktu pertama kali mengikuti perkuliahan saya mengalami culture shock. Biasanya di Indonesia waktu kuliah saya kebanyakan tidur/melamun dengan pikiran toh, nanti waktu ujian tinggal belajar dari textbook/diktat. Ternyata, di Australia hal itu tidak bisa dilakukan karena dosen selalu melempar pertanyaan di kelas dan kita dipaksa aktif memberikan pendapat atau memberikan pertanyaan di kelas. Nilai partisipasi di kelas kalau tidak salah 25%. Sisanya paper atau tugas-tugas 50%, dan ujian/ written assignment 25%. Tapi, lama-lama kita terbiasa dengan sistem kuliah seperti itu, apalagi kalau Bahasa Inggris kita sudah lancar.
Kalau culture schock untuk hal diluar perkuliahan mungkin tidak terlalu terasa, karena Sydney itu‘melting pot of cult ures’ dan jumlah orang Indonesia di sana ada ribuan.
Apakah ada pengalaman paling unik dan menyenangkan selama tinggal di Australia? Jika ada, bisakah diceritakan?
Pengalaman unik? Saya turun berat badan 11 kg selama 1,5 tahun di sana, kemungkinan karena stress dengan tugas-tugas/assignment yang menumpuk.
Berapakah sebenarnya biaya hidup minimal di Australia ? Apakah ada penghematan-penghematan signifikan yang bisa kita lakukan?
Biaya hidup sebetulnya tergantung dengan gaya hidup kita, dan apakah kita hidup sendiri atau dengan membawa keluarga. Waktu pertama kali datang, saya menyewa kamar kost-kostan dengan harga 150 AUD seminggu dan masak makanan sendiri. Lokasinya dekat dengan kampus sehingga tiap hari jalan kaki. Jadi, kurang lebih pengeluaran sebulan untuk kost plus makan adalah AUD.800 – AUD 1000. Waktu keluarga (istri dan satu anak) menyusul ke Australia, pengeluaran tentu lebih besar karena saya harus sewa flat apartment dengan biaya AUD 250 per minggu dan lokasi yang lebih jauh dari kampus sehingga harus bayar transportasi plus harus bayar listrik + gas + internet. Kurang lebih pengeluaran AUD 1500 – AUD 1800 per bulan.
Penghematan paling signifikan biasanya dari makan dan transport. Usahakan masak makanan sendiri, karena kalau beli makan atau jajan di luar biayanya jauh lebih besar.
Seberapa aktifkah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Australia? Apakah Oki pernah menemui event yang besar? Jika iya, bisa diceritakan?
PPIA di University of Sydney cukup aktif, tapi saya sendiri tidak begitu aktif. Sebagian besar yang aktif di PPIA adalah yang bachelor (S1). Kegiatan-kegiatan besarnya paling-paling buat event nonton bareng Laskar Pelangi dan film Indonesia lain. Selain itu, PPIA juga pernah diminta bantuan KJRI Sydney untuk membantu keprotokolan kunjungan Presiden SBY ke Sydney tahun 2010.
Apakah ada tips bagi mahasiswa Indonesia yang sudah mau berangkat ke Australia? Apa saja persiapan terakhir yang perlu mereka lakukan? Atau, saat tiba pertama kali di Australia, apa saja yang perlu mereka perhatikan?
- Sebelum berangkat, kalau bisa cari teman yang bisa menampung akomodasi sementara. Waktu itu saya tinggal di motel yang harganya AUD 80 semalam, seminggu kemudian langsung bangkrut. Kecuali kalau banyak uang ya nggak apa-apa.
- Untuk mendapatkan gambaran mengenai akomodasi di Australia dan berapa biaya perminggunya, sebaiknya sebelum berangkat survey dulu ke website-website real estate, seperti realestate.com.au atau domain.com.au, atau tanya teman-teman Indonesia yang sudah duluan berangkat ke Australia.
- Waktu datang usahakan melaporkan kedatangan ke Perwakilan RI terdekat (Konsulat, KJRI atau KBRI). Selain untuk antisipasi kalau-kalau ada keadaan darurat (seperti paspor hilang), dengan lapor ke Perwakilan maka nama kita akan otomatis tercatat waktu Pemilu, atau waktu ada acara-acara kemasyarakatan seperti perayaan Natal dan Idul Fitri.
- Usahakan meluangkan lebih banyak untuk waktu bergaul dengan mahasiswa lokal Australia/internasional. Selain akan menambah kemampuan Bahasa Inggris dan wawasan kita, buat apa jauh-jauh datang ke Australia kalau akhirnya ngumpul-ngumpul lagi sama teman satu kampong?
- Memiliki asuransi kesehatan sangat penting, karena biaya dokter dan perawatan di Australia bisa 10-20 kali lipat di Indonesia. Sebagai contoh, sekali datang ke dokter gigi bisa habis 200-400 AUD.
Nah, itu tadi sobat semuanya sebuah cerita dari sahabat kita Oki yang sudah berhasil kuliah dan lulus dari University of Sydney. Bagaimana perasaan kamu setelah mendengar ceritanya? Tertarik untuk kuliah di Australia? Informasinya masih kurang? Nah, kalau kamu masih ingin informasi yang lebih banyak lagi, pantau terus berkuliah.com ya! Salam sukses!