Halo, sobat berkuliah.com! Kali ini, kita kembali akan menyajikan informasi dari para cendekiawan muda Indonesia yang telah berhasil melangk...
Halo, sobat berkuliah.com! Kali ini, kita kembali akan menyajikan informasi dari para cendekiawan muda Indonesia yang telah berhasil melangkahkan kaki mereka di luar negeri untuk menuntut ilmu. Kita akan mendengar berbagai pengalaman menarik mereka, serta informasi menarik yang mereka bagikan kepada kamu semuanya. Dan sekarang, negara tujuan yang menjadi tempat studi teman kita yang berkuliah di luar negeri tersebut adalah Australia. Siapakah dia? Mari simak ulasan hasil interview yang telah berhasil dirangkum oleh tim berkuliah.com berikut ini:
Halo. Salam kenal, ya! Bisa diceritakan tentang profil singkat diri kamu? Selain itu, apa alasan yang membuat kamu kemudian mengambil kuliah di Australia?
Baiklah. Perkenalkan, saya Hanif Ramadhan. Mengenai pendidikan kuliah, S1 saya pernah mengambil program KKI (double degree) di FEUI, dengan rincian program = 2,5 tahun di FEUI Depok +1,5 tahun di University of Queensland [UQ], Brisbane Australia. Di Australia, saya tinggal di Brisbane. Dan alasan ke Brisbane karena memang UQ adalah salah satu partner university-nya FEUI untuk program S1 yang saya ambil. Pertimbangannya, pada waktu itu selain Brisbane, ada juga Melbourne dengan Melbourne University, dan Belanda (Groningen dan Tilburg).
Apakah kamu kuliah di Australia dengan beasiswa, atau biaya pribadi? Jika dengan biaya pribadi, kira-kira berapa yang dikeluarkan untuk per semesternya?
Saya kuliah menggunakan biaya sendiri (orang tua). Kira-kira per semester di UQ biaya kuliahnya 15,300 AUD, karena setiap SKS (units) beda amountnya.
Apa kelebihan dari University of Queensland tempat kamu kuliah tersebut? Mulai dari fasilitas, kenyamana, suasana, atau hal lainnya?
Kelebihan UQ dari universitas lain, dari segi fasilitas umum: UQ one of the top universities di Australia yang menurut saya bukan cuma hard facilities nya saja yang bagus dan sangat memadai (gedung, lapangan, library, dsb), tapi juga soft facilities nya, seperti: manajemen perkuliahannya, birokrasi yang nggak berbelit-belit, dan semua informasi tentang kuliah, baik akademis maupun non akademis sangat mudah diakses baik langsung maupun lewat internet.
Apakah selama perkuliahan di Australia, kamu pernah menemui kesulitan? Jika iya, apakah itu dan bagaimana cara kamu mengatasinya?
Dari segi perkuliahan, masalah utamanya yang dihadapi lebih ke tingkat kesulitan pelajarannya yang ada di sana dibandingkan dengan saat di UI. Soal-soal yang diberikan oleh dosen jauh berbeda dengan apa yang ada di Indonesia. Sayapun harus mengubah strategi belajar. Jika misalnya sewaktu di UI saya belajar hanya pada waktu menjelang ujian (kebut semalam), di UQ saya harus belajar intensif dari awal semester (dicicil) sehingga semua materi sudah dikuasai bahkan sebelum menjelang ujian.
Apakah Hanif pernah menemui hal-hal unik, baik di kampus dan di luar kampus yang mungkin itu berpengaruh dan menginspirasi bagi kehidupanmu?
Hal unik yang dirasakan lebih kepada cara warga Australia berpikir dan berbuat. Hal ini erat kaitannya dengan culture shock yang positif. Banyak hal-hal simpel yang bisa dijadikan pembelajaran. Contoh kecil adalah tradisi mereka mengucapkan kata "thank you" dan "sorry", yang awalnya saya anggap terlalu berlebihan dan amat sering didengar di setiap waktu. Tetapi, lama kelamaan saya bangga dengan perilaku ini, karena itu menunjukan adanya toleransi yang berlebih antar sesama penduduk. Hal inilah yang dirasa kurang familiar di Indonesia. Maka, saya anggap itu adalah hal yang unik, padahal wajar bagi mereka.
Bagaimana karakteristik dari penduduk Australia terhadap warga pendatang?
Warga Australia sangat terbuka kepada pendatang baru. Mereka mempunyai rasa keingintahuan yang dalam terhadap orang baru, terutama dari segi budaya. Oleh karena itu, mereka dapat diajak berdiskusi dan bertukar pikiran dengan sangat mudah. Mereka juga tidak segan untuk memperkenalkan kehidupan sosial mereka sehingga kita mudah mendapatkan teman.
Jika ingin menambah penghasilan, pekerjaan apa saja yang biasa dikerjakan oleh mahasiswa di Australia?
Banyak alternatif bagi mahasiswa untuk manmbah penghasilan. Pekerjaan paling umum yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi waiter/waitress di kafe-kafe atau restoran-restoran dengan gaji per jam rata-rata $15-$20. Alternatif lain yang bisa dicoba adalah menjadi volunteer untuk riset laboratorium di kampus, yang mana bayarannya berkisar antara $10-$15 per jam. Kerjaan lainya yang tidak begitu mainstream adalah menjadi fruit picker di daerah-daerah perkebunan, hanya saja jarak menjadi kendala utama untuk pekerjaan ini.
Apakah Hanif pernah mengalami Culture Shock? Jika iya, lalu bagaimana cara kamu mengatasinya?
Culture Shock jelas terjadi di awal-awal perkuliahan saya. Untungnya banyak hal yang bisa dijadikan sarana untuk lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan. Contohnya adalah dengan ikut aktif berorganisasi, terutama organisasi yang beranggotakan orang Indonesia seperti PPIA agar bisa saling share pengalaman. Hal lain adalah dengan memperbanyak komunikasi dan interaksi dengan orang lokal. Berbagi cerita dengan mereka menambah wawasan saya terhadap Australia, sehingga saya bisa menerima sedikit demi sedikit kultur mereka walaupun secara bertahap.
Apa saja kiat-kiat yang perlu diperhatikan dalam menentukan tempat tinggal di sana?
Hal yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah dari segi lokasi. Apakah lebih ke lokasi yang agak jauh tapi lebih murah, atau lokasi yang dekat dengan kampus tapi agak ‘costly’. Kedua adalah soal harga, apakah harganya sesuai dengan budget yang sudah ditetapkan. Ada baiknya untuk memangkas budget, kita mengajak teman kita satu atau dua orang untuk tinggal di satu rumah bersama, agar harga yang didapat lebih murah. Yang terakhir adalah tipe tempat tinggalnya, apakah rumah, share house ataupun unit apartemen. Dalam hal ini, para mahasiswa juga harus lebih pintar memilih agen dari properti tersebut agar sesuai dengan yang diinginkan.
Apakah ada tips agar kita bisa sukses hidup dan kuliah di Australia?
Yang pertama, enjoy the moment. Jadikan setiap hari di sana itu sebagai pembelajaran, bukan hanya di ruang kelas saja. Karena banyak sekali hal yang bisa kita jadikan pelajaran di kehidupan sehari-hari yang nantinya bisa kita aplikasikan ketika pulang ke Indonesia.
Kedua, harus balance antara studi and sosial. Karena kita jelas akan rugi kalau hanya kuliah lalu pulang (KuPu) tanpa bersosial. Kesempatan di Australia itu merupakan ajang untuk mencari koneksi yang nanti akan berguna untuk karir kita ke depan. Namun, jangan sampai kita kelewatan bergaul sampai pelajaran terbengkalai, karena sekali lagi tujuan utama kita di sana adalah untuk berkuliah.
Terakhir, belajarlah untuk beradaptasi di semua jenis lingkungan sosial. Juga jadikanlah kuliah di Australia sebagai sarana untuk travelling ke berbagai tempat di sana. Karena hal tersebut sangat sayang untuk dilewatkan.
Baiklah, demikian ulasan mengenai cerita dari Hanif Ramadhan tentang pengalamannya selama berkuliah di Australia. Cukup menginspirasi, bukan? Jangan lupa untuk selalu menyempatkan diri kamu membaca informasi lainnya di berkuliah.com, ya! Selalu semangat, and good luck!
Halo. Salam kenal, ya! Bisa diceritakan tentang profil singkat diri kamu? Selain itu, apa alasan yang membuat kamu kemudian mengambil kuliah di Australia?
Baiklah. Perkenalkan, saya Hanif Ramadhan. Mengenai pendidikan kuliah, S1 saya pernah mengambil program KKI (double degree) di FEUI, dengan rincian program = 2,5 tahun di FEUI Depok +1,5 tahun di University of Queensland [UQ], Brisbane Australia. Di Australia, saya tinggal di Brisbane. Dan alasan ke Brisbane karena memang UQ adalah salah satu partner university-nya FEUI untuk program S1 yang saya ambil. Pertimbangannya, pada waktu itu selain Brisbane, ada juga Melbourne dengan Melbourne University, dan Belanda (Groningen dan Tilburg).
Apakah kamu kuliah di Australia dengan beasiswa, atau biaya pribadi? Jika dengan biaya pribadi, kira-kira berapa yang dikeluarkan untuk per semesternya?
Saya kuliah menggunakan biaya sendiri (orang tua). Kira-kira per semester di UQ biaya kuliahnya 15,300 AUD, karena setiap SKS (units) beda amountnya.
Apa kelebihan dari University of Queensland tempat kamu kuliah tersebut? Mulai dari fasilitas, kenyamana, suasana, atau hal lainnya?
Kelebihan UQ dari universitas lain, dari segi fasilitas umum: UQ one of the top universities di Australia yang menurut saya bukan cuma hard facilities nya saja yang bagus dan sangat memadai (gedung, lapangan, library, dsb), tapi juga soft facilities nya, seperti: manajemen perkuliahannya, birokrasi yang nggak berbelit-belit, dan semua informasi tentang kuliah, baik akademis maupun non akademis sangat mudah diakses baik langsung maupun lewat internet.
Apakah selama perkuliahan di Australia, kamu pernah menemui kesulitan? Jika iya, apakah itu dan bagaimana cara kamu mengatasinya?
Dari segi perkuliahan, masalah utamanya yang dihadapi lebih ke tingkat kesulitan pelajarannya yang ada di sana dibandingkan dengan saat di UI. Soal-soal yang diberikan oleh dosen jauh berbeda dengan apa yang ada di Indonesia. Sayapun harus mengubah strategi belajar. Jika misalnya sewaktu di UI saya belajar hanya pada waktu menjelang ujian (kebut semalam), di UQ saya harus belajar intensif dari awal semester (dicicil) sehingga semua materi sudah dikuasai bahkan sebelum menjelang ujian.
Apakah Hanif pernah menemui hal-hal unik, baik di kampus dan di luar kampus yang mungkin itu berpengaruh dan menginspirasi bagi kehidupanmu?
Hal unik yang dirasakan lebih kepada cara warga Australia berpikir dan berbuat. Hal ini erat kaitannya dengan culture shock yang positif. Banyak hal-hal simpel yang bisa dijadikan pembelajaran. Contoh kecil adalah tradisi mereka mengucapkan kata "thank you" dan "sorry", yang awalnya saya anggap terlalu berlebihan dan amat sering didengar di setiap waktu. Tetapi, lama kelamaan saya bangga dengan perilaku ini, karena itu menunjukan adanya toleransi yang berlebih antar sesama penduduk. Hal inilah yang dirasa kurang familiar di Indonesia. Maka, saya anggap itu adalah hal yang unik, padahal wajar bagi mereka.
Bagaimana karakteristik dari penduduk Australia terhadap warga pendatang?
Warga Australia sangat terbuka kepada pendatang baru. Mereka mempunyai rasa keingintahuan yang dalam terhadap orang baru, terutama dari segi budaya. Oleh karena itu, mereka dapat diajak berdiskusi dan bertukar pikiran dengan sangat mudah. Mereka juga tidak segan untuk memperkenalkan kehidupan sosial mereka sehingga kita mudah mendapatkan teman.
Jika ingin menambah penghasilan, pekerjaan apa saja yang biasa dikerjakan oleh mahasiswa di Australia?
Banyak alternatif bagi mahasiswa untuk manmbah penghasilan. Pekerjaan paling umum yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi waiter/waitress di kafe-kafe atau restoran-restoran dengan gaji per jam rata-rata $15-$20. Alternatif lain yang bisa dicoba adalah menjadi volunteer untuk riset laboratorium di kampus, yang mana bayarannya berkisar antara $10-$15 per jam. Kerjaan lainya yang tidak begitu mainstream adalah menjadi fruit picker di daerah-daerah perkebunan, hanya saja jarak menjadi kendala utama untuk pekerjaan ini.
Apakah Hanif pernah mengalami Culture Shock? Jika iya, lalu bagaimana cara kamu mengatasinya?
Culture Shock jelas terjadi di awal-awal perkuliahan saya. Untungnya banyak hal yang bisa dijadikan sarana untuk lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan. Contohnya adalah dengan ikut aktif berorganisasi, terutama organisasi yang beranggotakan orang Indonesia seperti PPIA agar bisa saling share pengalaman. Hal lain adalah dengan memperbanyak komunikasi dan interaksi dengan orang lokal. Berbagi cerita dengan mereka menambah wawasan saya terhadap Australia, sehingga saya bisa menerima sedikit demi sedikit kultur mereka walaupun secara bertahap.
Apa saja kiat-kiat yang perlu diperhatikan dalam menentukan tempat tinggal di sana?
Hal yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah dari segi lokasi. Apakah lebih ke lokasi yang agak jauh tapi lebih murah, atau lokasi yang dekat dengan kampus tapi agak ‘costly’. Kedua adalah soal harga, apakah harganya sesuai dengan budget yang sudah ditetapkan. Ada baiknya untuk memangkas budget, kita mengajak teman kita satu atau dua orang untuk tinggal di satu rumah bersama, agar harga yang didapat lebih murah. Yang terakhir adalah tipe tempat tinggalnya, apakah rumah, share house ataupun unit apartemen. Dalam hal ini, para mahasiswa juga harus lebih pintar memilih agen dari properti tersebut agar sesuai dengan yang diinginkan.
Apakah ada tips agar kita bisa sukses hidup dan kuliah di Australia?
Yang pertama, enjoy the moment. Jadikan setiap hari di sana itu sebagai pembelajaran, bukan hanya di ruang kelas saja. Karena banyak sekali hal yang bisa kita jadikan pelajaran di kehidupan sehari-hari yang nantinya bisa kita aplikasikan ketika pulang ke Indonesia.
Kedua, harus balance antara studi and sosial. Karena kita jelas akan rugi kalau hanya kuliah lalu pulang (KuPu) tanpa bersosial. Kesempatan di Australia itu merupakan ajang untuk mencari koneksi yang nanti akan berguna untuk karir kita ke depan. Namun, jangan sampai kita kelewatan bergaul sampai pelajaran terbengkalai, karena sekali lagi tujuan utama kita di sana adalah untuk berkuliah.
Terakhir, belajarlah untuk beradaptasi di semua jenis lingkungan sosial. Juga jadikanlah kuliah di Australia sebagai sarana untuk travelling ke berbagai tempat di sana. Karena hal tersebut sangat sayang untuk dilewatkan.
Baiklah, demikian ulasan mengenai cerita dari Hanif Ramadhan tentang pengalamannya selama berkuliah di Australia. Cukup menginspirasi, bukan? Jangan lupa untuk selalu menyempatkan diri kamu membaca informasi lainnya di berkuliah.com, ya! Selalu semangat, and good luck!