Foto : Rumah Perubahan Reporter : Putri Bayu Gusti Megantari Pratiwi Mahasiswi Psikologi 2013, Universitas Indonesia Siapa yang perna...
Foto : Rumah Perubahan |
Mahasiswi Psikologi 2013, Universitas Indonesia
Siapa yang pernah mendengar nama Rhenald Kasali? Bagi Anda yang berkecimpung di dunia akademik (khususnya bidang Ekonomi), bisnis atau surat kabar (karena beliau juga aktif menulis) mungkin tidak asing lagi dengan nama Guru Besar FEUI tersebut. Tahun ini, Prof. Rhenald Kasali yang menjadi pendiri rumahperubahan.com menerbitkan bukunya yang berjudul Self-Driving.
Bersamaan dengan itu, 30 mahasiswa yang tergabung dalam kelas International Marketing FEUI juga menerbitkan buku berjudul “30 Paspor Di Kelas Sang Profesor”. Grand launching kedua buku tersebut dilakukan secara bersamaan pada tanggal Jumat, 2 Oktober 2014 di Auditorium Fakultas Ekonomi UI. Pembicara pada acara ini meliputi para penulis 30 Paspor, Rhenald Kasali, dan Menteri BUMN Dahlan Iskan .
Alasan peluncuran buku yang bersamaan ini tidak lain karena kedua buku tersebut saling terkait satu sama lain. Dalam Self-Driving, Rhenald Kasali membeberkan pemikirannya tentang manusia sebagai driver dan passenger, sekaligus mengajak para pembacanya untuk menjadi driver baik bagi diri mereka sendiri maupun driver bagi orang lain.
Sedangkan dalam 30 Paspor, para mahasiswa menceritakan pengalaman mereka ketika sang Profesor Rhenald Kasali mengajarkan mereka untuk menjadi seorang driver sejati. Dengan kata lain, Self-Driving adalah konsepnya, dan 30 Paspor adalah bukti eksekusinya.
Pada sekitar menit ke lima belas setelah acara dibuka, ternyata dikabarkan bahwa Dahlan Iskan berhalangan hadir. Sehingga beliau hanya dapat memberikan materi pembicaraan melaui videoconference yang disaksikan seluruh peserta talkshow.
Dahlan Iskan berbicara selama kurang lebih 20 menit tentang kemandirian. Beliau sempat melepas putranya untuk melanjutkan SMA di luar negeri. Tidak ada kekhawatiran sama sekali karena harus berpisah dengan sang anak sebab Dahlan Iskan menganggap keberangkatan anaknya merupakan proses untuk mengembangkan diri.
Kemudian beliau juga pernah menerapkan peraturan “tidak boleh meminta petunjuk atasan” kepada para karyawannya. Hal itu beliau terapkan untuk memberi para pekerjanya kesempatan mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan. Setelah Dahlan Iskan menyelesaikan pembicaraannya, acara kembali dilanjutkan sesuai agenda yang di tetapkan.
Secara bergantian sembilan mahasiswa menceritakan pengalaman mereka di luar negeri. Perjalanan mereka tersebut merupakan salah satu ‘tugas’ yang diberikan sang Profesor. Berbagai kesulitan, mulai dari izin orang tua, mencari biaya, hingga bagaimana bisa bertahan di negeri orang mereka tumpah-ruahkan ke dalam buku 30 Paspor.
Salah satu mahasiswa yang bercerita adalah Meily yang mengunjungi Thailand. Karena perjalanan ini, gadis berjilbab tersebut mendapatkan pengalaman menjadi kelompok minoritas. Ada Rafi yang berangkat ke Dubai dan hampir babak belur karena ketidakpahamannya tentang budaya warga Arab.
Lalu Rangga yang harus menunggu di bandara selama 20 jam sebelum berangkat ke US, mimisan karena belum terbiasa dengan lingkungan baru, hingga berhasil mengunjungi kampus impian, Harvard University. Semua pengalaman pahit itu mereka dapatkan sendiri, sedangkan sang Profesor hanya sebatas mengawasi dari jauh.
Pada akhir talkshow, Rhenald Kasali memberi penutup. Beliau menjelaskan kepada hadirin maksud metode belajar yang ia gunakan. Gagasan tersebut muncul ketika beliau dan para mahasiswanya pergi ke Thailand. Ketika Rhenald Kasali sibuk berbicara dengan sopir bis, menentukan kapan berhenti atau kapan makan, para mahasiswanya malah tertidur nyenyak.
Hal ini membuat beliau berpikir: “Kalau begini, saya yang tambah pintar, sedangkan mahasiswa saya tambah bodoh.” Berawal dari kejadian itulah Prof. Rhenald Kasali merancang ‘tugas’ berangkat ke luar negeri, satu mahasiswa untuk satu negara.
Setelah dibuka sesi pertanyaan untuk tiga orang, sang profesor memberikan kesimpulan. Bahwa para mahasiswanya tersebut berangkat untuk membentuk diri mereka. Dimana mereka belajar banyak hal, salah satunya ialah berani mengambil keputusan,-sebuah sikap yang notabene harus dilatih terus-menerus.
Tiga pesan yang beliau sampaikan sebagai penutup:
- Pertama, dalam hidup ini tidak ada yang datar.
- Kedua, manusia tidak boleh lupa untuk membawa payung cadangan mereka yang tidak lain adalah keterampilan hidup.
- Ketiga, tidak semua hal dapat direncanakan, yang penting kita harus berani merespon.
Tidak perlu khawatir akan hal-hal yang buruk, sebab alam selalu berkolaborasi untuk membantu manusia yang butuh ditolong, dan menjatuhkan manusia yang memang berniat jahat.
Acara ini ditutup pada pukul 15.40 dengan penyerahan buku dan foto bersama antara Rhenald Kasali dan para mahasiswa ’30 Paspor’.
Editor : Rizqi Akbarsyah