Oleh : Ilma Sani Fitriana Mahasiswi UGM 2011 Peserta Student Exchange di Woosuk University, Korea Nama saya Ilma Sani Fitriana. Saya...
Oleh :
Ilma Sani Fitriana
Mahasiswi UGM 2011
Peserta Student Exchange di Woosuk University, Korea
Nama saya Ilma Sani Fitriana. Saya adalah mahasiswa D3 jurusan Bahasa Korea angkatan 2011 di Universitas Gadjah Mada. Semester yang lalu, tepatnya semester 4 saya berkesempatan mengikuti Program Pertukaran Pelajar ke negara tetangga, Korea Selatan. Selama 4 bulan saya belajar di Woosuk University (우석대학교) yang berada di Wanju-gun, Jeollabukdo. Keberangkatan pada bulan Februari 2013, dan kembali ke Indonesia pada bulan Juni 213.
Woosuk University cukup terbilang jauh dari keramaian, karena di sekitarnya ada beberapa sawah atau ladang, jalan tol, dan hanya ada sederetan toko-toko kecil yang menjual keperluan untuk mahasiswa atau masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Seperti misalnya, hanya ada beberapa tempat makan, tempat karaoke, supermarket kecil, cabang bank, kantor pos, apotek, terminal bus, tempat ibadah (gereja), toko yang menjual ayam potong dan terdapat sebuah pasar kecil yang bernama Pasar Samrye (삼례 시장). Karena itu, suasananya bisa dibilang seperti berada di pedesaan karena di kelilingi ladang.
Terkadang setiap malam atau pagi hari selalu muncul bau yang tak sedap, seperti layaknya bau kotoran ayam. Saya juga tidak tahu kenapa, apakah karena dekat dengan toko-toko ayam ataukah memang bau dari pupuk yang digunakan di ladang-ladang sekitar kampus. Sehingga pada saat bau tersebut muncul, kami langsung menutup jendela kamar agar bau menyengatnya tidak masuk ke dalam kamar.
Memang sangat berbeda jika dibandingkan dengan tinggal di ibukota. Seperti halnya ibukota di Indonesia, Jakarta, suasana penat, padat penduduk, dan berpolusi yang sangat mengganggu, memang tidak disukai orang berumur 40 tahunan ke atas yang sudah sejak lama tinggal di pedesaan. Karena itu, jangan heran jika kita datang ke ibukota di Korea Selatan hanya dipenuhi oleh muda-mudi masyarakat Korea ataupun pendatang yang bercampur aduk terutama di pusat perbelanjaan seperti Dongdaemun atau Myeongdong.
Mata kuliah di Korea
Di kampus, saya mengikuti mata kuliah yang diperuntukkan bagi mahasiswa pertukaran pelajar dan juga mengikuti kelas Kursus Bahasa Korea. Saya belajar bersama teman-teman yang berasal dari mancanegara. Seperti China, Vietnam, Kirzikisthan, dan Mongol. Saya masih bisa berkomunikasi dengan mereka, walau dari berbagai macam negara, tentunya dengan menggunakan bahasa Korea dengan campuran bahasa Inggris bahkan bahasa tubuh.
Di kelas Kursus Bahasa Korea, saya belajar Tata Bahasa, Mendengar, Membaca, dan Menulis. Pelajaran tersebut bisa saya terima dengan baik karena sejak awal pelajaran tersebut merupakan mata kuliah wajib di kampus (Indonesia). Ada 2 matakuliah yang saya sambil selain dari mengikuti kursus, yaitu mata kuliah yang mempelajari Budaya Tradisional Korea dan Pengenalan Linguistik Korea. Mata kuliah yang mempelajari Budaya Tradisional Korea diadakan pada bulan April sebanyak 3 kali pertemuan pada akhir pekan di kota Jeonju.
Di kelas tersebut saya berbaur dengan teman-teman dari negara lain. Kami mempelajari berbagai macam budaya tradisional Korea, mulai dari masakan tradisional, musik traditional, tarian traditional, dan juga permainan tradisional Korea. Kami belajar cara membuat Bibimbap, belajar Pansori, belajar Danso (sulingnya Korea), membuat Kerajinan tangan dari kertas, belajar Talchum, dan kami juga belajar Ganggang Sullae di halaman rumah tradisional Korea. Suasananya benar-benar seperti zaman dahulu kala, bermain di depan halaman rumah yang terbuat dari kayu.
Pada saat permainan berlangsung, ketika itu kami sedang berpegangan tangan membentuk lingkaran, tangan saya disengat lebah yang membuat saya terkejut, kesakitan sehingga saya menangis saat itu. Beruntunglah ada teman-teman dan dosen yang bersimpati dan membelikan obat untuk saya.
Sungguh sangat memalukan di depan teman-teman dan dosen saya sampai menangis seperti itu. Pengalaman yang memalukan dan juga terlihat sangat lucu. Pertemuan pertama pada mata kuliah Kebudayaan Tradisional Korea ini tidak saya ikuti dan pada pertemuan terakhir saya tidak mengumpulkan tugas karena saya lupa untuk mengirim tugas tersebut sebelumnya, membuat saya menyesal karena saya mendapat nilai Fail. Sungguh sangat disayangkan.
Kegiatan selain kuliah
Pertama kali saat memasuki kegiatan belajar mengajar saya ingin sekali masuk kegiatan ekstrakurikuler seperti tarian tradisional atau musik tradisional. Ternyata di kampus tidak ada ekskul yang seperti itu. Hanya ada ekskul keagamaan Kristen, Memanah, Fotografi, semacam itu. Akhirnya saya hanya mencari kegiatan kegiatan lain yang diadakan di kampus. Seperti setiap minggunya selalu ada pertunjukan teater di Gedung Teater kampus. Walau hanya sendirian saya tidak merasa kesepian karena saya memang sangat menikmati pertunjukkan tersebut, walapun banyak kosa kata yang belum saya mengerti.
Selain mengikuti kuliah, saya juga mengikuti banyak kegiatan lain. Saya mengikuti pertemuan makan malam bersama para dosen dan mahasiswa asing lainnya. Saya mengikuti kegiatan bercocok tanam di ladang yang tak jauh dari kampus. Di sana, kami mencabut atau mengambil bawang bombay yang masih tertanam sampai memasukkan bawang bombaynya ke dalam wadah yang sudah disediakan. Dan nantinya, bawang itu akan dijual ke beberapa pasar atau mungkin pusat perbelanjaan.
Tentu saja hal tersebut kami lakukan dengan mendapat sedikit uang saku. Sangat menyenangkan dan lagi lagi menambah pengalaman.
Ada juga kegiatan dari tempat kursus, yaitu kegiatan berjalan-jalan ke Busan. Di Busan kami mengunjungi Busan akuarium besar di sekitar Pantai Haeundae, seperti yang ada di Ancol, Indonesia. Kami juga mengunjungi tempat wisata yang terdapat banyak kuil Budha salah satunya bernama Kuil Haedong Yonggungsa. Kami juga mencicipi makanan Korea, seperti Champong dan Jjajangmyeon.
Saat jam bebas saya bersama teman-teman yang lain berjalan-jalan dengan menggunakan kereta bawah tanah menuju ke Lotte Department Store, Kyungsung University, dan kami juga jalan-jalan ke sekitar Jembatan Gwangan. Kegiatan yang sangat menyenangkan, karena kami pergi tidak bersama pendamping. Dan itu merupakan satu hal yang sangat menegangkan dengan tidak mengetahui jalan. Cukup menarik untuk dijadikan pengalaman bukan?
Menjadi model video promosi universitas
Di Korea juga saya ditawari oleh pihak Universitas untuk menjadi model video promosi untuk universitas tersebut. Tidak hanya saya, beberapa teman lain pun juga sama. Mahasiswa dari luar negeri maupun dari mahasiswa korea.Tentu saja hal itu kami lakukan dengan senang hati, walaupun mendapat sedikit uang jajan. Senang sekali bisa mendapat teman baru dan juga masuk video promosi Universitas tersebut.
Tak hanya itu, saya juga ditawari oleh dosen untuk mengikuti Upacara Kedewasaan (제 41회 성년의 날) di Jeonju. Upacara ini dilaksanakan bagi muda mudi yang sudah beranjak dewasa dari kelahiran tahun 1992-1994, yang telah menginjak usia 20 tahun.
Disana kami bersama dengan mahasiswa yang sebagian besar orang Korea melakukan salam hormat kepada orang tua, mengucap janji, memakai hanbok (pakaian tradisional Korea) dan menggunakan mahkota di kepala, dan juga minum sul (minuman yang terbuat dari fermentasi beras). Saya tidak meminumnya karena saya adalah seorang muslim.
Semua yang dilakukan itu menandakan bahwa kami para remaja sudah beranjak dewasa. Yang tak saya sangka adalah kegiatan tersebut ternyata kegiatan Sakral bagi masyarakat Korea sehingga banyak dari media publik yang mengabadikan moment tersebut. Sampai pada akhirnya saya pun diwawancarai oleh mereka.
Saya menjadi pusat perhatian karena disana hanya sayalah yang menggunakan Jilbab. Mungkin bagi mereka saya sangat menarik karena saya adalah mahasiswa asing dari Indonesia yang memakai jilbab dan ikut serta dalam acara Upacara menyambut kedewasaan tersebut.
Pergi ke Seoul Sendirian
Beberapa orang teman saya yang juga mengikuti Exchange berada cukup jauh dengan universitas tempat saya tinggal. Mereka lebih banyak berada di Seoul. Berbekal keberanian dan kepercayaan diri, saya berangkat ke Seoul seorang diri, dengan bus selama dua jam.
Sampai di terminal yang ada di Seoul, saya mulai bingung karena tidak tahu dimana letak Jihachol atau kereta bawah tanah. Saya mulai berkeliling dan akhirnya menemukannya. Sesampainya di depan mesin penjualan tiket, saya tidak mengerti cara menggunakan mesin tersebut, dan akhirnya saya memutuskan meminta bantuan orang lain agar saya dapat membeli tiket tersebut.
Belum cukup sampai di sana, saya salah naik kereta sehingga saya harus turun kembali di pemberhentian selanjutnya, dan harus berpindah tempat ke peron seberang dengan naik turun tangga beberapa kali.
Petualangan saya di Seoul semakin seru ketika saya tidak bisa keluar di stasiun tujuan. Hehe. Kartu yang saya gunakan tidak dapat digunakan. Seperti ada sebuah penolakan bahwa kartu tersebut tidak dapat digunakan. Beberapa saat kemudian petugas stasiun datang dan membantu orang-orang yang nasibnya sama dengan saya. Bertepatan dengan saya yang sudah bisa keluar dari stasiun, teman saya pun datang menjemput.
Betapa terharunya saya, karena setelah perjalanan yang membingungkan saya bisa bertemu dengan teman saya orang Indonesia.
Menjalani kehidupan sehari-hari bukan di negeri kelahiran, saya pikir sangat menantang. Hanya satu semester saja saya tinggal di Korea, banyak sekali hal baru yang saya temui. Terlebih lagi saya adalah seorang muslim yang tidak makan makanan yang diharamkan seperti daging babi.
Jika saya datang ke kantin sekolah ataupun restoran, sebelum memesan makanan, saya bertanya terlebih dahulu kepada pelayannya dan memberitahu mereka kalau saya tidak makan daging babi. Saya sadar, harusnya saya belajar masak dulu sebelum mengikuti Exchange, biar tidak kesulitan mencari makanan halal.
Menjadi Student Exchange merupakan kesempatan yang jarang bisa didapatkan. Untuk pertama kalinya, saya pergi belajar ke tempat yang sangat asing bagi saya. Entah kapan lagi akan datang kesempatan emas tersebut. Semoga bermanfaat.
Ilma Sani Fitriana
Mahasiswi UGM 2011
Peserta Student Exchange di Woosuk University, Korea
Nama saya Ilma Sani Fitriana. Saya adalah mahasiswa D3 jurusan Bahasa Korea angkatan 2011 di Universitas Gadjah Mada. Semester yang lalu, tepatnya semester 4 saya berkesempatan mengikuti Program Pertukaran Pelajar ke negara tetangga, Korea Selatan. Selama 4 bulan saya belajar di Woosuk University (우석대학교) yang berada di Wanju-gun, Jeollabukdo. Keberangkatan pada bulan Februari 2013, dan kembali ke Indonesia pada bulan Juni 213.
Woosuk University cukup terbilang jauh dari keramaian, karena di sekitarnya ada beberapa sawah atau ladang, jalan tol, dan hanya ada sederetan toko-toko kecil yang menjual keperluan untuk mahasiswa atau masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Seperti misalnya, hanya ada beberapa tempat makan, tempat karaoke, supermarket kecil, cabang bank, kantor pos, apotek, terminal bus, tempat ibadah (gereja), toko yang menjual ayam potong dan terdapat sebuah pasar kecil yang bernama Pasar Samrye (삼례 시장). Karena itu, suasananya bisa dibilang seperti berada di pedesaan karena di kelilingi ladang.
Terkadang setiap malam atau pagi hari selalu muncul bau yang tak sedap, seperti layaknya bau kotoran ayam. Saya juga tidak tahu kenapa, apakah karena dekat dengan toko-toko ayam ataukah memang bau dari pupuk yang digunakan di ladang-ladang sekitar kampus. Sehingga pada saat bau tersebut muncul, kami langsung menutup jendela kamar agar bau menyengatnya tidak masuk ke dalam kamar.
Memang sangat berbeda jika dibandingkan dengan tinggal di ibukota. Seperti halnya ibukota di Indonesia, Jakarta, suasana penat, padat penduduk, dan berpolusi yang sangat mengganggu, memang tidak disukai orang berumur 40 tahunan ke atas yang sudah sejak lama tinggal di pedesaan. Karena itu, jangan heran jika kita datang ke ibukota di Korea Selatan hanya dipenuhi oleh muda-mudi masyarakat Korea ataupun pendatang yang bercampur aduk terutama di pusat perbelanjaan seperti Dongdaemun atau Myeongdong.
Mata kuliah di Korea
Di kampus, saya mengikuti mata kuliah yang diperuntukkan bagi mahasiswa pertukaran pelajar dan juga mengikuti kelas Kursus Bahasa Korea. Saya belajar bersama teman-teman yang berasal dari mancanegara. Seperti China, Vietnam, Kirzikisthan, dan Mongol. Saya masih bisa berkomunikasi dengan mereka, walau dari berbagai macam negara, tentunya dengan menggunakan bahasa Korea dengan campuran bahasa Inggris bahkan bahasa tubuh.
Di kelas Kursus Bahasa Korea, saya belajar Tata Bahasa, Mendengar, Membaca, dan Menulis. Pelajaran tersebut bisa saya terima dengan baik karena sejak awal pelajaran tersebut merupakan mata kuliah wajib di kampus (Indonesia). Ada 2 matakuliah yang saya sambil selain dari mengikuti kursus, yaitu mata kuliah yang mempelajari Budaya Tradisional Korea dan Pengenalan Linguistik Korea. Mata kuliah yang mempelajari Budaya Tradisional Korea diadakan pada bulan April sebanyak 3 kali pertemuan pada akhir pekan di kota Jeonju.
Di kelas tersebut saya berbaur dengan teman-teman dari negara lain. Kami mempelajari berbagai macam budaya tradisional Korea, mulai dari masakan tradisional, musik traditional, tarian traditional, dan juga permainan tradisional Korea. Kami belajar cara membuat Bibimbap, belajar Pansori, belajar Danso (sulingnya Korea), membuat Kerajinan tangan dari kertas, belajar Talchum, dan kami juga belajar Ganggang Sullae di halaman rumah tradisional Korea. Suasananya benar-benar seperti zaman dahulu kala, bermain di depan halaman rumah yang terbuat dari kayu.
Pada saat permainan berlangsung, ketika itu kami sedang berpegangan tangan membentuk lingkaran, tangan saya disengat lebah yang membuat saya terkejut, kesakitan sehingga saya menangis saat itu. Beruntunglah ada teman-teman dan dosen yang bersimpati dan membelikan obat untuk saya.
Sungguh sangat memalukan di depan teman-teman dan dosen saya sampai menangis seperti itu. Pengalaman yang memalukan dan juga terlihat sangat lucu. Pertemuan pertama pada mata kuliah Kebudayaan Tradisional Korea ini tidak saya ikuti dan pada pertemuan terakhir saya tidak mengumpulkan tugas karena saya lupa untuk mengirim tugas tersebut sebelumnya, membuat saya menyesal karena saya mendapat nilai Fail. Sungguh sangat disayangkan.
Belajar Danso (Suling Tradisional Korea) |
Kegiatan selain kuliah
Pertama kali saat memasuki kegiatan belajar mengajar saya ingin sekali masuk kegiatan ekstrakurikuler seperti tarian tradisional atau musik tradisional. Ternyata di kampus tidak ada ekskul yang seperti itu. Hanya ada ekskul keagamaan Kristen, Memanah, Fotografi, semacam itu. Akhirnya saya hanya mencari kegiatan kegiatan lain yang diadakan di kampus. Seperti setiap minggunya selalu ada pertunjukan teater di Gedung Teater kampus. Walau hanya sendirian saya tidak merasa kesepian karena saya memang sangat menikmati pertunjukkan tersebut, walapun banyak kosa kata yang belum saya mengerti.
Selain mengikuti kuliah, saya juga mengikuti banyak kegiatan lain. Saya mengikuti pertemuan makan malam bersama para dosen dan mahasiswa asing lainnya. Saya mengikuti kegiatan bercocok tanam di ladang yang tak jauh dari kampus. Di sana, kami mencabut atau mengambil bawang bombay yang masih tertanam sampai memasukkan bawang bombaynya ke dalam wadah yang sudah disediakan. Dan nantinya, bawang itu akan dijual ke beberapa pasar atau mungkin pusat perbelanjaan.
Tentu saja hal tersebut kami lakukan dengan mendapat sedikit uang saku. Sangat menyenangkan dan lagi lagi menambah pengalaman.
Bersama teman dan dosen Korea serta teman China, Kirzikisthan, Ghana yang juga ikut kegiatan bercocok tanam. |
Makan siang di kolong jembatan tidak mematahkan selera makan ketika dilanda lapar setelah mencabut bawang bombay. (Yeosan, Korea Selatan) |
Ada juga kegiatan dari tempat kursus, yaitu kegiatan berjalan-jalan ke Busan. Di Busan kami mengunjungi Busan akuarium besar di sekitar Pantai Haeundae, seperti yang ada di Ancol, Indonesia. Kami juga mengunjungi tempat wisata yang terdapat banyak kuil Budha salah satunya bernama Kuil Haedong Yonggungsa. Kami juga mencicipi makanan Korea, seperti Champong dan Jjajangmyeon.
Saat jam bebas saya bersama teman-teman yang lain berjalan-jalan dengan menggunakan kereta bawah tanah menuju ke Lotte Department Store, Kyungsung University, dan kami juga jalan-jalan ke sekitar Jembatan Gwangan. Kegiatan yang sangat menyenangkan, karena kami pergi tidak bersama pendamping. Dan itu merupakan satu hal yang sangat menegangkan dengan tidak mengetahui jalan. Cukup menarik untuk dijadikan pengalaman bukan?
Menjadi model video promosi universitas
Di Korea juga saya ditawari oleh pihak Universitas untuk menjadi model video promosi untuk universitas tersebut. Tidak hanya saya, beberapa teman lain pun juga sama. Mahasiswa dari luar negeri maupun dari mahasiswa korea.Tentu saja hal itu kami lakukan dengan senang hati, walaupun mendapat sedikit uang jajan. Senang sekali bisa mendapat teman baru dan juga masuk video promosi Universitas tersebut.
Ini cuplikan video dan saya yang duduk berjilbab. (Video Promotion Woosuk University) |
Tak hanya itu, saya juga ditawari oleh dosen untuk mengikuti Upacara Kedewasaan (제 41회 성년의 날) di Jeonju. Upacara ini dilaksanakan bagi muda mudi yang sudah beranjak dewasa dari kelahiran tahun 1992-1994, yang telah menginjak usia 20 tahun.
Disana kami bersama dengan mahasiswa yang sebagian besar orang Korea melakukan salam hormat kepada orang tua, mengucap janji, memakai hanbok (pakaian tradisional Korea) dan menggunakan mahkota di kepala, dan juga minum sul (minuman yang terbuat dari fermentasi beras). Saya tidak meminumnya karena saya adalah seorang muslim.
Semua yang dilakukan itu menandakan bahwa kami para remaja sudah beranjak dewasa. Yang tak saya sangka adalah kegiatan tersebut ternyata kegiatan Sakral bagi masyarakat Korea sehingga banyak dari media publik yang mengabadikan moment tersebut. Sampai pada akhirnya saya pun diwawancarai oleh mereka.
Saya menjadi pusat perhatian karena disana hanya sayalah yang menggunakan Jilbab. Mungkin bagi mereka saya sangat menarik karena saya adalah mahasiswa asing dari Indonesia yang memakai jilbab dan ikut serta dalam acara Upacara menyambut kedewasaan tersebut.
Cuplikan ini diambil dari berita yang disiarkan di Televisi Korea Selatan. |
Pergi ke Seoul Sendirian
Beberapa orang teman saya yang juga mengikuti Exchange berada cukup jauh dengan universitas tempat saya tinggal. Mereka lebih banyak berada di Seoul. Berbekal keberanian dan kepercayaan diri, saya berangkat ke Seoul seorang diri, dengan bus selama dua jam.
Sampai di terminal yang ada di Seoul, saya mulai bingung karena tidak tahu dimana letak Jihachol atau kereta bawah tanah. Saya mulai berkeliling dan akhirnya menemukannya. Sesampainya di depan mesin penjualan tiket, saya tidak mengerti cara menggunakan mesin tersebut, dan akhirnya saya memutuskan meminta bantuan orang lain agar saya dapat membeli tiket tersebut.
Belum cukup sampai di sana, saya salah naik kereta sehingga saya harus turun kembali di pemberhentian selanjutnya, dan harus berpindah tempat ke peron seberang dengan naik turun tangga beberapa kali.
Petualangan saya di Seoul semakin seru ketika saya tidak bisa keluar di stasiun tujuan. Hehe. Kartu yang saya gunakan tidak dapat digunakan. Seperti ada sebuah penolakan bahwa kartu tersebut tidak dapat digunakan. Beberapa saat kemudian petugas stasiun datang dan membantu orang-orang yang nasibnya sama dengan saya. Bertepatan dengan saya yang sudah bisa keluar dari stasiun, teman saya pun datang menjemput.
Betapa terharunya saya, karena setelah perjalanan yang membingungkan saya bisa bertemu dengan teman saya orang Indonesia.
Menjalani kehidupan sehari-hari bukan di negeri kelahiran, saya pikir sangat menantang. Hanya satu semester saja saya tinggal di Korea, banyak sekali hal baru yang saya temui. Terlebih lagi saya adalah seorang muslim yang tidak makan makanan yang diharamkan seperti daging babi.
Jika saya datang ke kantin sekolah ataupun restoran, sebelum memesan makanan, saya bertanya terlebih dahulu kepada pelayannya dan memberitahu mereka kalau saya tidak makan daging babi. Saya sadar, harusnya saya belajar masak dulu sebelum mengikuti Exchange, biar tidak kesulitan mencari makanan halal.
Menjadi Student Exchange merupakan kesempatan yang jarang bisa didapatkan. Untuk pertama kalinya, saya pergi belajar ke tempat yang sangat asing bagi saya. Entah kapan lagi akan datang kesempatan emas tersebut. Semoga bermanfaat.