Ini adalah sebuah perjalanan. Tuhan menerbangkan aku pertama kalinya keluar negeri saat memasuki musim panas 2011 lalu melalui Singapura, Ho...
Ini adalah sebuah perjalanan. Tuhan menerbangkan aku pertama kalinya keluar negeri saat memasuki musim panas 2011 lalu melalui Singapura, Hongkong dan entry point di Chicago. Unckle Sam adalah negara yang pertama kali aku kunjungi. Sebuah negara yang sebelumnya terbayangkan melalui sebuah globe yang kurotasikan diperpustakaan kampus. Saat itu tujuan perdana tepatnya di negara bagian ke-29 dari United State yang disebut Hawkeye State atau Iowa yang merupakan jantung hati karena terletak di bagian Midwestern dari Amerika.
Iowa juga terkenal sebagai negara bagian agraris karena banyak lahan pertanian disini, dan dijuluki "Tall Corn State” sebab sebagai tempat produsen jagung manis utama. Salah satu kota di negara yang batasi oleh 3 aliran Sungai; Missisipi, the Big Sioux terdapat kota yang termasuk top 10 kota ramah dan aman di Amerika untuk para pelajar, yaitu Ames. Kota kecil tempat kita tinggal dan belajar. Disini, sangat asri karena banyak taman-taman kota, indah, rendah polusi juga memiliki askes CyRide, bis gratis kota dengan jangkauan luas untuk para mahasiswa.
Jika kini ingatan ini kembali ke negara adidaya tersebut, maka yang pertama kali kuingat adalah seorang ibu angkat. Catatan cerita pengalaman bersamanya adalah salah satu moment berharga selama menjalani program beasiswa English Indonesian Language Program. Dalam program beasiswa tersebut dilakukan program pelatihan bahasa Inggris dan pertukaran budaya Indonesia-Amerika dengan mahasiswa dari berbagai negara dan bangsa yang tergabung dalam kelas imersi saat musim panas.
Ema Xiong adalah dosen di Iowa State University IEOP dimana kita belajar. Ibu sangat cantik, dan tapi hatinya jauh lebih cantik dari pada kecantikan yang terlihat. Campuran asia amerika, bermata sipit berambut hitam, dan berkulit putih dan terlihat sering mengenakan baju berwarna hitam, ia adalah Allysa Xiong. “Emak Xiong”, begitu ia kami panggil. Emak beragama kristen yang taat ia tak lupa berdoa. Walau cara kami beribadah berbeda itu bukan masalah, kami bisa saling menghargai perbedaan yang ada. Setiap wajah nya terbersit dipikiran maka aku memandang foto Rahwana bersama emak, Karakter tarian topeng Cirebon yang kutarikan saat pagelaran Indonesian Day dan dipresentasikan saat CIC.
Dalam Conversation Interaction Class Rahwana sempat berinteraksi dengan bule-bule lucu dan menggemaskan di sebuah taman kanak-kanak. Saat itu, kepada anak-anak diperkenalkan Tarian Topeng Cirebon, kemudian diajarkan gerakan dasar, lalu akhirnya menari bersama Rahwana.
“Why, Rahwana’s mask is red?” seorang anak, mengacungkan tangannya ke udara dan dengan lantang bertanya.
Generally, Topeng mask dance from Cirebon tell human inside journey and their metamorphosis. “ Red is a symbol one of its characters. In one side that express of braveness and high effort, firm, manly. In another hand, In hand another “red” also describe human personality; grumpy, greedy, and rude. Characters that must be controlled in order to become a better person. “ So You have to be good boy right?” I said while giving a gift to the boy who asked.
Emak Xiong sangat luar biasa. Dibalik keceriaannya ibu juga sangat kuat, tangguh, percaya diri juga penyayang. Hidupnya tidak mudah, dan ia menginspirasi sesulit apapun hidup harus dijalani dengan berani. Ibu bilang “hidup itu seperti menaiki Roller coaster yang bisa mengguncang seluruh system tubuh, butuh keberanian untuk menaikinya, dan seni, sehingga bisa menikmatinya. Jika tidak, hanya akan berlalu dan tetap terombang-ambing pasang surut hidup lalu akhirnya melupakan esensi hidup itu sendiri”.
Ibu penyuka olahaga ekstrim, seperti sky diving meloncat dari pesawat dengan ketinggian lebih dari 3000 m dpl yang tentunya butuh keberanian. Keberanian itulah yang tertular saat berada dekat dengannya. Berani mencoba hal-hal baru yang positif, berani mengekspresikan diri, berani keluar dari comport zone, berani mengambil keputusan beresiko. Termasuk berani menghadapi kenyataan kehidupan di planet bumi yang terkadang seperti di neraka yang menyala-nyala.
Yang terjadi memang seharusnya terjadi siap atau tidak siap, suka atau tidak suka. Hal terpenting adalah memaknai setiap momen kejadian. Sometimes we do not remember days, but we remember moments. Seandainya manusia bisa hidup seutuhnya dengan perhatian penuh sekarang, maka manusia bisa mengingat setiap moment sebagai pelajaran hidup yang bisa disyukuri dan dirayakan”
Ibu juga sangat penyayang, kami semua seven-eleven (red: tim kami) dianggap sebagai anaknya sendiri, dan kami nyaman bersamanya. ibu pernah menggoreskan pesan lewat “good bye letter “ untuk ku, sebelum kembali ke Indonesia.
Dil You are so special to me
You have been thought so much, yet you remain strong. I am so proud to be your American mom, I hope that you study hard and come back and visit me soon. I will do my best to help you with finding a way to fundraise so that you can have surgery. Till we meet again, please stay strong.
Love,
Your American mom
Ms.Xiong
7/28/2011
Saat aku pergi jalan-jalan bersamanya di Walmart Ibu sempat bertanya “What the most thing from America will you miss after back home”? dan ku jawab “ That’s you mom” Ia terlihat berkaca-kaca lalu memelukku. Saat aku kembali ke Indonesia, maka oleh-oleh yang paling berharga yang ku bawa adalah pelajaran dan ingatan tentang ibu yang memberikan teladan dan inspirasi untuk menjadi lebih baik.
Fadila
Alumni FMIPA Biologi
UNPAD
Iowa juga terkenal sebagai negara bagian agraris karena banyak lahan pertanian disini, dan dijuluki "Tall Corn State” sebab sebagai tempat produsen jagung manis utama. Salah satu kota di negara yang batasi oleh 3 aliran Sungai; Missisipi, the Big Sioux terdapat kota yang termasuk top 10 kota ramah dan aman di Amerika untuk para pelajar, yaitu Ames. Kota kecil tempat kita tinggal dan belajar. Disini, sangat asri karena banyak taman-taman kota, indah, rendah polusi juga memiliki askes CyRide, bis gratis kota dengan jangkauan luas untuk para mahasiswa.
Jika kini ingatan ini kembali ke negara adidaya tersebut, maka yang pertama kali kuingat adalah seorang ibu angkat. Catatan cerita pengalaman bersamanya adalah salah satu moment berharga selama menjalani program beasiswa English Indonesian Language Program. Dalam program beasiswa tersebut dilakukan program pelatihan bahasa Inggris dan pertukaran budaya Indonesia-Amerika dengan mahasiswa dari berbagai negara dan bangsa yang tergabung dalam kelas imersi saat musim panas.
Ema Xiong adalah dosen di Iowa State University IEOP dimana kita belajar. Ibu sangat cantik, dan tapi hatinya jauh lebih cantik dari pada kecantikan yang terlihat. Campuran asia amerika, bermata sipit berambut hitam, dan berkulit putih dan terlihat sering mengenakan baju berwarna hitam, ia adalah Allysa Xiong. “Emak Xiong”, begitu ia kami panggil. Emak beragama kristen yang taat ia tak lupa berdoa. Walau cara kami beribadah berbeda itu bukan masalah, kami bisa saling menghargai perbedaan yang ada. Setiap wajah nya terbersit dipikiran maka aku memandang foto Rahwana bersama emak, Karakter tarian topeng Cirebon yang kutarikan saat pagelaran Indonesian Day dan dipresentasikan saat CIC.
Dalam Conversation Interaction Class Rahwana sempat berinteraksi dengan bule-bule lucu dan menggemaskan di sebuah taman kanak-kanak. Saat itu, kepada anak-anak diperkenalkan Tarian Topeng Cirebon, kemudian diajarkan gerakan dasar, lalu akhirnya menari bersama Rahwana.
“Why, Rahwana’s mask is red?” seorang anak, mengacungkan tangannya ke udara dan dengan lantang bertanya.
Generally, Topeng mask dance from Cirebon tell human inside journey and their metamorphosis. “ Red is a symbol one of its characters. In one side that express of braveness and high effort, firm, manly. In another hand, In hand another “red” also describe human personality; grumpy, greedy, and rude. Characters that must be controlled in order to become a better person. “ So You have to be good boy right?” I said while giving a gift to the boy who asked.
Emak Xiong sangat luar biasa. Dibalik keceriaannya ibu juga sangat kuat, tangguh, percaya diri juga penyayang. Hidupnya tidak mudah, dan ia menginspirasi sesulit apapun hidup harus dijalani dengan berani. Ibu bilang “hidup itu seperti menaiki Roller coaster yang bisa mengguncang seluruh system tubuh, butuh keberanian untuk menaikinya, dan seni, sehingga bisa menikmatinya. Jika tidak, hanya akan berlalu dan tetap terombang-ambing pasang surut hidup lalu akhirnya melupakan esensi hidup itu sendiri”.
Ibu penyuka olahaga ekstrim, seperti sky diving meloncat dari pesawat dengan ketinggian lebih dari 3000 m dpl yang tentunya butuh keberanian. Keberanian itulah yang tertular saat berada dekat dengannya. Berani mencoba hal-hal baru yang positif, berani mengekspresikan diri, berani keluar dari comport zone, berani mengambil keputusan beresiko. Termasuk berani menghadapi kenyataan kehidupan di planet bumi yang terkadang seperti di neraka yang menyala-nyala.
“Life isn't about waiting for the storm to pass, it's about learning to dance in the rain."
Yang terjadi memang seharusnya terjadi siap atau tidak siap, suka atau tidak suka. Hal terpenting adalah memaknai setiap momen kejadian. Sometimes we do not remember days, but we remember moments. Seandainya manusia bisa hidup seutuhnya dengan perhatian penuh sekarang, maka manusia bisa mengingat setiap moment sebagai pelajaran hidup yang bisa disyukuri dan dirayakan”
Ibu juga sangat penyayang, kami semua seven-eleven (red: tim kami) dianggap sebagai anaknya sendiri, dan kami nyaman bersamanya. ibu pernah menggoreskan pesan lewat “good bye letter “ untuk ku, sebelum kembali ke Indonesia.
Dil You are so special to me
You have been thought so much, yet you remain strong. I am so proud to be your American mom, I hope that you study hard and come back and visit me soon. I will do my best to help you with finding a way to fundraise so that you can have surgery. Till we meet again, please stay strong.
Love,
Your American mom
Ms.Xiong
7/28/2011
Saat aku pergi jalan-jalan bersamanya di Walmart Ibu sempat bertanya “What the most thing from America will you miss after back home”? dan ku jawab “ That’s you mom” Ia terlihat berkaca-kaca lalu memelukku. Saat aku kembali ke Indonesia, maka oleh-oleh yang paling berharga yang ku bawa adalah pelajaran dan ingatan tentang ibu yang memberikan teladan dan inspirasi untuk menjadi lebih baik.
Fadila
Alumni FMIPA Biologi
UNPAD