Kali ini aku akan bercerita tentang sebuah kisah cinta. Ini bukanlah suatu cerita cinta yang klasik antara laki-laki dan perempuan. Aku akan...
Kali ini aku akan bercerita tentang sebuah kisah cinta. Ini bukanlah suatu cerita cinta yang klasik antara laki-laki dan perempuan. Aku akan berbagi rasa melalui pena ini tentang perasaanku terhadap suatu negara yang biasa dipanggil Negara Gajah Putih. Pangeran Gajah Putih yang membuatku jatuh cinta. Kisah ini terjadi tahun 2012, ketika aku dikirim menjadi salah satu delegasi exchange student di Thammasat, Thailand.
Awalnya, aku mulai mengenal Negara ini dari teman-teman dan kakak tingkat yang pernah mengikuti Exchange Student di Thailand. Aku merasa tertarik dengan pangeran ini, dan aku memutuskan untuk mengikuti tes yang diadakan oleh fakultasku ini. Salah satu fakultas yang dimiliki oleh Universitas swasta di Yogyakarta. Namun sayang, pada tes pertama kali ini aku gagal. Aku harus menelan pahit kegagalanku. Tapi aku tidak menyerah, pada kesempatan tahun berikutnya, aku mencoba lagi, dengan harapan aku diterima, dan dengan resiko ditolak untuk kedua kalinya. Dan, sangat tidak disangka, akhirnya aku diterima. Memang benar, there is a will, there is a way. Yang awalnya aku merasa tidak beruntung masuk universitasku dulu, sekarang merasa sangat amat bangga dengan universitas ini.
Setiba di Thailand. Inilah pertemuan kami yang pertama. Awalnya aku mengenal ibukota Negara gajah ini dengan nama Bangkok, ternyata kota ini mempunyai nama yang sangat unik. Dan itu yang menarik perhatianku. Gimana tidak? Nama ibu kota negara ini merupakan nama negara terpanjang di dunia. Cukup kreatif bukan para leluhur orang Thailand! Mereka menyebut Bangkok dengan nama Krungthepmahanakhon Amonrattanakosin Mahintharayutthaya Mahadilokphop Noppharatratchathaniburirom Udomratchaniwetmahasathan Amonphimanawatansathit Sakkathattiyawitsanukamprasit. Karena saking panjangnya, aku tidak dapat mengingat makna ini. (*alibi) hehhee
Lanjut ke pendekatan dengan sang pangeran di Bangkok. Setelah kagum dengan namanya, kemudian hatiku disambut dengan gaya bahasa negara ini. Yupp….benar sekali, Negara ini menggunakan 5 nada ketika berbicara. Dan pengalaman pertamaku yang sangat tidak dapat dilupakan adalah, ketika aku dan teman-temanku mencari letak universitas Thammasat (kampus dimana aku belajar sebagai exchange student) untuk yang pertama. Dengan berbekal peta dan arahan dari kakak kelas yang pernah ke Indonesia, akhirnya kami berjalan menyusuri jalan. Daaaaaaan 85% tertulis dengan huruf hanacaraka (Bahasa Thai maksudnya). Kami tidak bisa membacanya.
Finally, kami tanya ke orang-orang Thai di sekitar jalan raya. Tapi, masyarakat yang baik itu memberitahu jalan menuju ke tempat lain. Kenapa? Karena kami menyebut Thamasat dengan nada yang salah. Ingat, harus hati hati dalam mengontrol nada saat berbicara karena itu akan berpengaruh pada makna, bisa-bisa seperti kami yang tujuannya ke Thammasat University, eh malah dapat arahan ke kebun binatang. Jadi kata Thammasat itu kurang lebih berarti gedung pendidikan atau kampus karena SAT dengan bunyi A panjang berarti “ilmu”. Sedangkan SAT dengan bunyi A pendek adalah “hewan”. hahahha…yasudahlah.
Masih lanjut tentang kisah cintaku. Thailand merupakan negara yang romantis bagiku, karena di Negara ini aku menemukan kata-kata yang membuatku selalu penasaran. That’s why I fall in love with this prince! Saat di jalan raya, tulisan-tulisan yang ada di plang di tuliskan dengan Bahasa Thai alhasil buta arah. Saat perut sudah butuh makanan untuk diisi, eh tetap saja harus menebak makanan apa di balik bahasa Thai itu. Karena banyak menu makanan yang tidak disertai dengan gambar.
Anyway, kalian bisa ikuti strategiku untuk mendapatkan makanan halal disini. Ini juga salah satu cara PDKT (pendekatanku) dengan pangeran Thailand. Well, langkah pertama, pilih warung yang ada gambar bulan bintang, tulisan halal atau yang berjualan memakai jilbab. Untuk lebih meyakinkan lagi, silahkan bertanya “nii halal may?” yang berarti ini (makanan) halal tidak. Jika jawabannya halal atau chai berarti halal, kalau jawabannya may atau may halal berarti tidak halal. Karena, mencari makanan halal di Bangkok adalah hal yang cukup sulit.
Tapi tenang, sebagian masyarakat Thai sudah tahu kalau orang muslim tidak boleh makan babi, jadi saat mau makan makanan yang ada babinya, mereka bilang “may dai” yang berarti tidak boleh. Si pangeran ini sangat perhatian bukan? Sampai makanan yang dilarang buatku saja dia tahu..hehhe
Kemudian, lanjut strategi kedua. Setelah menemukan makanan, pasti kalian bingung dengan menu yang ditulis dengan huruf yang sangat berseni namun tidak dapat dibaca. Jadi, aku menerapkan strategi memilih nama yang hurufnya bagus atau nama makanan yang tidak terlalu panjang dengan harapan tidak mendapatkan rasa yang tidak kurang atau malah berlebihan karena dicampur dengan macam-macam bumbu Thailand. Namun, strategi kedua tidak aku rekomendasikan kepada kalian. Karena ini cuma strategi yang serupa dengan menghitung kancing baju saat ujian. Strategi lanjutan yaitu strategi mentok wal akhiri yaitu strategi terakhir dengan jurus Bahasa tubuh. Ekpresi mimik wajah dan pendalaman karakter sangat dibutuhkan di strategi ini. And for your information, jangan kaget, kalau saat kalian memesan makanan atau beli sesuatu kalian dianggap orang Malaysia, karena sebagian orang Thai menganggap orang yang berjilbab adalah orang Malaysia.
Kemudian, sebagai seorang wanita yang sangat suka dengan belanja, aku suka tinggal disini. Karena kebanyakan produk dijual dengan harga murah. Honestly, aku cuma terkecoh dengan angka depannya aja sih. Terang saja, hampir 90% produknya di bandrol dengan harga 9999 dibelakang angka utama. Contoh: 199, 299, 5999 seperti itu, jadi dengan sekilas mata memandang terkesan lebih murah. Ide kreatif orang Thailand ini mampu menarik pelanggan untuk berbelanja dengan mudah karena harga yang ditawarkan terkesan murah. Tahu sendiri kan kalau wanita lihat harga lebih murah kayak gimana!
Lanjut ke sikap dari si pangeran Thailand. Sebagian besar orang Thai sangat baik, bahkan membantu saat kita tidak tahu jalan. Mereka akan membantu sampai kita mendapatkan kendaraan atau membantu mencarikan orang yang mengetahui tempat manakah yang kita tuju. Kalau punya kekasih seperti ini, kita akan merasa terlindungi karena dia sangat perhatian dan melindungi kita. Dari segala kebaikan itu, ada satu hal yang menurutku sangat menarik, kebaikan mereka terhadap monk. Jadi monk yang melakukan perjalanan di Bangkok selalu menerima ucapan terimakasih, sembahan, dan makanan. Jadi, monk tidak mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang telah memberikan makanan. Tapi, masyarakat lah yang mengucapkan terimakasih. Cukup aneh bukan. Inilah kekayaan budaya dan kepercayaan.
Setelah berjalan-jalan di luar sekolah. Marilah masuk ke dalam lingkup sekolah, dimana aku akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan beberapa teman baru dari seluruh dunia. Pada program yang ku jalani beberapa tahun yang lalu, aku mendapatkan teman dari beberapa negara seperti Perancis, Korea, Jepang, Amerika, dll. Yang paling membuat aku senang adalah keingintahuan mereka tentang Islam. Kenapa aku harus memakai jilbab ketika cuaca sangat panas. Dan kenapa aku harus berpuasa padahal suatu agama itu tidak akan membiarkan umatnya menderita, dan banyak lagi. Semua itu merupakan hal yang menantang bagiku untuk menjawab pertanyaan mereka.
Aku harus berhati-hati untuk menjawab karena jawaban yang salah akan membuat mereka berperasangka yang tidak baik terhadap kepercayaanku. Salah satu contohnya adalah saat temanku, orang Jepang, dia bertanya kepadaku kenapa aku tidak minum dan makan di hari itu. Kemudian aku jawab kalau aku sedang berpuasa. Karena dia kasihan padaku, kemudian dia menawarkan minumnya kepadaku. “Take it, no one knows about it. I will not tell to anyone. Hurry, drink it”. Dengan wajah yang dari lesu menjadi sangat bersemangat karena puas tertawa, aku menjelaskan kepada temanku bahwasanya kalau berpuasa itu bukan menahan nafsu di depan orang saja, tapi juga di depan Tuhan. Dan bahkan, ada seorang temanku yang ikut ke tempat ibadah untuk tahu lebih dalam tentang kepercayaanku.
Itulah kehidupan sehari-hari di kampus dan di luar kampus. Tapi ada satu hal yang sangat aku kagumi dari kesempatan menjadi delegasi exchange student dan yang membuatku semakin cinta dengan Pangeran Thailand. Itu adalah kegiatan kemanusiaan. Disini aku dapat bertemu dengan orang-orang seluruh dunia yang mempunyai hati yang sangat baik. Kami bersama-sama bergabung dalam sebuah lembaga yang didirikan di beberapa Negara. Lembaga ini mempunyai sebuah sekolah di Bangkok dan beberapa murid yang kami ajar setiap hari sabtu dan minggu. Aku juga sempat mentranslate buku yang kemudian dijual untuk lembaga ini. Buku ini telah ditranslate ke berbagai bahasa seperti Bahasa Korea, Indonesia, Jepang, Perancis, Inggris dan Thai. Sangat menyenangkan dapat bertukar pikiran bersama orang-orang yang hebat seperti mereka dengan kegiatan yang diharapkan cukup membantu. Itulah kisah cintaku dengan pangeran Thailand, mulai dari pertemuan, pendekatan dan akhirnya jatuh cinta. Semoga menginspirasi kisah cinta kalian.
Oleh: Ira Dwijayani
Awalnya, aku mulai mengenal Negara ini dari teman-teman dan kakak tingkat yang pernah mengikuti Exchange Student di Thailand. Aku merasa tertarik dengan pangeran ini, dan aku memutuskan untuk mengikuti tes yang diadakan oleh fakultasku ini. Salah satu fakultas yang dimiliki oleh Universitas swasta di Yogyakarta. Namun sayang, pada tes pertama kali ini aku gagal. Aku harus menelan pahit kegagalanku. Tapi aku tidak menyerah, pada kesempatan tahun berikutnya, aku mencoba lagi, dengan harapan aku diterima, dan dengan resiko ditolak untuk kedua kalinya. Dan, sangat tidak disangka, akhirnya aku diterima. Memang benar, there is a will, there is a way. Yang awalnya aku merasa tidak beruntung masuk universitasku dulu, sekarang merasa sangat amat bangga dengan universitas ini.
Setiba di Thailand. Inilah pertemuan kami yang pertama. Awalnya aku mengenal ibukota Negara gajah ini dengan nama Bangkok, ternyata kota ini mempunyai nama yang sangat unik. Dan itu yang menarik perhatianku. Gimana tidak? Nama ibu kota negara ini merupakan nama negara terpanjang di dunia. Cukup kreatif bukan para leluhur orang Thailand! Mereka menyebut Bangkok dengan nama Krungthepmahanakhon Amonrattanakosin Mahintharayutthaya Mahadilokphop Noppharatratchathaniburirom Udomratchaniwetmahasathan Amonphimanawatansathit Sakkathattiyawitsanukamprasit. Karena saking panjangnya, aku tidak dapat mengingat makna ini. (*alibi) hehhee
Lanjut ke pendekatan dengan sang pangeran di Bangkok. Setelah kagum dengan namanya, kemudian hatiku disambut dengan gaya bahasa negara ini. Yupp….benar sekali, Negara ini menggunakan 5 nada ketika berbicara. Dan pengalaman pertamaku yang sangat tidak dapat dilupakan adalah, ketika aku dan teman-temanku mencari letak universitas Thammasat (kampus dimana aku belajar sebagai exchange student) untuk yang pertama. Dengan berbekal peta dan arahan dari kakak kelas yang pernah ke Indonesia, akhirnya kami berjalan menyusuri jalan. Daaaaaaan 85% tertulis dengan huruf hanacaraka (Bahasa Thai maksudnya). Kami tidak bisa membacanya.
Finally, kami tanya ke orang-orang Thai di sekitar jalan raya. Tapi, masyarakat yang baik itu memberitahu jalan menuju ke tempat lain. Kenapa? Karena kami menyebut Thamasat dengan nada yang salah. Ingat, harus hati hati dalam mengontrol nada saat berbicara karena itu akan berpengaruh pada makna, bisa-bisa seperti kami yang tujuannya ke Thammasat University, eh malah dapat arahan ke kebun binatang. Jadi kata Thammasat itu kurang lebih berarti gedung pendidikan atau kampus karena SAT dengan bunyi A panjang berarti “ilmu”. Sedangkan SAT dengan bunyi A pendek adalah “hewan”. hahahha…yasudahlah.
Masih lanjut tentang kisah cintaku. Thailand merupakan negara yang romantis bagiku, karena di Negara ini aku menemukan kata-kata yang membuatku selalu penasaran. That’s why I fall in love with this prince! Saat di jalan raya, tulisan-tulisan yang ada di plang di tuliskan dengan Bahasa Thai alhasil buta arah. Saat perut sudah butuh makanan untuk diisi, eh tetap saja harus menebak makanan apa di balik bahasa Thai itu. Karena banyak menu makanan yang tidak disertai dengan gambar.
Anyway, kalian bisa ikuti strategiku untuk mendapatkan makanan halal disini. Ini juga salah satu cara PDKT (pendekatanku) dengan pangeran Thailand. Well, langkah pertama, pilih warung yang ada gambar bulan bintang, tulisan halal atau yang berjualan memakai jilbab. Untuk lebih meyakinkan lagi, silahkan bertanya “nii halal may?” yang berarti ini (makanan) halal tidak. Jika jawabannya halal atau chai berarti halal, kalau jawabannya may atau may halal berarti tidak halal. Karena, mencari makanan halal di Bangkok adalah hal yang cukup sulit.
Tapi tenang, sebagian masyarakat Thai sudah tahu kalau orang muslim tidak boleh makan babi, jadi saat mau makan makanan yang ada babinya, mereka bilang “may dai” yang berarti tidak boleh. Si pangeran ini sangat perhatian bukan? Sampai makanan yang dilarang buatku saja dia tahu..hehhe
Kemudian, lanjut strategi kedua. Setelah menemukan makanan, pasti kalian bingung dengan menu yang ditulis dengan huruf yang sangat berseni namun tidak dapat dibaca. Jadi, aku menerapkan strategi memilih nama yang hurufnya bagus atau nama makanan yang tidak terlalu panjang dengan harapan tidak mendapatkan rasa yang tidak kurang atau malah berlebihan karena dicampur dengan macam-macam bumbu Thailand. Namun, strategi kedua tidak aku rekomendasikan kepada kalian. Karena ini cuma strategi yang serupa dengan menghitung kancing baju saat ujian. Strategi lanjutan yaitu strategi mentok wal akhiri yaitu strategi terakhir dengan jurus Bahasa tubuh. Ekpresi mimik wajah dan pendalaman karakter sangat dibutuhkan di strategi ini. And for your information, jangan kaget, kalau saat kalian memesan makanan atau beli sesuatu kalian dianggap orang Malaysia, karena sebagian orang Thai menganggap orang yang berjilbab adalah orang Malaysia.
Kemudian, sebagai seorang wanita yang sangat suka dengan belanja, aku suka tinggal disini. Karena kebanyakan produk dijual dengan harga murah. Honestly, aku cuma terkecoh dengan angka depannya aja sih. Terang saja, hampir 90% produknya di bandrol dengan harga 9999 dibelakang angka utama. Contoh: 199, 299, 5999 seperti itu, jadi dengan sekilas mata memandang terkesan lebih murah. Ide kreatif orang Thailand ini mampu menarik pelanggan untuk berbelanja dengan mudah karena harga yang ditawarkan terkesan murah. Tahu sendiri kan kalau wanita lihat harga lebih murah kayak gimana!
Lanjut ke sikap dari si pangeran Thailand. Sebagian besar orang Thai sangat baik, bahkan membantu saat kita tidak tahu jalan. Mereka akan membantu sampai kita mendapatkan kendaraan atau membantu mencarikan orang yang mengetahui tempat manakah yang kita tuju. Kalau punya kekasih seperti ini, kita akan merasa terlindungi karena dia sangat perhatian dan melindungi kita. Dari segala kebaikan itu, ada satu hal yang menurutku sangat menarik, kebaikan mereka terhadap monk. Jadi monk yang melakukan perjalanan di Bangkok selalu menerima ucapan terimakasih, sembahan, dan makanan. Jadi, monk tidak mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang telah memberikan makanan. Tapi, masyarakat lah yang mengucapkan terimakasih. Cukup aneh bukan. Inilah kekayaan budaya dan kepercayaan.
Setelah berjalan-jalan di luar sekolah. Marilah masuk ke dalam lingkup sekolah, dimana aku akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan beberapa teman baru dari seluruh dunia. Pada program yang ku jalani beberapa tahun yang lalu, aku mendapatkan teman dari beberapa negara seperti Perancis, Korea, Jepang, Amerika, dll. Yang paling membuat aku senang adalah keingintahuan mereka tentang Islam. Kenapa aku harus memakai jilbab ketika cuaca sangat panas. Dan kenapa aku harus berpuasa padahal suatu agama itu tidak akan membiarkan umatnya menderita, dan banyak lagi. Semua itu merupakan hal yang menantang bagiku untuk menjawab pertanyaan mereka.
Aku harus berhati-hati untuk menjawab karena jawaban yang salah akan membuat mereka berperasangka yang tidak baik terhadap kepercayaanku. Salah satu contohnya adalah saat temanku, orang Jepang, dia bertanya kepadaku kenapa aku tidak minum dan makan di hari itu. Kemudian aku jawab kalau aku sedang berpuasa. Karena dia kasihan padaku, kemudian dia menawarkan minumnya kepadaku. “Take it, no one knows about it. I will not tell to anyone. Hurry, drink it”. Dengan wajah yang dari lesu menjadi sangat bersemangat karena puas tertawa, aku menjelaskan kepada temanku bahwasanya kalau berpuasa itu bukan menahan nafsu di depan orang saja, tapi juga di depan Tuhan. Dan bahkan, ada seorang temanku yang ikut ke tempat ibadah untuk tahu lebih dalam tentang kepercayaanku.
Itulah kehidupan sehari-hari di kampus dan di luar kampus. Tapi ada satu hal yang sangat aku kagumi dari kesempatan menjadi delegasi exchange student dan yang membuatku semakin cinta dengan Pangeran Thailand. Itu adalah kegiatan kemanusiaan. Disini aku dapat bertemu dengan orang-orang seluruh dunia yang mempunyai hati yang sangat baik. Kami bersama-sama bergabung dalam sebuah lembaga yang didirikan di beberapa Negara. Lembaga ini mempunyai sebuah sekolah di Bangkok dan beberapa murid yang kami ajar setiap hari sabtu dan minggu. Aku juga sempat mentranslate buku yang kemudian dijual untuk lembaga ini. Buku ini telah ditranslate ke berbagai bahasa seperti Bahasa Korea, Indonesia, Jepang, Perancis, Inggris dan Thai. Sangat menyenangkan dapat bertukar pikiran bersama orang-orang yang hebat seperti mereka dengan kegiatan yang diharapkan cukup membantu. Itulah kisah cintaku dengan pangeran Thailand, mulai dari pertemuan, pendekatan dan akhirnya jatuh cinta. Semoga menginspirasi kisah cinta kalian.
Oleh: Ira Dwijayani