Halo, Safira. Terima kasih sudah bersedia berbagi dengan berkuliah.com, ya! Mungkin biar teman-teman berkuliah.com bisa lebih mengenal ...
Halo, Safira. Terima kasih sudah bersedia berbagi dengan berkuliah.com, ya! Mungkin biar teman-teman berkuliah.com bisa lebih mengenal Shafira, pertama-tama enaknya kita kenalan dulu. Bisa diceritakan profil diri kamu? Baik dari nama lengkap, asal, tempat kuliah dan jurusan yang diambil, tempat tinggal, dan kuliah menggunakan beasiswa atau biaya pribadi?
Salam kenal juga. Perkenalkan, saya Shafira Nur Octavia, lahir di Jakarta 9 Oktober 1988. Sekarang ini saya tinggal di Trier, Jerman dikarenakan pekerjaan setelah sebelumnya +/- 7 tahun berdomisili di Berlin. Saya baru saja lulus dari program S2 di jurusan Food Science & Technology di Beuth University of Applied Sciences Berlin. S1 saya sebelumnya juga di jurusan dan universitas yang sama.
Sekolah di Eropa merupakan cita-cita saya sejak lama. Namun dikarenakan biaya, saya memutuskan untuk sekolah di Jerman karena di beberapa negara bagian tidak dikenakan biaya kuliah alias gratis dan dengan kualitas pendidikan yang sangat baik pula. Selain itu saya pun jadi akan bisa menguasai bahasa ke-3.
Setelah lulus dari SMA 70 Bulungan, Jakarta, saya ikut program les intensif Bahasa Jerman selama +/- 5 bulan, lalu mengambil tes Sertifikat Bahasa Jerman level B1 (sekarang minimal B2) dari Goethe Institut yang dibutuhkan untuk mendaftar ‘Studienkolleg’.
Studienkolleg adalah sekolah penyetaraan selama 2 Semester untuk calon mahasiswa selain dari EU (European Union). Di Studienkolleg ini, kita bisa memilih Course untuk jurusan yang akan kita ambil nantinya. Kurs M (Medizin) untuk jurusan Kedokteran & Farmasi; Kurs T (Technik) untuk jurusan-jurusan Teknik; Kurs W (Wirtschaft) untuk jurusan Ekonomi; Kurs G (Geisteswissenschaft) untuk jurusan Germanistik, Hukum, Sosial, Hubungan Internasional, Politik, Sejarah, dan sebagainya; Kurs S (Sprache) untuk jurusan-jurusan Bahasa &Literatur.
Saya sendiri mengambil T-Kurs (karena saya lulusan IPA) di Studienkolleg Universitas Anhalt di kota Köthen (Jerman Timur). Disana saya belajar Bahasa Jerman, Matematik, Kimia, Fisika, Informatik dan Technical Drawing (semuanya dalam bahasa Jerman). Setelah 1 tahun, saya menulis ujian akhir (kurang lebih seperti UAN) untuk semua mata pelajaran dan nilai inilah yang saya gunakan selain nilai dari SMA di Indonesia untuk mendaftar kuliah.
Bisa diceritakan tentang kampus tempat Safira kuliah selama di Jerman? Hal-hal apa yang paling Shafira sukai atau kagumi dari kampus tersebut?
Saya kuliah di Universitas Beuth University of Applied Sciences. Tidak ada alasan khusus kenapa saya memilih universitas ini. Karena universitas-universitas di Jerman rata-rata berkualitas sama bagusnya. Saat itu saya hanya mendaftar di Berlin karena saya suka dengan atmosfir kota ini (mungkin karena ramai seperti Jakarta), tidak ada biaya kuliah, biaya hidup yang relatif murah dibanding kota besar lain, dan karena saya harus membiayai diri sendiri, jadi saya memilih kota besar agar banyak kesempatan part time.
Di Berlin, jurusan yang saya inginkan hanya ada di 2 universitas: Beuth University (BHT) & Berlin Technical University (TU Berlin) yang merupakan 2 jenis universitas berbeda: "Hochschule" (University of Applied Sciences) yang lebih practical dengan mahasiswa kurang lebih 40 dalam 1 kelas dan "Universität" yang lebih ke teori dengan sekitar 80-120 mahasiswa dalam 1 kelas. Saya memutuskan untuk daftar di Beuth.
Kira-kira, berapakah biaya kuliah di sana bagi yang tidak mendapatkan beasiswa dan menggunakan biaya sendiri?
Biaya kuliah di Jerman banyak sekali universitas negeri yang tidak dikenakan biaya kuliah/tuition fee (tergantung negara bagian), contohnya Berlin. Hanya saja, hampir semua jurusan yang ditawarkan dalam bahasa Jerman.
Tiap awal semester kita hanya diharuskan membayar sumbangan sosial kampus & biaya transportasi "flat rate" untuk 1 semester (bukan tuition fee!!) sekitar 200-300€ per semester (tergantung kota dan universitas). Untuk universitas yang ada tuition fee, kira2 ditambah 500-600€ per semester nya.
Saya sendiri dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan penting dan sehari-hari dengan bekerja part time (maksimal hanya diperbolehkan 20 jam per minggu). Terlebih lagi, ketika sedang masa ujian, mahasiswa asing bisa mendapatkan dana bantuan utk 1-2 bulan selama ujian, ASALKAN dia bisa membuktikan pendapatan per bulannya (bahwa dia membiayai diri sendiri), DAN membuktikan study performance/transkrip nilai bahwa dia selama ini benar-benar kuliah dengan baik. Kita juga bisa mengajukan pembebasan biaya tiket transportasi. Bahkan selama pengerjaan Bachelor's Thesis saya mendapatkan dana bantuan untuk 2,5 bulan dari pemerintah Berlin.
Selama Master's Thesis saya mendapatkan beasiswa STIBET dari DAAD. Intinya, jika kita memang harus membiayai diri sendiri, jangan takut dengan masalah dana, karena di sini pasti selalu ada jalan untuk yang serius kuliah, dan tidak harus nilainya super bagus.
Apa kelebihan dari jurusan yang Shafira ambil? Apakah ada kesulitan selama menjalani studi? Jika ada, apa dan bagaimana cara mengatasinya?
Semua jurusan kuliah yang ada di Jerman bagus-bagis, spesifik dan menarik. Saya sendiri tertarik dengan jurusan Food Science & Technology karena awalnya saya suka Kimia, tapi saya tidak mau kuliah kimia murni. Mata kuliah utama di jurusan saya adalah Food Chemistry, Food Processing Technology & Food Microbiology. Menurut saya menarik, karena 3 elemen tersebut benar-benar berbeda (kimia, fisika, mikrobiologi), tetapi semuanya saling berkaitan dalam memproduksi ataupun meneliti kualitas makanan.
Kesulitan tentu saja ada karena modul yang padat dan jumlah ujian yang banyak dalam kurun waktu singkat. Bagaimana mengatasinya? Mungkin bagi saya lebih tepatnya bukan mengatasi, tapi mencegah: Jika kita selalu masuk kelas dan benar-benar memastikan bahwa kita mengerti pelajaran hari itu, serta mengulang sedikit di rumah, pasti saat ujian nggak akan kalang kabut. Plus, setiap tugas sebaiknya dimulai seawal mungkin agar tidak saling bentrok.
Tapi, tentu saja ada pelajaran-pelajaran yang memang susah sekali, dan di Jerman kita hanya mendapatkan kesempatan 3x ujian, kalau tidak lulus juga akan di DO. Saya pun pernah mengalami kesulitan seperti itu dan saya benar-benar memanfaatkan 2 bulan Summer holiday untuk mengulang kembali dan belajar setiap saya ada waktu libur kerja, dan menulis kembali ujian itu di kesempatan berikutnya.
Pernahkah Shafira merasakan falling in love di Jerman, atau LDR dengan pacarnya? Jika pernah, adakah tips untuk mahasiswa yang menjalin LDR ketika di Jerman?
Love/LDR, ya. Saya sendiri belum pernah LDR beda negara, tapi banyak teman-teman dekat saya yang mengalaminya dan semuanya lancar-lancar saja, apalagi dengan teknologi jaman sekarang dan kecepatan internet di Jerman. LDR tentunya bukan masalah.
Adakah tempat-tempat menarik yang harus dikunjungi mahasiswa untuk merefresh otak dan membuang kebosanan? Mungkin menurut pengalaman Shafira.
Ada banyak sekali tempat-tempat menarik di Berlin. Misalnya, taman untuk publik yang view nya bagus sekali dan udara yang fresh, bisa sambil baca buku atau sekedar tidur-tiduran saat summer. Atau bisa juga pergi ke café untuk sekedar ngopi dan menikmati view yang bagus, atau coba kue-kue baru. Karena orang-orang Jerman adalah pecinta kue dan cokelat, di Berlin harga-harga kalau jajan di luar relatif murah.
Apakah mahasiswa perlu membuat rekening tabungan, kartu asuransi kesehatan, dan kartu mahasiswa? Jika iya, bagaimana langkah-langkah membuatnya?
Bank, asuransi di Jerman sangat perlu buka rekening karena semua tagihan bisa dengan mudah ditarik langsung di rekening dan kita bisa kontrol tiap saat, misalnya dengan Online Banking.
Asuransi adalah hal yang wajib di Jerman. Sebagai student, kita diwajibkan mempunyai asuransi dari negara, bukan private. Asuransi ini memang mahal per bulannya, tapi itu adalah salah satu syarat dan sangat bermanfaat kok! Kita bebas ke dokter tanpa biaya, bisa check up, bisa periksa gigi, bahkan dokter kulit. Untuk beberapa obat pun bisa dibeli dengan harga lebih murah (dengan resep dokter).
Membuat rekening bank dan asuransi sangat mudah sekali, tinggal datang ke bank dan bawa paspor serta tanda daftar diri di kota tersebut. Asuransi pun begitu, kita bisa daftar online atau datang langsung dan membawa dokumen-dokumen termasuk bukti tanda mahasiswa (karena tarifnya berbeda untuk student). Kartu mahasiswa akan kita dapatkan otomatis setelah kita membayar uang semester (200-300€).
Apa perbedaan budaya yang paling terasa antara Jerman dengan Indonesia? Apakah ada yang patut dicontoh oleh orang Indonesia? (nasionalisme, kehidupan sehari-hari, dll)
Culture difference. Pastinya banyak sekali perbedaan budaya di Jerman dan Indonesia. Yang pasti paling terasa adalah sistemnya serba rapi dan teratur. Di sini saya terbiasa dengan hidup terstruktur dan ter-planing. Walaupun kadang monoton dan kultur disini cenderung individual, bukan seperti orang indonesia yang hangat dan sangat kekeluargaan. Semua tentu ada positif dan negatif, dan di sini kita bisa melihat sendiri mana yang baik untuk ditiru dan yang tidak.
Adakah tips spesial yang ingin Shafira bagikan tentang bagaimana cara agar mahasiswa Indonesia di sana bisa sukses dan mampu bersaing dengan mahasiswa lainnya?
Tips di kelas: kita HARUS "bersuara". Buat setiap profesor kenal dengan kita. Berawal dengan memberi dan menjawab pertanyaan. Lalu, berinisiatif di tiap tugas kelompok dan praktek di labor dan tidak lupa: membantu teman. Belajar lebih giat sudah tentu karena keterbatasan bahasa. Selain itu, yang penting di Jerman adalah PENGALAMAN. Perbanyak magang atau bekerja part time sebagai student employee di perusahaan-perusahaan yang ada hubungannya dengan jurusan kita, serta memperbanyak pengetahuan proyek-proyek selama kuliah, benar-benar berperan penting untuk kualifikasi kita.
Last but not least, ingat tujuan pertama kita. Tidak ada orangtua yang mengawasi kita di sini, kuliah pun tidak ada ada absensi kehadiran, internet sangat cepat dan lancar yang bisa bikin kita keenakan dan malas kuliah, dan juga gaji part time tinggi yang bisa membuat kita terlalu banyak bekerja melebihi kebutuhan. Semua ada di tangan kita. Ingat tujuan awal, ingat orang tua. Itu kunci terpenting saya selama ini.
Wah…super sekali ya cerita pengalaman yang dibagikan oleh Shafira Nur Octavia ini? Semoga informasi dan tips-tips yang dibagikan oleh Safira bisa menginspirasi dan bermanfaat buat kamu ya, sobat berkuliah.com!
Salam sukses selalu dari berkuliah.com.