Hallo sahabat, saya Naning Pratiwi , Mahasiswa Univeritas Negeri Yogyakarta yang berkesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar d...
Hallo sahabat, saya Naning Pratiwi, Mahasiswa Univeritas Negeri Yogyakarta yang berkesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Aichi University of Education, Jepang. Banyak pengalaman yang ingin saya bagikan, salah satunya pengalaman berharga satu ini. Check this out!!
Keputusan untuk memilih jurusan pendidikan sekolah dasar tidak menghentikan mimpi saya untuk menuntut ilmu diluar negeri. Perspektif masyarakat yang menganggap mahasiswa jurusan PGSD hanya ditakdirkan untuk mengabdi disekolah dasar seolah menjadi tantangan sendiri bagi saya untuk membuktikan mahasiswa pendidikan juga dapat berprestasi dikancah internasianal. Tantangan ini pula yang menumbuhkan keberanian dalam diri saya untuk berfikir “out of the box”.
Tatkala di universitas, Saya memutuskan untuk bergabung dalam komunitas debate bahasa inggris di kampus meskipun jurusan saya bukan bahasa inggris. berbagai perlombaan debate saya ikuti dengan modal kemampuan debate yang pas-pas an, tetapi tujuan saya tidak hanya berkompetitsi untuk menang. Saya menganggap dunia debate bahasa inggris lebih dari sekedar perlombaan. saya belajar banyak tentang bagaimana berfikir kritis namun tetap dinamis, belajar untuk percaya diri tanpa lupa diri, belajar hidup dengan semangat kompetisi yang positif, dan tentunya mengasah kemampuan bahasa inggris saya. Dalam dunia perdebatan ini pula saya temukan sosok-sosok inspiratif yang sangat berprestasi, dimana bersama mereka saya belajar tumbuh dengan semangat berprestasi yang tinggi pula.
Saya mungkin tidak memenangkan piala debate bahasa inggris, tapi di tahun 2014 saya memenangkan piala lain yang tidak kalah prestisius. Saya berkesemapatan untuk mengikuti program student exchange di Jepang dengan beasiswa penuh dari Japan Student Service Organization (JASSO). Perjuangan saya untuk mendapatkan kesempatan ini tentu tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, salah satunya dunia debat bahasa inggris yang selama ini saya ikuti. saya masih ingat saat proses seleksi, saya harus bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa terbaik, bahkan salah seorang dari mereka adalah mahasiswa berprestasi tahun 2014. Mereka sangat hebat dan berprestasi, jauh dari saya yang masih semester 4 tanpa deretan prestasi yang mebanggakan. Modal saya hanya berani, percaya diri, dan kritis, beberapa resep ilmu yang saya dapat dari dunia perdebatan. Hasilnya, saya berhasil terpilih mewakili kampus saya untuk terbang ke Jepang untuk belajar di Aichi University of Education.
Saya sangat beruntung berkesempatan belajar di Aichi University of Education. Kampus ini merupakan satu-satunya kampus pendidikan di prefecture Aichi yang memiliki pengaruh besar dalam pembuatan kebijakan pendidikan di Jepang dan terkenal menghasilkan lulusan yang berkompeten dalam dunia pendidikan. Tidak heran siswa dari berbagai daerah di Aichi berlomba-lomba mendaftar di universitas ini dan tentunya mereka bangga menyadang status mahasiswa Aichikyoikudaigaku (read: Aichi University of Education).
Kesempatan ini tentu tidak ingin saya sia-siakan begitu saja, meskipun Aichi Univeristy of Education tidak memiliki program international (sehingga semua perkulaiah disampaikan dalam bahasa Jepang, kecuali kuliah mata pelajaran bahasa inggris) saya tetap semangat mengikuti perkuliahan bersama mahasiswa regular lainya, saya juga tidak malu bergaul dengan mahasiswa lain dengan kemapuan bahasa Jepang yang minim, dan tetap aktif menjadi volunteer mengajar bahasa inggris.
Dengan kegigihan saya, saya mendapat kepercayaan dari professor untuk mengikuti open class di beberapa sekolah dasar di Jepang. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk mengenalkan budaya dan sistem pendidikan Indonesia di beberapa sekolah Jepang, serta berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan budaya Jepang. Dengan hal ini saya bisa belajar banyak tentang system pendidikan Jepang. Bonusnya kemampuan bahasa Jepang saya meningkat, saya mendapat banyak teman internasional, dan kesempatan traveling ke berbagai objek wisata terkenal Jepang.
Semua hal di atas tidak terlepas dari prinsip “out of the box”. Saya ingin membuktikan mahasiswa Indonesia dengan kempuan bahasa Jepang yang minim seperti saya, dapat bersaing dan hidup dengan baik dalam lingkungan Jepang. Saya percaya bahwa hidup diluar negeri bukan hanya membutuhkan kemampuaan bahasa dengan TOEFL diatas 550 atau sertifikat JLPT N1. Lebih dari itu dibutuhkan kemamapuan untuk survive dengan modal keberanian, tanggung jawab, open-minded, kritis, dan percaya diri. dan satu hal lagi, kita belajar bukan hanya membawa nama pribadi, namun juga membawa nama bangsa. Success is a Journey, not a destination.
Keputusan untuk memilih jurusan pendidikan sekolah dasar tidak menghentikan mimpi saya untuk menuntut ilmu diluar negeri. Perspektif masyarakat yang menganggap mahasiswa jurusan PGSD hanya ditakdirkan untuk mengabdi disekolah dasar seolah menjadi tantangan sendiri bagi saya untuk membuktikan mahasiswa pendidikan juga dapat berprestasi dikancah internasianal. Tantangan ini pula yang menumbuhkan keberanian dalam diri saya untuk berfikir “out of the box”.
Tatkala di universitas, Saya memutuskan untuk bergabung dalam komunitas debate bahasa inggris di kampus meskipun jurusan saya bukan bahasa inggris. berbagai perlombaan debate saya ikuti dengan modal kemampuan debate yang pas-pas an, tetapi tujuan saya tidak hanya berkompetitsi untuk menang. Saya menganggap dunia debate bahasa inggris lebih dari sekedar perlombaan. saya belajar banyak tentang bagaimana berfikir kritis namun tetap dinamis, belajar untuk percaya diri tanpa lupa diri, belajar hidup dengan semangat kompetisi yang positif, dan tentunya mengasah kemampuan bahasa inggris saya. Dalam dunia perdebatan ini pula saya temukan sosok-sosok inspiratif yang sangat berprestasi, dimana bersama mereka saya belajar tumbuh dengan semangat berprestasi yang tinggi pula.
Saya mungkin tidak memenangkan piala debate bahasa inggris, tapi di tahun 2014 saya memenangkan piala lain yang tidak kalah prestisius. Saya berkesemapatan untuk mengikuti program student exchange di Jepang dengan beasiswa penuh dari Japan Student Service Organization (JASSO). Perjuangan saya untuk mendapatkan kesempatan ini tentu tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, salah satunya dunia debat bahasa inggris yang selama ini saya ikuti. saya masih ingat saat proses seleksi, saya harus bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa terbaik, bahkan salah seorang dari mereka adalah mahasiswa berprestasi tahun 2014. Mereka sangat hebat dan berprestasi, jauh dari saya yang masih semester 4 tanpa deretan prestasi yang mebanggakan. Modal saya hanya berani, percaya diri, dan kritis, beberapa resep ilmu yang saya dapat dari dunia perdebatan. Hasilnya, saya berhasil terpilih mewakili kampus saya untuk terbang ke Jepang untuk belajar di Aichi University of Education.
Saya sangat beruntung berkesempatan belajar di Aichi University of Education. Kampus ini merupakan satu-satunya kampus pendidikan di prefecture Aichi yang memiliki pengaruh besar dalam pembuatan kebijakan pendidikan di Jepang dan terkenal menghasilkan lulusan yang berkompeten dalam dunia pendidikan. Tidak heran siswa dari berbagai daerah di Aichi berlomba-lomba mendaftar di universitas ini dan tentunya mereka bangga menyadang status mahasiswa Aichikyoikudaigaku (read: Aichi University of Education).
Kesempatan ini tentu tidak ingin saya sia-siakan begitu saja, meskipun Aichi Univeristy of Education tidak memiliki program international (sehingga semua perkulaiah disampaikan dalam bahasa Jepang, kecuali kuliah mata pelajaran bahasa inggris) saya tetap semangat mengikuti perkuliahan bersama mahasiswa regular lainya, saya juga tidak malu bergaul dengan mahasiswa lain dengan kemapuan bahasa Jepang yang minim, dan tetap aktif menjadi volunteer mengajar bahasa inggris.
Dengan kegigihan saya, saya mendapat kepercayaan dari professor untuk mengikuti open class di beberapa sekolah dasar di Jepang. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk mengenalkan budaya dan sistem pendidikan Indonesia di beberapa sekolah Jepang, serta berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan budaya Jepang. Dengan hal ini saya bisa belajar banyak tentang system pendidikan Jepang. Bonusnya kemampuan bahasa Jepang saya meningkat, saya mendapat banyak teman internasional, dan kesempatan traveling ke berbagai objek wisata terkenal Jepang.
Semua hal di atas tidak terlepas dari prinsip “out of the box”. Saya ingin membuktikan mahasiswa Indonesia dengan kempuan bahasa Jepang yang minim seperti saya, dapat bersaing dan hidup dengan baik dalam lingkungan Jepang. Saya percaya bahwa hidup diluar negeri bukan hanya membutuhkan kemampuaan bahasa dengan TOEFL diatas 550 atau sertifikat JLPT N1. Lebih dari itu dibutuhkan kemamapuan untuk survive dengan modal keberanian, tanggung jawab, open-minded, kritis, dan percaya diri. dan satu hal lagi, kita belajar bukan hanya membawa nama pribadi, namun juga membawa nama bangsa. Success is a Journey, not a destination.