Oleh : Budi Waluyo An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh Univer...
Oleh :
Budi Waluyo
An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK |
A PhD student at Lehigh University, Penn, USA.
Interview (wawancara) umumnya adalah tahap terakhir dari proses seleksi beasiswa S2 ke luar negeri. Bersyukurlah bagi yang berkesempatan dipanggil dalam sesi wawancara beasiswa. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini. Ini artinya mereka telah mengalahkan puluhan bahkan ratusan pelamar lainnya di tahap administrasi. Ini juga menunjukkan bahwa si sponsor beasiswa melihat ada sesuatu di aplikasi kita yang menarik minat mereka sehingga perlu dipanggil wawancara untuk lebih meyakinkan lagi. Kesempatan untuk terpilih menjadi the next scholar juga terbuka lebih besar.
Pada dasarnya, aplikasi beasiswa yang kita isi dan kirim di tahap administrasi lalu adalah rujukan para panelis wawancara. Di sesi wawancara ini, masing-masing pewawancara telah memegang aplikasi yang kita isi. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mereka pun terkadang sama dengan pertanyaan yang ada di aplikasi beasiswa. Mereka (panelis wawancara) selalu ingin menggali lebih jauh apa yang ada didalam diri kita dengan menjadikan aplikasi beasiswa sebagai rujukan.
Banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain self-confidence, cara penyampaian, kecekatan dalam memahami pertanyaan yang diberikan, dan lain sebagainya.
Perlu dipahami bahwa sesi wawancara sangat berbeda dengan percakapan biasa. Bila dilihat sekilas, memang hanya sekedar tanya jawab. Tetapi, karena kesempatan untuk menyampaikan jawaban tidak lama, maka perlu dipelajari dahulu sebelum sesi wawancara tiba. Bahkan, walaupun sudah latihan di rumah, masih ada saja kendala kita nanti dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam sesi wawancara.
Poin lainnya yang perlu diketahui adalah para panelis wawancara akan selalu mencoba mencari kekurangan kita. Jangan pernah berharap pujian dari panelis wawancara. Beberapa pertanyaan atau tanggapan dari panelis wawancara terkadang tidak enak didengar, seperti terkesan merendahkan kita, tidak percaya, dan lain sebagainya. Disini kita harus bisa mengendalikan diri, terutama emosi. Mereka hanya menguji, seberapa jauh kita yakin dengan apa yang kita bawa (tulis di aplikasi) dan sejauh mana kita dapat menjelaskan hal tersebut dengan baik hingga membuat mereka percaya sepenuhnya dengan kemampuan kita.
Interview questions
Alhasil, di sesi wawancara, jawaban-jawaban yang diberikannya tidak berbobot. Tidak menujukkan dia sebagai kandidat yang siap untuk studi S2. Seperti misalnya, saat ditanya alasan kenapa memilih universitas yang diletakkannya didalam aplikasi beasiswa, dia menjawab: sebenarnya saya tidak terlalu memahami universitas tersebut tapi sepertinya universitas itu bagus.
Seharusnya, bila dia benar-benar sudah mempersiapkan diri, banyak alasan atau jawaban yang lebih baik dari itu yang bisa diberikan. Jawaban yang memberikan kesan kalau dia sudah memahami semuanya. Jawaban yang lebih terkesan akademik, misalnya saya memilih universitas ini karena tenaga pengajar dan fasilitas yang ada disana sangat mendukung studi S2 saya nanti. Saya juga sudah membaca banyak literature di bidang saya dan saya menemukan sebagian besar penulis mengajar di universitas ini.
Oleh sebab itu, sangat perlu mengetahui bagaiman proses sebuah wawancara beasiswa berjalan. Terlebih lagi, kita juga perlu mengetahui pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang biasanya diberikan oleh panelis wawancara beasiswa serta jawaban-jawaban seperti apa yang tepat untuk menjawabnya.
1. Sesi awal
Sebelum memasuki ruangan wawancara, tariklah nafas dalam-dalam kemudian keluarkan perlahan. Lakukan hal ini berulang kali sambil berdo’a meminta kelancaran kepada Tuhan. Buatlah diri kita setenang mungkin. Tampilkan gaya seorang akademisi. Buang jauh-jauh pikiran bahwa panelis wawancara nanti akan lebih pintar. Tetapi, jangan masukkan pikiran bahwa mereka gampang dihadapi. Rasakan dan tanamkan didalam pikiran bahwa kita adalah the best candidate. Kitalah orang yang mereka cari. Hal kecil seperti ini penting dilakukan untuk mendapatkan sebuah awal yang baik.
Sesi wawancara diawali dengan sapaan salam, seperti Good morning, how are you today? Panelis wawancara yang memulainya, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan. Ada panelis yang meminta kita memperkenalkan diri dahulu. Disini kita harus bisa memperkenalkan diri secara singkat, jelas dan padat dalam waktu tidak lebih dari 5 menit. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diberikan seperti:
Pada dasarnya, pertanyaan-pertanyaan diatas terlihat biasa saja dan bisa ditebak akan selalu muncul dalam sesi awal wawancara. Namun, bila tanpa persiapan sebelumnya, jawaban yang diberikan bisa jadi biasa-biasa saja pula. Ini titik awal untuk memunculkan ketertarikan panelis wawancara pada diri kita. Maka, berikanlah jawaban yang berbobot dan berisi. Jawaban yang berbobot dan berisi untuk pertanyaan-pertanyaan perkenalan ini bisa meliputi nama, asal, tempat kerja, tanggung jawab di tempat kerja, research interest, topik penelitian yang akan dikerjakan saat S2 nanti dan kenapa melamar beasiswa itu.
Contoh:
Bisa dikatakan, jawaban yang kita berikan adalah rangkuman dari aplikasi beasiswa yang telah kita isi. Sehingga, ketika panelis wawancara mendengarnya, mereka sudah mendapatkan sekilas gambaran tentang diri kita. Mereka pun akan langsung menangkap poin-poin tertentu dari yang kita sampaikan, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kita memahami apa yang telah kita sampaikan. Pelamar yang tanpa persiapan akan kelabakan mengatasi pertanyaan-pertanyaan ini. Walaupun sebenarnya bila diberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, mereka akan mampu mengatasinya. Sayangnya, waktu yang diberikan hanya sepersekian detik, layaknya seperti sebuah percakapan tanya jawab.
Di sesi wawancara beasiswa yang lain, Fulbright misalnya, interwee tidak diminta untuk memperkenalkan diri. Hal ini dikarenakan panelis wawancara sudah membaca aplikasi beasiswanya. Panelis wawancara memperkenalkan diri mereka satu persatu atau diperkenalkan oleh satu orang panelis. Disini, kita perlu menyimak dengan baik perkenalan ini, terutama nama mereka. Bila kita ingat nama mereka, kita bisa memulai jawaban dengan Thank you Mr. Smith, dan sebagainya. Kemudian panelis wawancara akan mulai memberikan pertanyaan satu persatu. Biasanya, tiap-tiap penulis sudah mengantongi poin-poin yang akan mereka tanyakan.
2. Pertanyaan tentang topik penelitian
Topik penelitian yang akan kita kerjakan nanti saat S2 adalah hal pokok yang akan ditanyakan pada sesi wawancara. Poin-poin yang ditanyakan bisa meliputi alasan kenapa tertarik dengan topik itu, apa manfaat dan kontribusi yang diberikan, bagaimana kita akan melakukannya, dan apa yang akan kita lakukan dengan findingsnya selesai studi S2 nanti. Oleh sebab itu, mulailah membuat skema atau sistematika untuk jawaban yang akan diberikan sebelum sesi wawancara tiba.
Pertanyaan-pertanyaan ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengetahuan kita tentang topik penelitian yang kita angkat. Para panelis wawancara sudah pasti kalangan akademik yang sudah bergelut dengan tulisan-tulisan akademik, seperti penelitian. Mereka bisa menilai apakah pengetahuan yang kita miliki sudah memadai atau belum untuk bisa melakukan penelitian tentang topik tersebut. Belum lagi, salah satu dari panelis biasanya adalah orang yang paham area yang kita akan pelajari.
Jadi, tidak jarang setiap jawaban-jawaban yang diberikan bisa dipatahkan atau diputar balikkan oleh mereka. Kita perlu memiliki keyakinan yang kuat atas apa yang telah kita sampaikan.
Tidak usah berkecil hati bila banyak sekali kekurangan - kekurangan yang disampaikan panelis wawancara terhadap rencana atau topik penelitian kita. Selama kita menjawabnya dengan lugas dan dengan alasan-alasan yang kita anggap benar, everything is gonna be OK. Justru, bila kita cenderung melempem dan mengalah, itu bisa menimbulkan keraguan dari panelis wawancara. Mereka mencari orang yang kuat, secara pemikiran dan matang dalam emosi. Mereka tidak mencari siapa yang kalah atau menang dalam sesi wawancara ini.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang biasa diberikan tentang topik penelitian.
Jawaban yang diberikan haruslah sebuah penjelasan yang akademik. Ada alasan dan bisa dibantu dengan fakta atau contoh kasus.
Contoh:
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan kelemahan
Panelis wawancara akan mencari kekurangan atau kelemahan yang kita miliki. Biasanya hal-hal yang terlihat akan menghambat kelancaran studi S2 kita nanti. Hal tersebut, antara lain nilai-nilai yang kita dapatkan di S1, minimnya prestasi atau publikasi, dan lain sebagainya. Mereka bisa menemukan hal-hal tersebut baik setelah mendengarkan penjelasan kita maupun setelah membaca aplikasi beasiswa kita. Namun, tujuan mereka bukanlah untuk menjatuhkan kita, melainkan ingin melihat bagaimana kita bisa meyakinkan mereka bahwa kekurangan atau kelemahan tersebut akan bisa kita atasi dan tidak akan mengganggu kelancaran studi S2 kita.
Contoh pertanyaan-pertanyaan tentang ini antara lain:
Kita harus bisa merubah kekurangan-kekurangan yang dimiliki menjadi suatu hal yang positif, atau bahkan kekuatan kita. Hal ini hanya bisa dilakukan bila kita memikirkan hal tersebut sebelumnya. Ingat, tidak ada pelamar yang sempurna, termasuk diri kita. Oleh sebab itu, penting membuat peta kekurangan diri, kemudian cari cara untuk merubahnya sebagai kekuatan atau setidaknya hal yang positif yang dapat menunjang studi S2 kita nanti. Berikanlah jawaban yang jujur tanpa menambahkan suatu kebohongan apapun. Satu kebohongan hanya akan membuat kita berbohong lagi.
4. Pertanyaan tentang kontribusi yang akan diberikan
Mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri bukanlah akhir dari perjalanan karir seseorang. Di dalam benak pikiran sponsor beasiswa, para scholars diharapkan mampu memberikann kontribusi yang berarti bagi negaranya, lebih spesifik untuk bidang pekerjaan atau ilmu yang digelutinya. Bisa dianggap beasiswa ini harus dianggap sebagai pendongkrak diri kita untuk menggapai level yang lebih tinggi lagi selesai studi nanti. Oleh karena itu, tak jarang panelis wawancara akan bertanya tentang kontribusi seperti apa yang akan kita berikan selesai studi nanti, akan jadi apa, pekerjaan jenis apa yang akan dikerjakan, dan lain-lain.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang diberikan seperti di bawah ini.
Kita boleh memiliki keinginan-keinginan yang tinggi, tapi ingat, haruslah realistis. Realistis dalam artian, berpijak kepada latar belakang pekerjaan kita, pendidikan, maupun aktivitas keorganisasian. Seperti misalnya, bila sekarang masih bekerja sebagai dosen tidak tetap, maka kita bisa mengatakan I want to be a lecturer and researcher in the area of …. I will give significant contribution to the development of knowledge in that area.
Sedangkan contoh rencana yang tidak realistis, misalnya I want to the ministry of education or I want to be a president. Rencana ini terlihat tidak masuk akal bila latar belakang kita masih sebatas dosen tidak tetap atau bekerja di Non-government organization. Mungkin nanti ada salah satu dari pelamar yang pada akhirnya duduk di pemerintahan menjadi Menteri atau menjadi Presiden. Hanya saja, bila jalan menuju kesana belum jelas, sebaiknya cari rencana yang lebih masuk akal.
Cara lain untuk menjawab pertanyaan tentang kontribusi masa depan ini adalah dengan membaca profil sponsor beasiswa. Di informasi beasiswa, biasanya terdapat informasi tentang tujuan diberikannya beasiswa tersebut. Ada beasiswa yang bertujuan untuk membiayai pendidikan untuk orang-orang yang telah bekerja sebagai dosen atau berencana untuk bekerja sebagai dosen di univeristas-universitas di Indonesia. Beasiswa yang lain ingin mempererat hubungan politik dan ekonomi antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah yang memberikan beasiswa. Dari sini, kita akan mampu memproyeksikan kontribusi atau karir seperti apa yang tepat untuk meyakinkan panelis wawancara bahwa profil kita sejalan dengan visi dan misi sponsor beasiswa.
Rencana kontribusi masa depan yang akan kita berikan ini mungkin akan kita lakukan atau dapatkan sepulangnya kita dari studi. Tetapi, kita juga sadar bahwa tetap ada kemungkinan tidak mendapatkan atau melakukannya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Yang terpenting adalah kita punya rencana masa depan yang akan kita lakukan seusai studi nanti dan itu sejalan dengan visi dan misi sponsor beasiswa. Kita buat rencananya secara sistematis, sehingga panelis wawancara dapat menerimanya. Perkara akan terealisasi atau tidak, itu urusan nanti. Dapatkan dulu beasiswanya, nanti kita akan menemukan jalannya ketika sudah terjun kedalamnya.
5. Pertanyaan tentang daya tahan
Studi di luar negeri tidaklah mudah. Selain itu, bagi yang sudah beristri, jarak yang jauh bisa menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Sponsor beasiswa juga sangat memahami bahwa kemampuan sosialisasi atau berteman seseorang juga memiliki peran yang penting untuk kesuksesan studi. Panelis wawancara terkadang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang hal ini, misalnya,
Jawaban-jawaban yang diberikan haruslah meyakinkan. Tidak salah kita mengakui bahwa meninggalkan keluarga itu berat atau hidup terpisah dari istri itu tidak mudah. Namun, sampaikan juga cara-cara yang akan kita lakukan untuk meminimalisir dampaknya untuk kesuksesan studi kita. Bila kita sudah pernah hidup jauh dari keluarga, misalnya saat studi sebelumnya atau bekerja, kita bisa mengambil hal tersebut sebagi contoh bahwa kita bisa mengatasi hal ini.
6. Penutup
Sesi wawancara bisa menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Di akhir sesi wawancara, panelis akan memberikan kesempatan kepada kita untuk bertanya. Mereka akan berkata This is the end of our interview session, do you have any question? Disini, kita dapat memberikan pertanyaan tentang hal-hal seperti berapa banyak kuota beasiswa yang tersedia, kapan hasilnya diumumkan, atau hal-hal lain yang ingin kita ketahui tentang beasiswa tersebut.
Bila kita tidak memiliki pertanyaan, manfaatkanlah waktu ini untuk menyampaikan terima kasih atas panggilan wawancaranya. Katakan bahwa ini adalah kesempatan yang besar dan memberikan pengalaman yang berarti bagi hidup anda.
Budi Waluyo
An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK |
A PhD student at Lehigh University, Penn, USA.
“If you think you can win, you can win. Faith is necessary to victory.” ~ William Hazlitt
Interview (wawancara) umumnya adalah tahap terakhir dari proses seleksi beasiswa S2 ke luar negeri. Bersyukurlah bagi yang berkesempatan dipanggil dalam sesi wawancara beasiswa. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini. Ini artinya mereka telah mengalahkan puluhan bahkan ratusan pelamar lainnya di tahap administrasi. Ini juga menunjukkan bahwa si sponsor beasiswa melihat ada sesuatu di aplikasi kita yang menarik minat mereka sehingga perlu dipanggil wawancara untuk lebih meyakinkan lagi. Kesempatan untuk terpilih menjadi the next scholar juga terbuka lebih besar.
Pada dasarnya, aplikasi beasiswa yang kita isi dan kirim di tahap administrasi lalu adalah rujukan para panelis wawancara. Di sesi wawancara ini, masing-masing pewawancara telah memegang aplikasi yang kita isi. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mereka pun terkadang sama dengan pertanyaan yang ada di aplikasi beasiswa. Mereka (panelis wawancara) selalu ingin menggali lebih jauh apa yang ada didalam diri kita dengan menjadikan aplikasi beasiswa sebagai rujukan.
Pelamar yang memiliki profil yang bagus di aplikasi beasiswa akan cenderung lebih mudah menghadapi sesi wawancara selama si pelamar memahami semua hal yang diisinya. Namun, dalam beberapa kasus, pelamar yang biasa saja di aplikasi beasiswa bisa berubah menjadi kandidat kuat untuk menjadi penerima beasiswa di sesi wawancara.
Banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain self-confidence, cara penyampaian, kecekatan dalam memahami pertanyaan yang diberikan, dan lain sebagainya.
Perlu dipahami bahwa sesi wawancara sangat berbeda dengan percakapan biasa. Bila dilihat sekilas, memang hanya sekedar tanya jawab. Tetapi, karena kesempatan untuk menyampaikan jawaban tidak lama, maka perlu dipelajari dahulu sebelum sesi wawancara tiba. Bahkan, walaupun sudah latihan di rumah, masih ada saja kendala kita nanti dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam sesi wawancara.
Poin lainnya yang perlu diketahui adalah para panelis wawancara akan selalu mencoba mencari kekurangan kita. Jangan pernah berharap pujian dari panelis wawancara. Beberapa pertanyaan atau tanggapan dari panelis wawancara terkadang tidak enak didengar, seperti terkesan merendahkan kita, tidak percaya, dan lain sebagainya. Disini kita harus bisa mengendalikan diri, terutama emosi. Mereka hanya menguji, seberapa jauh kita yakin dengan apa yang kita bawa (tulis di aplikasi) dan sejauh mana kita dapat menjelaskan hal tersebut dengan baik hingga membuat mereka percaya sepenuhnya dengan kemampuan kita.
Interview questions
"We need to learn to treat our own brain better - understanding how it works will help us do that." - Richard BandlerKesuksesan dalam sesi wawancara sangat bergantung sekali dengan kesiapan kita sebelum sesi wawancara itu tiba. Jangan pernah sia-siakan kesempatan ini karena untuk sampai ke tahap wawancara ini tidaklah mudah. Aku punya seorang teman yang pernah dipanggil wawancara beasiswa S2 ke luar negeri. Sebelumnya, saat dia masih mengisi aplikasi beasiswa tersebut, dia rajin bertanya kepadaku. Dengan tekun dia isi aplikasi itu. Namun, sayangnya, ketika dia dipanggil wawancara beasiswa itu, dia tidak mempersiapkan dirinya dengan baik. Dia cenderung bersantai ria seakan tidak ada beban. Ditambah lagi akan berangkat ke Jakarta dengan gratis karena ongkos ditanggung oleh sponsor beasiswa.
Alhasil, di sesi wawancara, jawaban-jawaban yang diberikannya tidak berbobot. Tidak menujukkan dia sebagai kandidat yang siap untuk studi S2. Seperti misalnya, saat ditanya alasan kenapa memilih universitas yang diletakkannya didalam aplikasi beasiswa, dia menjawab: sebenarnya saya tidak terlalu memahami universitas tersebut tapi sepertinya universitas itu bagus.
Seharusnya, bila dia benar-benar sudah mempersiapkan diri, banyak alasan atau jawaban yang lebih baik dari itu yang bisa diberikan. Jawaban yang memberikan kesan kalau dia sudah memahami semuanya. Jawaban yang lebih terkesan akademik, misalnya saya memilih universitas ini karena tenaga pengajar dan fasilitas yang ada disana sangat mendukung studi S2 saya nanti. Saya juga sudah membaca banyak literature di bidang saya dan saya menemukan sebagian besar penulis mengajar di universitas ini.
Oleh sebab itu, sangat perlu mengetahui bagaiman proses sebuah wawancara beasiswa berjalan. Terlebih lagi, kita juga perlu mengetahui pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang biasanya diberikan oleh panelis wawancara beasiswa serta jawaban-jawaban seperti apa yang tepat untuk menjawabnya.
1. Sesi awal
Sebelum memasuki ruangan wawancara, tariklah nafas dalam-dalam kemudian keluarkan perlahan. Lakukan hal ini berulang kali sambil berdo’a meminta kelancaran kepada Tuhan. Buatlah diri kita setenang mungkin. Tampilkan gaya seorang akademisi. Buang jauh-jauh pikiran bahwa panelis wawancara nanti akan lebih pintar. Tetapi, jangan masukkan pikiran bahwa mereka gampang dihadapi. Rasakan dan tanamkan didalam pikiran bahwa kita adalah the best candidate. Kitalah orang yang mereka cari. Hal kecil seperti ini penting dilakukan untuk mendapatkan sebuah awal yang baik.
Sesi wawancara diawali dengan sapaan salam, seperti Good morning, how are you today? Panelis wawancara yang memulainya, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan. Ada panelis yang meminta kita memperkenalkan diri dahulu. Disini kita harus bisa memperkenalkan diri secara singkat, jelas dan padat dalam waktu tidak lebih dari 5 menit. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diberikan seperti:
- Please, introduce yourself to us in details.
- Please share with us about yourself and your reasons for applying to this scholarship.”
- Could you tell us more about yourself?
- Could you tell us about you and your field of study?
Pada dasarnya, pertanyaan-pertanyaan diatas terlihat biasa saja dan bisa ditebak akan selalu muncul dalam sesi awal wawancara. Namun, bila tanpa persiapan sebelumnya, jawaban yang diberikan bisa jadi biasa-biasa saja pula. Ini titik awal untuk memunculkan ketertarikan panelis wawancara pada diri kita. Maka, berikanlah jawaban yang berbobot dan berisi. Jawaban yang berbobot dan berisi untuk pertanyaan-pertanyaan perkenalan ini bisa meliputi nama, asal, tempat kerja, tanggung jawab di tempat kerja, research interest, topik penelitian yang akan dikerjakan saat S2 nanti dan kenapa melamar beasiswa itu.
Contoh:
My name is Andrianto from Central Java. I work as a lecturer at Smart University. I teach English at this University. I have a high interest in research about …….. I have written some papers on this topic (bila sudah ada). My previous research (penelitian S1) was about … When I was doing the research, my interest on the topic grew. This research is important considering some problems, such as … (disini bisa dijelaskan masalah yang bisa diselesaikan dengan penelitian ini). Besides, I have a future goal to a ….. (kaitkan dengan penelitian itu, bisa juga dikaitkan dengan karir yang akan dikejar, atau pengalaman pekerjaan). I am applying this scholarship to pursue my Master’s/ Doctoral degree in the area of ….
Bisa dikatakan, jawaban yang kita berikan adalah rangkuman dari aplikasi beasiswa yang telah kita isi. Sehingga, ketika panelis wawancara mendengarnya, mereka sudah mendapatkan sekilas gambaran tentang diri kita. Mereka pun akan langsung menangkap poin-poin tertentu dari yang kita sampaikan, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kita memahami apa yang telah kita sampaikan. Pelamar yang tanpa persiapan akan kelabakan mengatasi pertanyaan-pertanyaan ini. Walaupun sebenarnya bila diberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, mereka akan mampu mengatasinya. Sayangnya, waktu yang diberikan hanya sepersekian detik, layaknya seperti sebuah percakapan tanya jawab.
Di sesi wawancara beasiswa yang lain, Fulbright misalnya, interwee tidak diminta untuk memperkenalkan diri. Hal ini dikarenakan panelis wawancara sudah membaca aplikasi beasiswanya. Panelis wawancara memperkenalkan diri mereka satu persatu atau diperkenalkan oleh satu orang panelis. Disini, kita perlu menyimak dengan baik perkenalan ini, terutama nama mereka. Bila kita ingat nama mereka, kita bisa memulai jawaban dengan Thank you Mr. Smith, dan sebagainya. Kemudian panelis wawancara akan mulai memberikan pertanyaan satu persatu. Biasanya, tiap-tiap penulis sudah mengantongi poin-poin yang akan mereka tanyakan.
2. Pertanyaan tentang topik penelitian
Topik penelitian yang akan kita kerjakan nanti saat S2 adalah hal pokok yang akan ditanyakan pada sesi wawancara. Poin-poin yang ditanyakan bisa meliputi alasan kenapa tertarik dengan topik itu, apa manfaat dan kontribusi yang diberikan, bagaimana kita akan melakukannya, dan apa yang akan kita lakukan dengan findingsnya selesai studi S2 nanti. Oleh sebab itu, mulailah membuat skema atau sistematika untuk jawaban yang akan diberikan sebelum sesi wawancara tiba.
Pertanyaan-pertanyaan ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengetahuan kita tentang topik penelitian yang kita angkat. Para panelis wawancara sudah pasti kalangan akademik yang sudah bergelut dengan tulisan-tulisan akademik, seperti penelitian. Mereka bisa menilai apakah pengetahuan yang kita miliki sudah memadai atau belum untuk bisa melakukan penelitian tentang topik tersebut. Belum lagi, salah satu dari panelis biasanya adalah orang yang paham area yang kita akan pelajari.
Jadi, tidak jarang setiap jawaban-jawaban yang diberikan bisa dipatahkan atau diputar balikkan oleh mereka. Kita perlu memiliki keyakinan yang kuat atas apa yang telah kita sampaikan.
Disini, panelis akan melihat karakter diri kita dalam memahami dan mempertahankan sebuah ide atau gagasan. Namun, kita tidak juga harus berlaku egois alias menang sendiri. Bila memang pernyataan dari panelis itu benar, kita bisa mengatakan kalau kita baru mengetahuinya dan akan memperbaikinya kedepan.
Tidak usah berkecil hati bila banyak sekali kekurangan - kekurangan yang disampaikan panelis wawancara terhadap rencana atau topik penelitian kita. Selama kita menjawabnya dengan lugas dan dengan alasan-alasan yang kita anggap benar, everything is gonna be OK. Justru, bila kita cenderung melempem dan mengalah, itu bisa menimbulkan keraguan dari panelis wawancara. Mereka mencari orang yang kuat, secara pemikiran dan matang dalam emosi. Mereka tidak mencari siapa yang kalah atau menang dalam sesi wawancara ini.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang biasa diberikan tentang topik penelitian.
- What makes this topic interesting?
- Why are you interested in this topic?
- How is your previous study, research or experience relevant to the topic you are proposing?
- Have you searched for programs at Universities in the US/ UK that offer what you are looking for?
- How can the universities in the US/ UK help you for this research?
Jawaban yang diberikan haruslah sebuah penjelasan yang akademik. Ada alasan dan bisa dibantu dengan fakta atau contoh kasus.
Contoh:
The issues of school-aged children’s education in remote areas in Indonesia have interested me since I was doing my bachelor degree. I involved myself into some organizations that concerned on this issue, such as …. Besides, I also once worked with …. to assist government programs on school-aged children’s education in remote areas in Indonesia. Indonesian government plans to solve the issues and close the gaps between cities and remotes in terms of the quality of education. I expect to take part in this program. I have read some literature on this topic and I found that most of the researchers are from institutions in the US. In addition, I have also read that some institutions in the US have successfully implemented some programs to solve such issues. Therefore, I believe that with all that quality I can gain more valuable insights in my research.
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan kelemahan
Panelis wawancara akan mencari kekurangan atau kelemahan yang kita miliki. Biasanya hal-hal yang terlihat akan menghambat kelancaran studi S2 kita nanti. Hal tersebut, antara lain nilai-nilai yang kita dapatkan di S1, minimnya prestasi atau publikasi, dan lain sebagainya. Mereka bisa menemukan hal-hal tersebut baik setelah mendengarkan penjelasan kita maupun setelah membaca aplikasi beasiswa kita. Namun, tujuan mereka bukanlah untuk menjatuhkan kita, melainkan ingin melihat bagaimana kita bisa meyakinkan mereka bahwa kekurangan atau kelemahan tersebut akan bisa kita atasi dan tidak akan mengganggu kelancaran studi S2 kita.
Contoh pertanyaan-pertanyaan tentang ini antara lain:
- All of your publications are not about the research topic you are proposing, how could it be relevant or support your study?
- You seem to have finished your bachelor degree more than four years. If we give this scholarship to you, are you sure you can finish within the time limit?
- Your English is not really good while you are going to study in an English speaking country. How will you prepare yourself for this?
Kita harus bisa merubah kekurangan-kekurangan yang dimiliki menjadi suatu hal yang positif, atau bahkan kekuatan kita. Hal ini hanya bisa dilakukan bila kita memikirkan hal tersebut sebelumnya. Ingat, tidak ada pelamar yang sempurna, termasuk diri kita. Oleh sebab itu, penting membuat peta kekurangan diri, kemudian cari cara untuk merubahnya sebagai kekuatan atau setidaknya hal yang positif yang dapat menunjang studi S2 kita nanti. Berikanlah jawaban yang jujur tanpa menambahkan suatu kebohongan apapun. Satu kebohongan hanya akan membuat kita berbohong lagi.
4. Pertanyaan tentang kontribusi yang akan diberikan
Mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri bukanlah akhir dari perjalanan karir seseorang. Di dalam benak pikiran sponsor beasiswa, para scholars diharapkan mampu memberikann kontribusi yang berarti bagi negaranya, lebih spesifik untuk bidang pekerjaan atau ilmu yang digelutinya. Bisa dianggap beasiswa ini harus dianggap sebagai pendongkrak diri kita untuk menggapai level yang lebih tinggi lagi selesai studi nanti. Oleh karena itu, tak jarang panelis wawancara akan bertanya tentang kontribusi seperti apa yang akan kita berikan selesai studi nanti, akan jadi apa, pekerjaan jenis apa yang akan dikerjakan, dan lain-lain.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang diberikan seperti di bawah ini.
- What career do you want to pursue after your study?
- What kinds of contribution will you give on your return home?
- After finishing your study, what specific priority will you do?
- How will you implement the knowledge on your return home?
- How will your country gain benefits from your study?
Kita boleh memiliki keinginan-keinginan yang tinggi, tapi ingat, haruslah realistis. Realistis dalam artian, berpijak kepada latar belakang pekerjaan kita, pendidikan, maupun aktivitas keorganisasian. Seperti misalnya, bila sekarang masih bekerja sebagai dosen tidak tetap, maka kita bisa mengatakan I want to be a lecturer and researcher in the area of …. I will give significant contribution to the development of knowledge in that area.
Sedangkan contoh rencana yang tidak realistis, misalnya I want to the ministry of education or I want to be a president. Rencana ini terlihat tidak masuk akal bila latar belakang kita masih sebatas dosen tidak tetap atau bekerja di Non-government organization. Mungkin nanti ada salah satu dari pelamar yang pada akhirnya duduk di pemerintahan menjadi Menteri atau menjadi Presiden. Hanya saja, bila jalan menuju kesana belum jelas, sebaiknya cari rencana yang lebih masuk akal.
Cara lain untuk menjawab pertanyaan tentang kontribusi masa depan ini adalah dengan membaca profil sponsor beasiswa. Di informasi beasiswa, biasanya terdapat informasi tentang tujuan diberikannya beasiswa tersebut. Ada beasiswa yang bertujuan untuk membiayai pendidikan untuk orang-orang yang telah bekerja sebagai dosen atau berencana untuk bekerja sebagai dosen di univeristas-universitas di Indonesia. Beasiswa yang lain ingin mempererat hubungan politik dan ekonomi antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah yang memberikan beasiswa. Dari sini, kita akan mampu memproyeksikan kontribusi atau karir seperti apa yang tepat untuk meyakinkan panelis wawancara bahwa profil kita sejalan dengan visi dan misi sponsor beasiswa.
Rencana kontribusi masa depan yang akan kita berikan ini mungkin akan kita lakukan atau dapatkan sepulangnya kita dari studi. Tetapi, kita juga sadar bahwa tetap ada kemungkinan tidak mendapatkan atau melakukannya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Yang terpenting adalah kita punya rencana masa depan yang akan kita lakukan seusai studi nanti dan itu sejalan dengan visi dan misi sponsor beasiswa. Kita buat rencananya secara sistematis, sehingga panelis wawancara dapat menerimanya. Perkara akan terealisasi atau tidak, itu urusan nanti. Dapatkan dulu beasiswanya, nanti kita akan menemukan jalannya ketika sudah terjun kedalamnya.
5. Pertanyaan tentang daya tahan
Studi di luar negeri tidaklah mudah. Selain itu, bagi yang sudah beristri, jarak yang jauh bisa menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Sponsor beasiswa juga sangat memahami bahwa kemampuan sosialisasi atau berteman seseorang juga memiliki peran yang penting untuk kesuksesan studi. Panelis wawancara terkadang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang hal ini, misalnya,
How do you socialize with people?How will you manage the condition in your family during your study abroad?This is going to be your first time studying abroad, do you have some concerns about that?
Jawaban-jawaban yang diberikan haruslah meyakinkan. Tidak salah kita mengakui bahwa meninggalkan keluarga itu berat atau hidup terpisah dari istri itu tidak mudah. Namun, sampaikan juga cara-cara yang akan kita lakukan untuk meminimalisir dampaknya untuk kesuksesan studi kita. Bila kita sudah pernah hidup jauh dari keluarga, misalnya saat studi sebelumnya atau bekerja, kita bisa mengambil hal tersebut sebagi contoh bahwa kita bisa mengatasi hal ini.
6. Penutup
Sesi wawancara bisa menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Di akhir sesi wawancara, panelis akan memberikan kesempatan kepada kita untuk bertanya. Mereka akan berkata This is the end of our interview session, do you have any question? Disini, kita dapat memberikan pertanyaan tentang hal-hal seperti berapa banyak kuota beasiswa yang tersedia, kapan hasilnya diumumkan, atau hal-hal lain yang ingin kita ketahui tentang beasiswa tersebut.
Bila kita tidak memiliki pertanyaan, manfaatkanlah waktu ini untuk menyampaikan terima kasih atas panggilan wawancaranya. Katakan bahwa ini adalah kesempatan yang besar dan memberikan pengalaman yang berarti bagi hidup anda.
“Act as if what you do makes a difference. It does.” ~ William James