Coventry merupakan salah satu kota di kawasan West Midlands, dekat dengan daerah Warwickshire yang merupakan salah satu provinsi countrys...
Coventry merupakan salah satu kota di kawasan West Midlands, dekat dengan daerah Warwickshire yang merupakan salah satu provinsi countryside Inggris. Meski tidak sepopuler kota lainnya seperti London dan Manchester, Coventry masuk dalam 50 daftar The Best Student Cities oleh QS World. Salah satu faktor masuknya Coventry dalam 50 The Best Student Cities karena banyaknya mahasiswa asing yang berkuliah di dua universitas top dunia di Coventry, yaitu University of Warwick dan Coventry University.
Mahasiswa asing yang berkuliah di Coventry akan merasa nyaman dengan kehidupan di Coventry yang tidak terlalu Hectic dan dimanjakan dengan fasilitas penunjang yang sangat lengkap, seperti alat trasfortasi yang beragam dan askes menuju kota lain yang sangat mudah. Selain itu, kota dimana didirikanya pabrik sepeda pertama di dunia ini memiliki banyak kelebihan, selain sebagai The Best Student Cities, Coventry juga memiliki banyak tempat obyek wisata yang membuat betah mahasiswa asing. Seperti Warwick Castle, Stratford-upon-Avon dan Warwick University Art Center yang merupakan rumah bagi kegiatan seni dan pusat seni terbesar di Inggris.
Tertarik untuk lebih lanjut mengetahui kehidupan mahasiswa di Coventry, simak pemaparan Fira berikut ini.
Perkenalan
Halo, namaku Shaffira Diraprana Gayatri, biasa dipanggil Fira. Lahir di Gent, Belgia, tetapi besar di Surabaya. Sejak SD sampai SMA (SMAN 5) di Surabaya, kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dengan mengambil Sastra Inggris. Lulus S1 aku bekerja di Women Research Institute Jakarta, dan Lembaga Bahasa Internasional Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok. Sekarang baru menamatkan S2 di University of Warwick mengambil MA in World Literature.
Dari kecil, kedua orang tuaku sangat menanamkan pentingnya pendidikan yang bagus untuk anak-anaknya, sehingga aku sangat terpacu untuk bisa berprestasi dan mendapatkan beasiswa serta melanjutkan sekolah di universitas kelas dunia. Meskipun berkali-kali mendapatkan penolakan dan gagal hingga aku merasa ingin menyerah, orang tuaku selalu memberikan dukungan yang tidak ada habisnya sampai aku bangun dan mencoba lagi.
Alhamdulillah saat kuliah S1 di Universitas Indonesia tepatnya ketika di semester 4, aku akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa untuk program student exchange di NUS, Universitas terbaik di Singapura. Prestasi tersebut membuatku sangat bahagia karena akhirnya bisa "membuktikan diri" ke orang tua bahwa aku bisa. Suasana akademik di NUS sangat kompetitif dan kualitas pendidikannya jauh di atas Indonesia. Di sana, aku harus berusaha tiga kali lipat dibandingkan usahaku di UI, namun nilai-nilai yang kudapat jauh di bawah nilai-nilaiku biasanya, sehingga aku sempat sangat down. Tetapi salah satu tutorku yang memberi nilai terendah justru menyemangatiku untuk berusaha lebih keras lagi agar dapat melanjutkan S2 di UK dan berkarir di bidang akademis, dan itulah yang menjadi pelajaran dan cambuk bagiku sampai sekarang.
Berkuliah di Coventry
Aku berkuliah di University of Warwick, letaknya di Coventry, West Midlands. Dekat dengan daerah Warwickshire, yang merupakan salah satu provinsi countryside Inggris yang sangat cantik dengan dua obyek wisata yang terkenal, yaitu Warwick Castle di kota Warwick dan Stratford-upon-Avon, kota kelahiran Shakespeare.
Coventry merupakan kota yang relatif aman. Alhamdulillah selama tinggal di sana tidak pernah mengalami pengalaman buruk di jalan, seperti pencurian atau perampokan maupun rasisme. Aku berkuliah di University of Warwick dengan beasiswa LPDP. Memilih mendaftar ke LPDP karena beasiswa LPDP yang paling sesuai dengan visi dan misi pribadi, yakni untuk berkontribusi ke negara, Indonesia. Setelah berhasil berkuliah di University of Warwick dengan menggunakan beasiswa LPDP, aku Jadi manusia yang semakin bersyukur dan makin open minded, karena pengalaman selama setahun tersebut sangat membuka mata dan wawasan mengenai dunia.
Kendala ketika akan berkuliah di Coventry
Tidak ada kendala yang berarti karena semua sudah dipersiapkan dengan matang. Satu-satunya hambatan adalah terpaksa mengambil tes IELTS hingga dua kali agar sesuai dengan persyaratan yang diminta universitas, namun karena sudah mengambil tes dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum deadline jadi tidak terlalu menjadi masalah.
Sosialisasi dengan penduduk lokal Coventry
Salah satu kelebihan tinggal di Coventry adalah, Coventry merupakan kota yang sangat multikultural, sehingga makanan mancanegara sangat mudah ditemukan, dan penduduknya sudah sangat terbiasa dengan orang-orang Muslim atau non-Eropa. Kalau di departemen tempat aku kuliah, mayoritas (90%) mahasiswanya adalah orang-orang lokal atau Eropa, tetapi mereka sangat baik. Meskipun pertemanan kami hanya sebatas di kampus saja, teman-teman dekatku yang orang lokal malah orang-orang yang kutemui ketika sedang melakukan volunteering di luar kampus.
Manajemen waktu kuliah di Coventry
Tiap orang punya cara belajar masing-masing yang efektif, dan cara belajar aku sendiri nggak bisa dicontoh karena aku termasuk deadliner, hihi. Yang penting antara belajar dan hiburan mesti seimbang supaya dapat produktif dan tidak stress.
Keunggulan berkuliah di kota Coventry khususnya University of Warwick adalah staf pengajarnya sangat mendukung mahasiswa agar dapat berkembang dan menjalani perkuliahan dengan baik. Mereka menyediakan “office hours” yang jelas untuk para mahasiswa yang ingin bertemu dan berdiskusi dengan mereka, dan sangat sigap membalas email, sehingga tidak ada ceritanya mahasiswa harus bersusah-payah “mengejar-ngejar” Dosen. Selain itu mereka selalu sangat rinci dan detil dalam memberikan feedback untuk esai atau tugas kita. Pembimbing tesisku luar biasa baik dan selalu sangat suportif, jauh dari stereotipe “dosbing” yang menjadi momok di Indonesia.
Budaya hidup di Coventry
Budaya orang Coventry sebetulnya agak mirip orang Indonesia, khususnya Jawa, yang sopan, ramah, dan indirect. Tapi hal yang dapat kita contoh adalah mereka sangat tertib dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengantri, membuang sampah pada tempatnya, tertib dalam berlalu lintas, dll.
Selain itu, mereka sangat menghargai hak konsumen serta bangga menggunakan produk lokal (di semua supermarket dan restoran dapat ditemukan tulisan yang mengklaim mereka menjual atau menggunakan produk lokal). Mereka juga sangat toleran terhadap perbedaan, bahkan perbedaan diet atau pola makan. Di seluruh chain supermarket besar selalu ada bagian tersendiri untuk makanan halal, vegetarian, gluten-free, lactose-free, dan sebagainya.
Pengalaman paling berkesan saat tinggal di Coventry
Seluruh pengalamanku berkesan, tetapi ada satu hal yang sangat berkesan. Andrea Hirata adalah salah satu penulis Indonesia favoritku dan inspirasiku untuk melanjutkan sekolah di luar negeri. Kebetulan sekali ketika aku di sana, Andrea Hirata mendapat gelar Doctor Honoris Causa di bidang Sastra dari University of Warwick. Jadi aku mendapatkan kesempatan untuk bertemu, nonton bareng Laskar Pelangi, bahkan berdiskusi dengan beliau tentang banyak hal, terutama sastra Indonesia.
Pengalaman travelling
Aku cukup banyak melakukan travelling di dalam UK sendiri, yang paling berkesan adalah London dan Scotland (daerah utara Inggris, karena sangat cantik). Di luar UK, travelling ke Maroko, Irlandia, Prancis, Belgia, Belanda, Jerman, dan Polandia. Yang paling berkesan adalah Maroko, selain karena tidak memerlukan visa, juga karena kedekatan budayanya dengan orang Indonesia (Maroko adalah negara Muslim), keramahan orang-orangnya, dan keindahan negaranya, mulai dari gurun, gunung es, hingga kota biru di lembah gunung, semua ada di Maroko.
Motivasi
Salah satu inspirasi terbesarku untuk dapat melanjutkan kuliah di UK adalah kata-kata Andrea Hirata, "Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu". Jadi ingatlah satu hal, "Apapun halangan yang kamu hadapi, jangan takut untuk bermimpi dan meraih mimpi itu, karena Tuhan akan selalu memeluk mimpi-mimpimu".