Hasil akhir dari ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional periode tahun 2015 memberikan hasil yang sangat membanggakan bagi In...
Hasil akhir dari ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional periode tahun 2015 memberikan hasil yang sangat membanggakan bagi Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Salah satu mahasiswanya dari jurusan Teknik Informatika yang bernama Aditya Brahmana berhasil meraih posisi pertama dalam final seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional untuk kategori jenjang sarjana. Dalam final dari seleksi pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional yang diadakan di Malang tersebut ITS diwakili oleh 2 orang mahasiswanya masing-masing untuk kategori jenjang sarjana dan diploma. Namun untuk jenjang diploma, Zahra Sahara Arfenti dari Teknik Kimia belum berhasil mempersembahkan hasil terbaiknya karena tidak masuk dalam 3 besar hasil akhirnya.
Awal Mula Tertarik Bidang Teknologi Informasi
Satu hal yang ada dalam benak Aditya Brahmana yang lahir pada 9 November 1992 adalah bahwa ia ingin menjadi seperti Mark Zuckerberg yang notabene adalah pendiri Facebook. Ketertarikannya dalam bidang Teknologi Informasi sudah menghinggapinya sedari usia kelas 5 SD. Kejadian awalnya juga bisa dibilang berawal dari sebuah kebetulan bahwa ia menemukan majalah-majalah komputer. Waktu itu ia baru saja sampai di rumah baru karena orang tuanya mendapat tugas di Batam. Rumah yang akan ia tempati bersama orang tuanya tersebut sebelumnya juga ditempati orang lain yang ternyata entah karena satu dan lain hal meninggalkan tumpukan majalah yang ternyata adalah majalah-majalah komputer.
Rasa penasaran sebagai seorang anak kelas 5 SD membawa Aditya pada lembar demi lembar dan satu halaman setelah halaman lain dari majalah-majalah komputer tersebut. Seketika pada waktu itu ia merasa menemukan hasratnya untuk ia kejar. Ia seperti merasa ketagihan pada hal-hal yang berbau komputer dan Teknologi Informasi. Satu bayangan yang kemudian muncul dalam benaknya adalah seorang Mark Elliot Zuckerberg. Ia kemudian menjadikannya sebagai panutan dan tujuan untuk suatu saat nanti bisa mengikuti jejaknya dalam bidang Teknologi Informasi.
Waktu berjalan dan akhirnya pada tahun 2011 sebuah pintu terbuka lebar yang memberikan akses kepada Aditya Brahmana untuk semakin mendekati hasratnya mengikuti jejak Mark Zuckerberg. Pengumuman penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya mencantumkan namanya sebagai mahasiswa dari jurusan Teknik Informatika. Sejak saat itu ia semakin antusias dan semakin berusaha mengembangkan diri dalam hal mengutak-atik bilangan biner serta elektronika.
Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Nasional 2015
Berawal dari hobi dan kesenangannya pada dunia Teknologi Informasi yang bahkan sudah ia sadari sejak lama, Aditya Brahmana meniti perjalanannya selama menjalani studi di ITS hingga akhirnya pada tahun 2015 mampu menjadi juara pertama dalam seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional yang setiap tahun diadakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Indonesia (Dikti). Sebuah prestasi yang sangat membanggakan baik itu untuk kampusnya yaitu ITS Surabaya, untuk kedua orang tuanya, dan tentu bagi dirinya sendiri.
Proses untuk akhirnya bisa menjadi juara dalam ajang yang sangat bergengsi ini juga bukan sebuah proses yang mudah. Ia harus mengikuti seleksi tingkat kampus terlebih dahulu kemudian mengikuti kompetisi tingkat Kopertis hingga akhirnya termasuk dalam 30 finalis nasional mengikuti seleksi akhir untuk menjadi juara. Dalam keseluruhan proses dari seleksi menjadi Mahasiswa Berprestasi mulai dari tingkat universitas, Aditya Brahmana sudah melalui dan mengikuti berbagai agenda dan kegiatan yang tentu sangat berpengaruh dalam pengembangan dirinya. Presentasi Karya Tulis Ilmiah atau KTI, wawancara prestasi serta kepribadian, dan juga uji kemampuan bahasa Inggris merupakan beberapa diantara tahapan seleksi yang dilakukan untuk nantinya bisa menjadi Mahasiswa Berprestasi.
Ketekunan dan kegigihan dari seorang Aditya Brahmana pada akhirnya memberikan hasil yang sangat baik. Tanggapan dari para juri yang sangat terlihat positif ternyata memang benar-benar memberika hasil akhir yang luar biasa baginya. Dalam pengumuman pemenang seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional, Aditya Brahmana menjadi juara yang diikuti oleh mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) di posisi kedua dan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di posisi ketiga.
Pencapaian dan Prestasi
Tidak lengkap rasanya jika membicarakan seorang Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional tanpa melirik pencapaian dan prestasi yang sudah berhasil diraihnya. Salah satu hal yang menjadi pencapaian terbesar dari Aditya Brahmana adalah sebuah perangkat yang diberi nama Zhaped. Perangkat ini adalah sebuah mesin printer yang bisa digunakan untuk mencetak obyek tiga dimensi (3D). Kita semua tahu bahwa printer konvensional hanya mencetak tulisan atau gambar pada bidang dua dimensi. Zhaped dengan keistimewaannya mampu mencetak benda nyata. Jadi jika printer konvensional hanya mencetak gambar kunci maka Zhaped bisa mencetak bentuk kunci tersebut secara langsung. Luar biasa bukan?
Ide awal dari pembuatan perangkat printer bernama Zhaped ini muncul ketika ia sedang membaca majalah dan menemukan bahasan tentang printer tiga dimensi. Saat itu yang ia pikirkan adalah bahwa printer tiga dimensi memang keren namun harganya sangat mahal. Nah, kebiasaan mengutak-atiknya mulai menggelitik dan memunculkan pertanyaan yaitu apakah mungkin untuk bisa membuat perangkat printer tiga dimensi dengan budget minim sehingga harganya tidak akan mahal seperti yang ia lihat di majalah itu?
Hasil mengejutkan berhasil ia munculkan dari proyek membuat printer tiga dimensi murah miliknya. Dana total sekitar 5 juta Rupiah ia habiskan hingga perangkat printer tiga dimensi yang ia buat bisa digunakan. Jika dibandingkan dengan harga pasaran printer konvensional memang masih terasa mahal, namun jika dibandingkan dengan harga printer tiga dimensi seperti yang ia lihat dulu di majalah yaitu 20 juta Rupiah tentu dana 5 juta Rupiah sangat sedikit.
Aditya Brahmana menjalani kesehariannya dengan motto “Stay hungry, stay foolish.” Yang pada akhirnya bisa mengantarkan dia untuk membuat printer tiga dimensi yang ternyata menjadi senjata andalannya dalam memenangkan seleksi menjadi Mahasiswa Berprestasi Nasional periode tahun 2015. Para juri dalam proses seleksi memberikan respon yang positif dari buah karya Aditya tersebut karena memang bisa sangat bermanfaat bagi pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia dengan harga yang cukup terjangkau tersebut.
Selain berjaya bersama perangkat hasil karyanya, Aditya Brahmana sebelumnya juga meraih penghargaan Social Venture Challenges dalam satu ajang yang bernama Harvard Model United Nations yang diselenggarakan oleh Harvard University di Amerika Serikat. Tidak hanya dalam lingkup nasional saja namun ternyata secara internasional ia juga berprestasi. Semua hal sangat mungkin diraih karena menurutnya dari pengalaman mengikuti bebagai kompetisi, ia simpulkan bahwa upaya sungguh-sungguh adalah faktor penentu utama untuk berhasil. Hal tersebut juga sudah ia buktikan dalam hal studi atau kuliahnya di ITS.
Selain motto yang ia selalu pegang dan sebelumnya bahkan dipopulerkan oleh Steve Jobs, ia juga mengatakan bahwa harus ada prinsip 80/20 dalam hal mencari ilmu. Maksudnya adalah bahwa 80% ilmu adalah dari kuliah atau kelas dan sisanya 20% adalah ilmu-ilmu dari berbagai hal, proyek, dan kegiatan diluar kelas atau kuliah. Dengan begitu akan ada 100% ilmu yang diraih dan tentu bisa sangat bervariasi juga karena ketika diluar kuliah atau kelas bisa ada banyak sekali hal untuk dicerna dan dipahami.
Awal Mula Tertarik Bidang Teknologi Informasi
Satu hal yang ada dalam benak Aditya Brahmana yang lahir pada 9 November 1992 adalah bahwa ia ingin menjadi seperti Mark Zuckerberg yang notabene adalah pendiri Facebook. Ketertarikannya dalam bidang Teknologi Informasi sudah menghinggapinya sedari usia kelas 5 SD. Kejadian awalnya juga bisa dibilang berawal dari sebuah kebetulan bahwa ia menemukan majalah-majalah komputer. Waktu itu ia baru saja sampai di rumah baru karena orang tuanya mendapat tugas di Batam. Rumah yang akan ia tempati bersama orang tuanya tersebut sebelumnya juga ditempati orang lain yang ternyata entah karena satu dan lain hal meninggalkan tumpukan majalah yang ternyata adalah majalah-majalah komputer.
Rasa penasaran sebagai seorang anak kelas 5 SD membawa Aditya pada lembar demi lembar dan satu halaman setelah halaman lain dari majalah-majalah komputer tersebut. Seketika pada waktu itu ia merasa menemukan hasratnya untuk ia kejar. Ia seperti merasa ketagihan pada hal-hal yang berbau komputer dan Teknologi Informasi. Satu bayangan yang kemudian muncul dalam benaknya adalah seorang Mark Elliot Zuckerberg. Ia kemudian menjadikannya sebagai panutan dan tujuan untuk suatu saat nanti bisa mengikuti jejaknya dalam bidang Teknologi Informasi.
Waktu berjalan dan akhirnya pada tahun 2011 sebuah pintu terbuka lebar yang memberikan akses kepada Aditya Brahmana untuk semakin mendekati hasratnya mengikuti jejak Mark Zuckerberg. Pengumuman penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya mencantumkan namanya sebagai mahasiswa dari jurusan Teknik Informatika. Sejak saat itu ia semakin antusias dan semakin berusaha mengembangkan diri dalam hal mengutak-atik bilangan biner serta elektronika.
Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Nasional 2015
Berawal dari hobi dan kesenangannya pada dunia Teknologi Informasi yang bahkan sudah ia sadari sejak lama, Aditya Brahmana meniti perjalanannya selama menjalani studi di ITS hingga akhirnya pada tahun 2015 mampu menjadi juara pertama dalam seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional yang setiap tahun diadakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Indonesia (Dikti). Sebuah prestasi yang sangat membanggakan baik itu untuk kampusnya yaitu ITS Surabaya, untuk kedua orang tuanya, dan tentu bagi dirinya sendiri.
Proses untuk akhirnya bisa menjadi juara dalam ajang yang sangat bergengsi ini juga bukan sebuah proses yang mudah. Ia harus mengikuti seleksi tingkat kampus terlebih dahulu kemudian mengikuti kompetisi tingkat Kopertis hingga akhirnya termasuk dalam 30 finalis nasional mengikuti seleksi akhir untuk menjadi juara. Dalam keseluruhan proses dari seleksi menjadi Mahasiswa Berprestasi mulai dari tingkat universitas, Aditya Brahmana sudah melalui dan mengikuti berbagai agenda dan kegiatan yang tentu sangat berpengaruh dalam pengembangan dirinya. Presentasi Karya Tulis Ilmiah atau KTI, wawancara prestasi serta kepribadian, dan juga uji kemampuan bahasa Inggris merupakan beberapa diantara tahapan seleksi yang dilakukan untuk nantinya bisa menjadi Mahasiswa Berprestasi.
Ketekunan dan kegigihan dari seorang Aditya Brahmana pada akhirnya memberikan hasil yang sangat baik. Tanggapan dari para juri yang sangat terlihat positif ternyata memang benar-benar memberika hasil akhir yang luar biasa baginya. Dalam pengumuman pemenang seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional, Aditya Brahmana menjadi juara yang diikuti oleh mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) di posisi kedua dan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di posisi ketiga.
Pencapaian dan Prestasi
Tidak lengkap rasanya jika membicarakan seorang Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional tanpa melirik pencapaian dan prestasi yang sudah berhasil diraihnya. Salah satu hal yang menjadi pencapaian terbesar dari Aditya Brahmana adalah sebuah perangkat yang diberi nama Zhaped. Perangkat ini adalah sebuah mesin printer yang bisa digunakan untuk mencetak obyek tiga dimensi (3D). Kita semua tahu bahwa printer konvensional hanya mencetak tulisan atau gambar pada bidang dua dimensi. Zhaped dengan keistimewaannya mampu mencetak benda nyata. Jadi jika printer konvensional hanya mencetak gambar kunci maka Zhaped bisa mencetak bentuk kunci tersebut secara langsung. Luar biasa bukan?
Ide awal dari pembuatan perangkat printer bernama Zhaped ini muncul ketika ia sedang membaca majalah dan menemukan bahasan tentang printer tiga dimensi. Saat itu yang ia pikirkan adalah bahwa printer tiga dimensi memang keren namun harganya sangat mahal. Nah, kebiasaan mengutak-atiknya mulai menggelitik dan memunculkan pertanyaan yaitu apakah mungkin untuk bisa membuat perangkat printer tiga dimensi dengan budget minim sehingga harganya tidak akan mahal seperti yang ia lihat di majalah itu?
Hasil mengejutkan berhasil ia munculkan dari proyek membuat printer tiga dimensi murah miliknya. Dana total sekitar 5 juta Rupiah ia habiskan hingga perangkat printer tiga dimensi yang ia buat bisa digunakan. Jika dibandingkan dengan harga pasaran printer konvensional memang masih terasa mahal, namun jika dibandingkan dengan harga printer tiga dimensi seperti yang ia lihat dulu di majalah yaitu 20 juta Rupiah tentu dana 5 juta Rupiah sangat sedikit.
Aditya Brahmana menjalani kesehariannya dengan motto “Stay hungry, stay foolish.” Yang pada akhirnya bisa mengantarkan dia untuk membuat printer tiga dimensi yang ternyata menjadi senjata andalannya dalam memenangkan seleksi menjadi Mahasiswa Berprestasi Nasional periode tahun 2015. Para juri dalam proses seleksi memberikan respon yang positif dari buah karya Aditya tersebut karena memang bisa sangat bermanfaat bagi pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia dengan harga yang cukup terjangkau tersebut.
Selain berjaya bersama perangkat hasil karyanya, Aditya Brahmana sebelumnya juga meraih penghargaan Social Venture Challenges dalam satu ajang yang bernama Harvard Model United Nations yang diselenggarakan oleh Harvard University di Amerika Serikat. Tidak hanya dalam lingkup nasional saja namun ternyata secara internasional ia juga berprestasi. Semua hal sangat mungkin diraih karena menurutnya dari pengalaman mengikuti bebagai kompetisi, ia simpulkan bahwa upaya sungguh-sungguh adalah faktor penentu utama untuk berhasil. Hal tersebut juga sudah ia buktikan dalam hal studi atau kuliahnya di ITS.
Selain motto yang ia selalu pegang dan sebelumnya bahkan dipopulerkan oleh Steve Jobs, ia juga mengatakan bahwa harus ada prinsip 80/20 dalam hal mencari ilmu. Maksudnya adalah bahwa 80% ilmu adalah dari kuliah atau kelas dan sisanya 20% adalah ilmu-ilmu dari berbagai hal, proyek, dan kegiatan diluar kelas atau kuliah. Dengan begitu akan ada 100% ilmu yang diraih dan tentu bisa sangat bervariasi juga karena ketika diluar kuliah atau kelas bisa ada banyak sekali hal untuk dicerna dan dipahami.
