Terkadang satu alasan sederhana bisa menjadi awal dari hasil akhir yang luar biasa. Berawal cari coba-coba bisa saja berujug pada sebuah kes...
Terkadang satu alasan sederhana bisa menjadi awal dari hasil akhir yang luar biasa. Berawal cari coba-coba bisa saja berujug pada sebuah kesuksesan besar dan luar biasa. Hal ini ternyata dialami oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang bernama Dianty Widyowati. Berawal dari alasan sederhana untuk mencoba, ia terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi UGM periode tahun 2015 untuk kategori jenjang S1. Menurutnya tidak ada motivasi apapun yang membuatnya mengikuti pemilihan tersebut selain fakta bahwa ia ingin mencobanya saja.
Setiap tahun memang diadakan seleksi pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas di berbagai universitas di Indonesia termasuk UGM yang berada di Yogyakarta. Setelah terpilih untuk tingkat universitas selanjutnya para Mahasiswa Berprestasi tersebut akan mengikuti kompetisi tingkat selanjutnya yaitu tingkat Kopertis kemudian tingkat nasional yang diselenggarakan oleh DIKTI. Dalam penyelenggaraan seleksi Mahasiswa Berprestasi di UGM, pihak Komunitas Mahasiswa Berprestasi (KOMMAPRES) dan juga Gadjah Mada Inspiration Forum (GMIF) merupakan pihak penyelenggara. Selain untuk jenjang S1 ada juga gelar Mahasiswa Berprestasi untuk jenjang D3.
Dianty Widyowati dalam kesehariannya merupakan mahasiswi dari jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM angkatan 2011. Sebelum menempuh studi di UGM, ia dulunya menjadi siswi di SMAN 1 Jakarta. Tentunya karena memang hanya diawali dari alasan sederhana untuk mencobanya, ia harus melalui proses yang cukup sulit dan persaingan yang ketat hingga pada akhirnya bisa mendapatkan gelar Mahasiswa Berprestasi UGM untuk periode tahun 2015. Pesaingnya tentu mahasiswa-mahasiswa yang memiliki banyak pengalaman dan prestasi untuk mendukung mereka menjadi Mahasiswa Berprestasi. Oleh karena itu memang sangat layak jika pencapaian Dianty ini dibilang luar biasa.
Kaitannya dengan seleksi Mahasiswa Berprestasi pada tingkat universitas yang diselenggarakan di UGM, Dianty sendiri mempunyai prestasi-prestasi dan pencapaian-pencapaian yang mendukungnya. Beberapa prestasi yang pernah diraihnya antara lain Juara Nasional dalam Solo Open Debate Championship di UNS lalu juga Juara Nasional dalam National Debate Championship di Universitas Diponegoro. Disamping menjadi juara nasional, is juga pernah menjadi runner up dalam kompetisi yang diadakan di Universitas Kristen Satya Wacana dan Universitas Petra Surabaya. Dengan modal prestasi untuk lingkup nasional tersebut ia mampu melaju hingga tahap akhir seleksi dan pada akhirnya dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi UGM periode tahun 2015 untuk jenjang S1.
Sebagai Mahasiswa Berprestasi UGM 2015, Dianty kemudian melanjutkan perjalanannya untuk mengikuti seleksi tingkat selanjutnya bersama dengan Mahasiswa Berprestasi UGM 2015 untuk jenjang D3 yaitu Tri Cahyono. Segala persiapan tentu dilakukan semaksimal mungkin agar supaya hasil akhirnya juga luar biasa maksimal. Targetnya tentu adalah menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional.
Guna mengikuti seleksi tingkat nasional, Dianty perlu menyiapkan dan melengkapi berbagai syaratnya seperti karya tulis ilmiah, transkrip akademik, daftar prestasi unggulan, video presentasi karya tulis ilmiah, dan juga video keseharian mahasiswa yang bersangkutan. Ketika sudah mengirimkan semua syarat yang diminta dan diwajibkan, maka proses seleksi akan dilakukan oleh pihak DIKTI hingga nantinya akan ada sejumlah 15 finalis untuk seleksi tahap akhir dari Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional.
Lebih lanjut mengenai Dianty Widyowati, pencapaian dalam studinya tidak bisa dianggap remeh juga. Mempunyai IPK 3,82 yang memang ia dapatkan dengan usaha keras dan selalu aktif da mengikuti kuliah adalah satu bukti nyata bahwa ia layak menjadi seorang Mahasiswa Berprestasi. Selain memang luar biasa dalam hal prestasi kuliahnya, Dianty juga sangat aktif dalam hal organisasi kaitannya dengan lingkup mahasiswa. Dalam mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa ia pernah menjadi ketua UKM English Debate Society (EDS) UGM, anggota Jamaah Muslim Fisipol, dan juga pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan PSdK UGM.
Selain itu ada juga hal berbau internasional yang masuk dalam daftar riwayat Dianty yaitu dipanggil sebagai juri dalam kompetisi debat mahasiswa untuk tingkat internasional yang bernama World Universities Debating Championship (WUDC) yang pada waktu itu berlangsung di India. Selain itu masih dalam lingkup internasional. Ia juga pernah tercatat sebagai mahasiswa pertukaran dalam program pertukaran mahasiswa ke Singapura. Ia mengikuti program tersebut selama satu semester. Ada lagi program pertukaran mahasiswa lain yang ia ikuti yaitu ke Vietnam yang berlangsung selama 3 bulan saja. Ia juga pernah magang di Thailand selama satu bulan.
Adanya berbagai hal yang pernah diikuti dan dilakukan serta diraih oleh Dianty tersebut merupakan modal kuat untuk bisa bersaing dalam seleksi nasional untuk Mahasiswa Berprestasi. Selain itu hal ini juga membuktikan bahwa memang sangat mungkin untuk bisa meraih pencapaian yang luar biasa baik dalam hal akademik yaitu kuliah dan juga dalam berorganisasi. Kenyataannya Dianty tidak pernah merasa terganggu dengan harus aktif dalam organisasi dan berbagai kegiatan selain kuliahnya. Ia mengatakan bahwa memang lingkungan kampusnya sangat mendukung untuk ia bisa berprestasi baik dalam lingkup akademik maupun diluar itu. Ia selalu mendapatkan dukungan baik dari teman-teman mahasiswa maupun dosen-dosen yang mengajarnya. Sangat mungkin untuk bisa seiring sejalan asalkan memang bisa membagi waktu dan merencanakan semuanya dengan baik.
Dalam proses seleksi nasional untuk Mahasiswa Berprestasi, Dianty termasuk dalam 15 finalis yang kemudian harus mengikuti seleksi final atau tahap akhir. Dalam salah satu tahapan seleksinya Dianty menyampaikan karya tulis ilmiahnya dalam topik pengadaan data kualitatif dan kuantitatif anak jalanan untuk memudahkan berbagai proses penanganan sosial. Dalam presentasinya ia menyampaikan bahwa saat ini anak jalanan di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 232,000. Jumlah ini bertambah sejumlah dua kali lipat dari tahun 2011 yang hanya sekitar 130,000 saja. Penyebab dari adanya pertambahan yang sangat signifikan tersebut belum bisa ia ketahui karena memang sangat sedikitnya ketersediaan data dan juga proses-proses yang diperlukan untuk penanganannya. Faktanya adalah memang data mengenai anak jalanan ini sebelumnya sangat terbatas. Dianty melalui karya tulis ilmiahnya menawarkan metode survei yang tepat untuk menguatkan data tersebut beserta pengolahannya.
Bermodal karya tulis ilmiah tersebut Dianty pada akhirnya menjadi juara ketiga dalam pengumuman Mahasiswa Berprestasi Nasional 2015. Ia kalah dari Aditya Brahmana dari ITS sebagai juara dan Ikrom Mustofa dari IPB sebagai runner up. Sebagai pencapaian akhir dari sebuah awal yang hanya beralasan coba-coba, peringkat ketiga Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional sudah tentu sangat luar biasa.
Melihat pencapaian dari seorang Dianty Widyowati tersebut yang bisa menjadi Mahasiswa Berprestasi, satu hal yang sudah sangat jelas adalah bahwa sangat mungkin untuk bisa menjalani kehidupan mahasiswa dengan sangat aktif. Selain aktif selalu dalam hal kuliah, Dianty juga aktif dalam organisasi yang ternyata tidak lalu membuat prestasinya buruk. Siapapun bisa mengikuti jejaknya asal memang mampu mengatur jadwal segala kegiatannya serta juga mampu merencanakan berbagai hal dalam jangka panjang.
Setiap tahun memang diadakan seleksi pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas di berbagai universitas di Indonesia termasuk UGM yang berada di Yogyakarta. Setelah terpilih untuk tingkat universitas selanjutnya para Mahasiswa Berprestasi tersebut akan mengikuti kompetisi tingkat selanjutnya yaitu tingkat Kopertis kemudian tingkat nasional yang diselenggarakan oleh DIKTI. Dalam penyelenggaraan seleksi Mahasiswa Berprestasi di UGM, pihak Komunitas Mahasiswa Berprestasi (KOMMAPRES) dan juga Gadjah Mada Inspiration Forum (GMIF) merupakan pihak penyelenggara. Selain untuk jenjang S1 ada juga gelar Mahasiswa Berprestasi untuk jenjang D3.
Dianty Widyowati dalam kesehariannya merupakan mahasiswi dari jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM angkatan 2011. Sebelum menempuh studi di UGM, ia dulunya menjadi siswi di SMAN 1 Jakarta. Tentunya karena memang hanya diawali dari alasan sederhana untuk mencobanya, ia harus melalui proses yang cukup sulit dan persaingan yang ketat hingga pada akhirnya bisa mendapatkan gelar Mahasiswa Berprestasi UGM untuk periode tahun 2015. Pesaingnya tentu mahasiswa-mahasiswa yang memiliki banyak pengalaman dan prestasi untuk mendukung mereka menjadi Mahasiswa Berprestasi. Oleh karena itu memang sangat layak jika pencapaian Dianty ini dibilang luar biasa.
Kaitannya dengan seleksi Mahasiswa Berprestasi pada tingkat universitas yang diselenggarakan di UGM, Dianty sendiri mempunyai prestasi-prestasi dan pencapaian-pencapaian yang mendukungnya. Beberapa prestasi yang pernah diraihnya antara lain Juara Nasional dalam Solo Open Debate Championship di UNS lalu juga Juara Nasional dalam National Debate Championship di Universitas Diponegoro. Disamping menjadi juara nasional, is juga pernah menjadi runner up dalam kompetisi yang diadakan di Universitas Kristen Satya Wacana dan Universitas Petra Surabaya. Dengan modal prestasi untuk lingkup nasional tersebut ia mampu melaju hingga tahap akhir seleksi dan pada akhirnya dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi UGM periode tahun 2015 untuk jenjang S1.
Sebagai Mahasiswa Berprestasi UGM 2015, Dianty kemudian melanjutkan perjalanannya untuk mengikuti seleksi tingkat selanjutnya bersama dengan Mahasiswa Berprestasi UGM 2015 untuk jenjang D3 yaitu Tri Cahyono. Segala persiapan tentu dilakukan semaksimal mungkin agar supaya hasil akhirnya juga luar biasa maksimal. Targetnya tentu adalah menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional.
Guna mengikuti seleksi tingkat nasional, Dianty perlu menyiapkan dan melengkapi berbagai syaratnya seperti karya tulis ilmiah, transkrip akademik, daftar prestasi unggulan, video presentasi karya tulis ilmiah, dan juga video keseharian mahasiswa yang bersangkutan. Ketika sudah mengirimkan semua syarat yang diminta dan diwajibkan, maka proses seleksi akan dilakukan oleh pihak DIKTI hingga nantinya akan ada sejumlah 15 finalis untuk seleksi tahap akhir dari Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional.
Lebih lanjut mengenai Dianty Widyowati, pencapaian dalam studinya tidak bisa dianggap remeh juga. Mempunyai IPK 3,82 yang memang ia dapatkan dengan usaha keras dan selalu aktif da mengikuti kuliah adalah satu bukti nyata bahwa ia layak menjadi seorang Mahasiswa Berprestasi. Selain memang luar biasa dalam hal prestasi kuliahnya, Dianty juga sangat aktif dalam hal organisasi kaitannya dengan lingkup mahasiswa. Dalam mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa ia pernah menjadi ketua UKM English Debate Society (EDS) UGM, anggota Jamaah Muslim Fisipol, dan juga pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan PSdK UGM.
Selain itu ada juga hal berbau internasional yang masuk dalam daftar riwayat Dianty yaitu dipanggil sebagai juri dalam kompetisi debat mahasiswa untuk tingkat internasional yang bernama World Universities Debating Championship (WUDC) yang pada waktu itu berlangsung di India. Selain itu masih dalam lingkup internasional. Ia juga pernah tercatat sebagai mahasiswa pertukaran dalam program pertukaran mahasiswa ke Singapura. Ia mengikuti program tersebut selama satu semester. Ada lagi program pertukaran mahasiswa lain yang ia ikuti yaitu ke Vietnam yang berlangsung selama 3 bulan saja. Ia juga pernah magang di Thailand selama satu bulan.
Adanya berbagai hal yang pernah diikuti dan dilakukan serta diraih oleh Dianty tersebut merupakan modal kuat untuk bisa bersaing dalam seleksi nasional untuk Mahasiswa Berprestasi. Selain itu hal ini juga membuktikan bahwa memang sangat mungkin untuk bisa meraih pencapaian yang luar biasa baik dalam hal akademik yaitu kuliah dan juga dalam berorganisasi. Kenyataannya Dianty tidak pernah merasa terganggu dengan harus aktif dalam organisasi dan berbagai kegiatan selain kuliahnya. Ia mengatakan bahwa memang lingkungan kampusnya sangat mendukung untuk ia bisa berprestasi baik dalam lingkup akademik maupun diluar itu. Ia selalu mendapatkan dukungan baik dari teman-teman mahasiswa maupun dosen-dosen yang mengajarnya. Sangat mungkin untuk bisa seiring sejalan asalkan memang bisa membagi waktu dan merencanakan semuanya dengan baik.
Dalam proses seleksi nasional untuk Mahasiswa Berprestasi, Dianty termasuk dalam 15 finalis yang kemudian harus mengikuti seleksi final atau tahap akhir. Dalam salah satu tahapan seleksinya Dianty menyampaikan karya tulis ilmiahnya dalam topik pengadaan data kualitatif dan kuantitatif anak jalanan untuk memudahkan berbagai proses penanganan sosial. Dalam presentasinya ia menyampaikan bahwa saat ini anak jalanan di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 232,000. Jumlah ini bertambah sejumlah dua kali lipat dari tahun 2011 yang hanya sekitar 130,000 saja. Penyebab dari adanya pertambahan yang sangat signifikan tersebut belum bisa ia ketahui karena memang sangat sedikitnya ketersediaan data dan juga proses-proses yang diperlukan untuk penanganannya. Faktanya adalah memang data mengenai anak jalanan ini sebelumnya sangat terbatas. Dianty melalui karya tulis ilmiahnya menawarkan metode survei yang tepat untuk menguatkan data tersebut beserta pengolahannya.
Bermodal karya tulis ilmiah tersebut Dianty pada akhirnya menjadi juara ketiga dalam pengumuman Mahasiswa Berprestasi Nasional 2015. Ia kalah dari Aditya Brahmana dari ITS sebagai juara dan Ikrom Mustofa dari IPB sebagai runner up. Sebagai pencapaian akhir dari sebuah awal yang hanya beralasan coba-coba, peringkat ketiga Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional sudah tentu sangat luar biasa.
Melihat pencapaian dari seorang Dianty Widyowati tersebut yang bisa menjadi Mahasiswa Berprestasi, satu hal yang sudah sangat jelas adalah bahwa sangat mungkin untuk bisa menjalani kehidupan mahasiswa dengan sangat aktif. Selain aktif selalu dalam hal kuliah, Dianty juga aktif dalam organisasi yang ternyata tidak lalu membuat prestasinya buruk. Siapapun bisa mengikuti jejaknya asal memang mampu mengatur jadwal segala kegiatannya serta juga mampu merencanakan berbagai hal dalam jangka panjang.