Masih ingat dengan Raeni, si anak tukang becak yang pernah menggemparkan media beberapa tahun yang lalu? Ya, Raeni si anak tukang becak yang...
Masih ingat dengan Raeni, si anak tukang becak yang pernah menggemparkan media beberapa tahun yang lalu? Ya, Raeni si anak tukang becak yang menjadi wisudawati terbaik UNNES dengan IPK nyaris sempurna itu. Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya mengenai kabarnya sekarang.
Dulu sempat beredar kabar bahwa Raeni akan mendapatkan beasiswa ke Inggris dari Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang hal tersebut telah menjadi kenyataan. Tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2015 lalu, Raeni terbang menuju ke Inggris untuk mengambil program S2-nya di program Magister of Science in International Accounting and Finance, di Birmingham University. Namun, Raeni berangkat kuliah di negaranya Ratu Elizabeth tersebut dengan Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola Kementerian Keuangan.
Jika dilihat dari waktunya, keberangkatannya ke Inggris ini memang cukup berselang lama dari ia mendapatkan gelar sarjananya. Hal tersebut terjadi karena nilai IELTS-nya elum mencukupi untuk bisa masuk ke universitas tersebut. Barulah pada tahun 2015 yang lalu ia mampu memenuhi syarat tersebut. Dan seperti yang sudah dibayangkan ia berangkat dengan beasiswa. Hal ini tentu tidak mengherankan, mengingat dulu saat menjalani S1 di UNNES pun, Raeni mendapatkan beasiswa program Bidikmisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ketika menjalani S1 hingga akhirnya lulus, ia tercatat sebagai mahasiswa yang berprestasi. Bahkan Raeni adalah lulusan terbaik dari Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan Indeks yang sangat memuaskan yaitu Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, yaitu 3.96.
Saat diwisuda pada Juni 2014 lalu, anak dari Mugiyono ini dengan bangga datang menggunakan becak sang ayah. Tentunya hal ini kemudian menjadi viral, bahkan jadi bahan berita di berbagai media. Banyak orang yang kemudian salut pada Raeni. Mulai dari prestasinya hingga kerendahhatiannya karena tak malu di antar sang ayah dengan becak saat wisuda.
Maka pantas saja, kedua orang tua Raeni, Mugiyono dan Sujamah sangat bangga atas prestasi yang diraih putri keduanya itu. Namun, apa yang diraih Raeni itu tentunya tidak instan ia dapatkan. Semua itu karena hasil didikan, dorongan, dan dukungan kedua orang tuanya.
Raeni juga mengatakan, apa yang diraihnya tersebut karena didikan kedisiplinan, kejujuran, dan kesederhanaan yang diberikan ayahnya. Menurut gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu, sejak kecil ia dibiasakan disiplin, mengakui kesalahan, dan hidup sederhana. "Bapak orangnya tegas, ketika saya salah ya harus mengaku salah. Bapak selalu mengarahkan supaya hidup sederhana," ujarnya.
Seperti remaja kebanyakan, Raeni mengaku sempat minder dengan kondisi orangtuanya. Namun, melihat dukungan besar yang diberikan keluarganyalah yang akhirnya mengubah pikiran tersebut. Bahkan ia kemudian merasa sangat bangga kepada keluarganya. “Dulu pernah minder punya orangtua tukang becak. Tapi, kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski tidak memberi biaya hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya sangat bangga,” tuturnya.
Sebelum menjalani profesi sebagai tukang becak, Mugiyono sebetulnya merupakan pekerja di sebuah pabrik kayu lapis. Namun, kemudian ia memutuskan pensiunan dini dengan harapan mendapatkan pesangon yang bisa dipakai untuk membiayai kuliah Raeni. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Anaknya bisa berkuliah dengan beasiswa.
Selama kuliah, Raeni membuktikan bahwa kemiskinan tak membuatnya patah semangat. Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna! Bahkan dengan nilai begitu, ia masih sempat bekerja dengan mengajar les privat. Pekerjaan tersebut ia ambil untuk membantu memenuhi kebutuhan rumahnya.
Raeni membuktikan, dengan kerja keras ia mampu mewujudkan mimpinya untuk bisa berkuliah di luar negeri. Raeni juga menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. Tentu saja cita-cita itu didukung sang ayahanda. Mugiyono mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah, agar bisa menjadi guru sesuai cita-citanya.
Rektor UNNES, Fathur Rokhman, sempat mengatakan, Raeni telah memberikan pesan penting, bahwa pendidikan dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. "Yang paling penting dari diri Raeni adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada kita semua, kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika diiringi dengan tekad yang kuat," tandasnya.
Diolah dari berbagai sumber infosekolah87.com, sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, dan kolomedu.com,
Dulu sempat beredar kabar bahwa Raeni akan mendapatkan beasiswa ke Inggris dari Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang hal tersebut telah menjadi kenyataan. Tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2015 lalu, Raeni terbang menuju ke Inggris untuk mengambil program S2-nya di program Magister of Science in International Accounting and Finance, di Birmingham University. Namun, Raeni berangkat kuliah di negaranya Ratu Elizabeth tersebut dengan Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola Kementerian Keuangan.
Jika dilihat dari waktunya, keberangkatannya ke Inggris ini memang cukup berselang lama dari ia mendapatkan gelar sarjananya. Hal tersebut terjadi karena nilai IELTS-nya elum mencukupi untuk bisa masuk ke universitas tersebut. Barulah pada tahun 2015 yang lalu ia mampu memenuhi syarat tersebut. Dan seperti yang sudah dibayangkan ia berangkat dengan beasiswa. Hal ini tentu tidak mengherankan, mengingat dulu saat menjalani S1 di UNNES pun, Raeni mendapatkan beasiswa program Bidikmisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ketika menjalani S1 hingga akhirnya lulus, ia tercatat sebagai mahasiswa yang berprestasi. Bahkan Raeni adalah lulusan terbaik dari Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan Indeks yang sangat memuaskan yaitu Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, yaitu 3.96.
Saat diwisuda pada Juni 2014 lalu, anak dari Mugiyono ini dengan bangga datang menggunakan becak sang ayah. Tentunya hal ini kemudian menjadi viral, bahkan jadi bahan berita di berbagai media. Banyak orang yang kemudian salut pada Raeni. Mulai dari prestasinya hingga kerendahhatiannya karena tak malu di antar sang ayah dengan becak saat wisuda.
Maka pantas saja, kedua orang tua Raeni, Mugiyono dan Sujamah sangat bangga atas prestasi yang diraih putri keduanya itu. Namun, apa yang diraih Raeni itu tentunya tidak instan ia dapatkan. Semua itu karena hasil didikan, dorongan, dan dukungan kedua orang tuanya.
Raeni juga mengatakan, apa yang diraihnya tersebut karena didikan kedisiplinan, kejujuran, dan kesederhanaan yang diberikan ayahnya. Menurut gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu, sejak kecil ia dibiasakan disiplin, mengakui kesalahan, dan hidup sederhana. "Bapak orangnya tegas, ketika saya salah ya harus mengaku salah. Bapak selalu mengarahkan supaya hidup sederhana," ujarnya.
Seperti remaja kebanyakan, Raeni mengaku sempat minder dengan kondisi orangtuanya. Namun, melihat dukungan besar yang diberikan keluarganyalah yang akhirnya mengubah pikiran tersebut. Bahkan ia kemudian merasa sangat bangga kepada keluarganya. “Dulu pernah minder punya orangtua tukang becak. Tapi, kenapa minder? Beliau orangtua saya, mendidik saya, meski tidak memberi biaya hidup banyak (saat kuliah), tapi mendukung saya. Saya sangat bangga,” tuturnya.
Sebelum menjalani profesi sebagai tukang becak, Mugiyono sebetulnya merupakan pekerja di sebuah pabrik kayu lapis. Namun, kemudian ia memutuskan pensiunan dini dengan harapan mendapatkan pesangon yang bisa dipakai untuk membiayai kuliah Raeni. Ternyata usahanya tidak sia-sia. Anaknya bisa berkuliah dengan beasiswa.
Selama kuliah, Raeni membuktikan bahwa kemiskinan tak membuatnya patah semangat. Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Dia beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna! Bahkan dengan nilai begitu, ia masih sempat bekerja dengan mengajar les privat. Pekerjaan tersebut ia ambil untuk membantu memenuhi kebutuhan rumahnya.
Raeni membuktikan, dengan kerja keras ia mampu mewujudkan mimpinya untuk bisa berkuliah di luar negeri. Raeni juga menunjukkan tekad baja, agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. Tentu saja cita-cita itu didukung sang ayahanda. Mugiyono mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah, agar bisa menjadi guru sesuai cita-citanya.
Rektor UNNES, Fathur Rokhman, sempat mengatakan, Raeni telah memberikan pesan penting, bahwa pendidikan dapat menjadi alat memotong mata rantai kemiskinan. "Yang paling penting dari diri Raeni adalah tentang pentingnya kesungguhan. Dia membuktikan kepada kita semua, kondisi keluarga yang berkekurangan tidak jadi kendala jika diiringi dengan tekad yang kuat," tandasnya.
Diolah dari berbagai sumber infosekolah87.com, sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, dan kolomedu.com,