Mungkin di antara kamu ada yang pernah mendengar orang-orang berkomentar tentang cita-citamu melanjutkan kuliah ke luar negeri. Mungkin mere...
Mungkin di antara kamu ada yang pernah mendengar orang-orang berkomentar tentang cita-citamu melanjutkan kuliah ke luar negeri. Mungkin mereka akan berkomentar, kenapa gak pilih kuliah dalam negeri saja? Kan banyak yang bagus. Atau ada juga yang berkomentar, mau kuliah sampai kapan? kok gak bersyukur sudah bisa lulus S1 atau S2. Ya, sering kali kita “dicap” kurang bersyukur hanya karena punya cita-cita yang tinggi, salah satunya tentang keinginan kita untuk bisa melanjutkan kuliah ke jenjang yang ebih tinggi.
Kadang kala, komentar orang-orang di sekitar kita yang semacam ini menurunkan semangat kita. Bahkan tak jarang yang kemudian mengurungkan keinginannya tersebut. Lalu bagaimana jadinya? Ya, kita cuma bisa stagnan di posisi kita yang sekarang. Tentu kamu gak mau dong, cuma berada di posisi yang “begitu-begitu saja”. Nah, untuk itu, kamu harus memantapkan hati untuk meraih keinginanmu itu. Karenanya, kamu harus bisa membedakan antara tidak bersyukur dengan tidak cepat puas. Karena perbedaan keduanya memang sangat tipis.
Stay Hungry, Stay Foolish. Itulah salah satu pesan yang disampaikan oleh mendiang Steve Jobs pada acara wisuda di universitas Stanford tahun 2005 yang lalu. Jika diterjemahkan secara bebas, kita bisa mengartikannya “Jangan cepat puas. Tetaplah merasa bodoh”. Kalimat yang sangat menginsiprasi ini mengajak kita untuk tidak pernah puas dan mengajak kita agar tidak berhenti belajar hal-hal baru. Dengan mempelajari hal baru hidup kita tidak akan stagnan. Stagnan merupakan keadaan yang tidak alami karena makhluk hidup diciptakan untuk terus tumbuh dan berkembang. Selain itu, keadaan stagnan bisa jadi awal kegagalan hidup kita.
Kita bisa mengibaratannya seperti ini, jika saat ini kita sudah menjadi juara kelas, apakah kita akan berhenti di sana? Tentu tidak, kan? Kita harus mencoba menjadi juara umum di sekolah, lalu menjadi juara tingkat kecamataan, tingkat kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, terus begitu seterusnya. Lebih-lebih jika kita bisa menjadi juara di tingkat dunia. Begitulah cara kita untuk bisa terus mengembangkan diri. Nah, apakah ini berarti kita tidak cepat puas? Ataukah kita tidak bersyukur? Klau kamu masih bingung, coba perhatikan dua kasus di bawah ini.
Kita ketika masih menjadi mahasiswa, kita sering berpikir ”Wah, enak ya jadi dosen. Tinggal kasih tugas lalu memberi nilai.” Kemudian ketika kita berhasil menjadi pengajar kita mengeluh “Wah, ternyata jadi dosen itu tidak enak ya. Harus ini, harus itu. Lebih enak jadi mahasiswa, hanya tinggal duduk di kelas dan menerima apa yang diajarkan.” Meski merasa ada sesuatu yang tidak mudah, namun tidak ada yang kita kerjakan untuk mengubah itu. Kita hanya berdiam diri dan terus meratapi nasib tanpa punya usaha untuk mengubahnya. Inilah yang dinamakan tidak bersyukur.
Bandingkan dengan kasus lainnya yang serupa tapi tidak sama. Ketika kecil, kita berpikir atau bahkan bercita-cita bahwa menjadi guru atau dosen itu adalah pekerjaan yang menyenangkan. Kemudian ketika kita berhasil menjadi pengajar, suatu hari kita mulai merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak mudah karena kita dituntut untuk bisa menyiapkan banyak hal. Kemudian kita mulai merasa kualitas kita kurang sehingga persiapan mengajar selalu banyak kendala. Pemikiran ini kemudian membawa kita pada keputusan untuk bersekolah lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di tempat terbaik, salah satunya di luar negeri. Atau setidaknya, kita berpikir untuk bisa mengikuti seminar atau kompetisi karya ilmiah agar kemampuan mengajar kita lebih terasah lagi. Kita yakin dengan terus mengasah kemampuan, baik berkuliah atau mengikuti beberapa program singkat seperti seminar, kita tidak akan lagi merasa pekerjaan tersebut sulit.
Nah, dari kedua contoh tersebut di atas, bisakah kamu merasakan perbedaannya? Contoh pertama merupakan tanda kita tidak bersyukur. Sedangkan contoh kedua merupakan tanda kita tidak cepat puas untuk bisa mengembangkan diri. Manakah yang lebih baik? Tentu kamu sendiri sudah tahu jawabannya, bukan?
Jadi, jangan cepat puas dengan apa yang kamu miliki saat ini ya! Lebih-lebih jangan terpengaruh atas komentar negatif beberapa orang tentang cita-citamu. Bersyukur dengan yang telah kita dapatkan itu mutlak, tapi bukan berarti hal ini membuat kita berhenti berkembang. Chalenge yourself everyday! Percayalah, kita tidak akan pernah tahu potensi apa yang kita miliki apabila kita tidak pernah mencoba!
Kadang kala, komentar orang-orang di sekitar kita yang semacam ini menurunkan semangat kita. Bahkan tak jarang yang kemudian mengurungkan keinginannya tersebut. Lalu bagaimana jadinya? Ya, kita cuma bisa stagnan di posisi kita yang sekarang. Tentu kamu gak mau dong, cuma berada di posisi yang “begitu-begitu saja”. Nah, untuk itu, kamu harus memantapkan hati untuk meraih keinginanmu itu. Karenanya, kamu harus bisa membedakan antara tidak bersyukur dengan tidak cepat puas. Karena perbedaan keduanya memang sangat tipis.
Stay Hungry, Stay Foolish. Itulah salah satu pesan yang disampaikan oleh mendiang Steve Jobs pada acara wisuda di universitas Stanford tahun 2005 yang lalu. Jika diterjemahkan secara bebas, kita bisa mengartikannya “Jangan cepat puas. Tetaplah merasa bodoh”. Kalimat yang sangat menginsiprasi ini mengajak kita untuk tidak pernah puas dan mengajak kita agar tidak berhenti belajar hal-hal baru. Dengan mempelajari hal baru hidup kita tidak akan stagnan. Stagnan merupakan keadaan yang tidak alami karena makhluk hidup diciptakan untuk terus tumbuh dan berkembang. Selain itu, keadaan stagnan bisa jadi awal kegagalan hidup kita.
Kita bisa mengibaratannya seperti ini, jika saat ini kita sudah menjadi juara kelas, apakah kita akan berhenti di sana? Tentu tidak, kan? Kita harus mencoba menjadi juara umum di sekolah, lalu menjadi juara tingkat kecamataan, tingkat kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, terus begitu seterusnya. Lebih-lebih jika kita bisa menjadi juara di tingkat dunia. Begitulah cara kita untuk bisa terus mengembangkan diri. Nah, apakah ini berarti kita tidak cepat puas? Ataukah kita tidak bersyukur? Klau kamu masih bingung, coba perhatikan dua kasus di bawah ini.
Kita ketika masih menjadi mahasiswa, kita sering berpikir ”Wah, enak ya jadi dosen. Tinggal kasih tugas lalu memberi nilai.” Kemudian ketika kita berhasil menjadi pengajar kita mengeluh “Wah, ternyata jadi dosen itu tidak enak ya. Harus ini, harus itu. Lebih enak jadi mahasiswa, hanya tinggal duduk di kelas dan menerima apa yang diajarkan.” Meski merasa ada sesuatu yang tidak mudah, namun tidak ada yang kita kerjakan untuk mengubah itu. Kita hanya berdiam diri dan terus meratapi nasib tanpa punya usaha untuk mengubahnya. Inilah yang dinamakan tidak bersyukur.
Bandingkan dengan kasus lainnya yang serupa tapi tidak sama. Ketika kecil, kita berpikir atau bahkan bercita-cita bahwa menjadi guru atau dosen itu adalah pekerjaan yang menyenangkan. Kemudian ketika kita berhasil menjadi pengajar, suatu hari kita mulai merasa bahwa pekerjaan tersebut tidak mudah karena kita dituntut untuk bisa menyiapkan banyak hal. Kemudian kita mulai merasa kualitas kita kurang sehingga persiapan mengajar selalu banyak kendala. Pemikiran ini kemudian membawa kita pada keputusan untuk bersekolah lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di tempat terbaik, salah satunya di luar negeri. Atau setidaknya, kita berpikir untuk bisa mengikuti seminar atau kompetisi karya ilmiah agar kemampuan mengajar kita lebih terasah lagi. Kita yakin dengan terus mengasah kemampuan, baik berkuliah atau mengikuti beberapa program singkat seperti seminar, kita tidak akan lagi merasa pekerjaan tersebut sulit.
Nah, dari kedua contoh tersebut di atas, bisakah kamu merasakan perbedaannya? Contoh pertama merupakan tanda kita tidak bersyukur. Sedangkan contoh kedua merupakan tanda kita tidak cepat puas untuk bisa mengembangkan diri. Manakah yang lebih baik? Tentu kamu sendiri sudah tahu jawabannya, bukan?
Jadi, jangan cepat puas dengan apa yang kamu miliki saat ini ya! Lebih-lebih jangan terpengaruh atas komentar negatif beberapa orang tentang cita-citamu. Bersyukur dengan yang telah kita dapatkan itu mutlak, tapi bukan berarti hal ini membuat kita berhenti berkembang. Chalenge yourself everyday! Percayalah, kita tidak akan pernah tahu potensi apa yang kita miliki apabila kita tidak pernah mencoba!