Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu . Kalau kamu penggemar novel atau buku-buku sastra, tentu kamu tidak akan asing dengan ...
Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Kalau kamu penggemar novel atau buku-buku sastra, tentu kamu tidak akan asing dengan kutipan di atas. Ya, kutipan dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata itu mengajarkan kita untuk terus bermimpi. Mimpi memegang peranan penting bagi kehidupan seseorang. Bahkan mungkin bisa mengubah kehidupan sesorang.
Dalam novel tersebut, kita diajak untuk menyelami kehidupan seorang anak miskin yang punya mimpi besar. Mimpi anak bernama Ikal itu adalah untuk bisa berkuliah ke luar negeri, tepatnya ke Sorbonne, Perancis. Mendengar mimpi tersebut, tentu banyak orang dalam cerita itu tak percaya, bahkan mungkin meremehkan. Tentu hal ini sangat wajar, dalam kehidupan nyata pun kita akan menemuinya. Mana mungkin sih seorang pemuda miskin dari pelosok Indonesia, dengan nilai yang mungkin tak terlalu memukau bisa berkuliah di luar negeri. Bisa kuliah saja sudah sangat untung.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Ya, Ikal dan saudaranya, Arai, mampu membuktikan bahwa mimpi mereka bisa mereka raih. Mereka tak langsung kuliah di Sorbonne memang. Selepas SMA mereka melanjutkan kuliah di universitas TOP di Indonesia. Baru selepas tamat S1, mereka melanjutkn kuliah ke jenjang yang lebih tinggi di Sorbonne, Perancis.
Tentu banyak orang yang menganggap cerita dalam novel itu hanya sebagai cerita saja. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa, tentu hal itu bisa saja terjadi toh itu hanya karangan manusia tapi akan sulit terjadi di dunia nyata. Tentu sah-sah saja jika kamu berpikir demikian. Tapi, jika kita mencermati bagaimana mimpi Ikal dan saudaranya, Arai, itu bisa terwujud, kamu bisa menerapkannya pada mimpi-mimpimu lho!
Ikal dan Arai bisa mewujudkan mimpinya berkuliah di Sorbonne dengan berbagai macam rintangan. Mulai dari diremehkan, tidak dipercaya atas mimpinya sendiri, dan masih banyak lagi. Meskipun mereka menghadapi berbagai rintangan tersebut, yang mereka lakukan adalah memegang teguh mimpi yang telah mereka buat semasa SMA. Mereka tak gentar meski diremehkan, tak dipercaya, dan lain sebagainya.
Lalu apa hasilnya ketika mereka tetap memegang teguh mimpi-mimpinya? Ya, mereka akhirnya berhasil meraihnya. Tak heran jika akhirnya dalam novel Sang Pemimpi tersebut, kutipan ini yang paling populer. Karena akhiryakutipan ini mampu menginspirasi banyak orang.
Bahkan ketika diberi mandat untuk mengisi original soundtrack dalam film Laskar Pelangi (Sang Pemimpi termasuk salah satu novel dalam tetralogi film ini), Nidji membuat lirik “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia, berlailah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.” Tentu ketika membuat lirik emacam ini, Nidji paham benar bahwa dalam tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata menggarisbawahi hal-hal yang menyangkut mimpi.
Senada dengan bagaimana Andrea Hirata memotivasi kita untuk bermimpi besar, ada sebuah pepatah Swedia yang juga mengungkapkan hal yang sama. Pepatah itu berbunyi Fear less, hope more, eat less, chew more, whine less, breathe more, talk less, say more, hate less, love more, and good things will be yours. Pada intinya, pepatah itu mengungkapkan bahwa harapan dan mimpi akan mengarahkan kita kepada hal-hal yang baik.
Walaupun kisah Ikal dan Arai tersebut hanyalah fiksi, namun sejatinya novel Sang Pemimpi tersebut menceritakan bagaimana kita seharusnya memelihara harapan. Lihatlah Ikal dan Arai. Dalam kondisi keuanganyang begitu pas-pasan, mereka tetap berani bermimpi besar. Mereka mengajarkan kepada kita, jangan sampai kondisi terpuruk membuat kita terus terpuruk dalam lubang kegagalan. Pilihannya adalah meraih mimpi dengan berbagai hal yang bisa kamu lakukan ketimbang menyalahkan keadaan atau hanya bisa menangisi keadaan kita yang terpuruk dan merasa tak berdaya.
Sayangnya, lagi-lagi kita sering terlalu memanjakan diri sendiri. Bahkan mungkin hanya karena kita terlalu memanjakan diri sendiri dengan hanya merutuki keadaan sekarang, kita tak lagi mampu bermimpi besar. Boro-boro bermimpi besar, bermimpi saja mungkin kita masih sangsi. Penyebabnya bisa sangat beragam. Bisa jadi kita terlalu rendah diri karena kondisi saat ini tidak memungkinkan kita untuk meraih mimpi kita. Kondisi tersebut bisa jadi berupa kekurangan finansial, ketidakberanian keluar dari zona nyaman, bahkan bisa juga dipicu dari sifat kita yang terlalu pendiam, tak aktif mencari peluang, dan bahkan tak memiliki ambisi.
Maka, pertama-tama singkirkan ketakutan-ketakutan yang tertanam dalam diri kita. Kemudian, bermimpilah. Bermimpilah yang besar! Mimpi yang bisa jadi dirasa tidak mungkin untuk dicapai dalam waktu dekat. Mimpilah, meskipun kata orang-orang itu mustahil diraih. Yakinlah dengan mimpi yang kamu ciptakan. Percayalah pada kutipan film Turbo ini, “Tak ada mimpi yang terlalu besar dan tak ada pula pemimpi yang terlalu kecil.”
Jadi, sudah siap meraih mimpi besarmu untuk kuliah ke luar negeri?
Dalam novel tersebut, kita diajak untuk menyelami kehidupan seorang anak miskin yang punya mimpi besar. Mimpi anak bernama Ikal itu adalah untuk bisa berkuliah ke luar negeri, tepatnya ke Sorbonne, Perancis. Mendengar mimpi tersebut, tentu banyak orang dalam cerita itu tak percaya, bahkan mungkin meremehkan. Tentu hal ini sangat wajar, dalam kehidupan nyata pun kita akan menemuinya. Mana mungkin sih seorang pemuda miskin dari pelosok Indonesia, dengan nilai yang mungkin tak terlalu memukau bisa berkuliah di luar negeri. Bisa kuliah saja sudah sangat untung.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Ya, Ikal dan saudaranya, Arai, mampu membuktikan bahwa mimpi mereka bisa mereka raih. Mereka tak langsung kuliah di Sorbonne memang. Selepas SMA mereka melanjutkan kuliah di universitas TOP di Indonesia. Baru selepas tamat S1, mereka melanjutkn kuliah ke jenjang yang lebih tinggi di Sorbonne, Perancis.
Tentu banyak orang yang menganggap cerita dalam novel itu hanya sebagai cerita saja. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa, tentu hal itu bisa saja terjadi toh itu hanya karangan manusia tapi akan sulit terjadi di dunia nyata. Tentu sah-sah saja jika kamu berpikir demikian. Tapi, jika kita mencermati bagaimana mimpi Ikal dan saudaranya, Arai, itu bisa terwujud, kamu bisa menerapkannya pada mimpi-mimpimu lho!
Ikal dan Arai bisa mewujudkan mimpinya berkuliah di Sorbonne dengan berbagai macam rintangan. Mulai dari diremehkan, tidak dipercaya atas mimpinya sendiri, dan masih banyak lagi. Meskipun mereka menghadapi berbagai rintangan tersebut, yang mereka lakukan adalah memegang teguh mimpi yang telah mereka buat semasa SMA. Mereka tak gentar meski diremehkan, tak dipercaya, dan lain sebagainya.
Lalu apa hasilnya ketika mereka tetap memegang teguh mimpi-mimpinya? Ya, mereka akhirnya berhasil meraihnya. Tak heran jika akhirnya dalam novel Sang Pemimpi tersebut, kutipan ini yang paling populer. Karena akhiryakutipan ini mampu menginspirasi banyak orang.
Bahkan ketika diberi mandat untuk mengisi original soundtrack dalam film Laskar Pelangi (Sang Pemimpi termasuk salah satu novel dalam tetralogi film ini), Nidji membuat lirik “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia, berlailah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.” Tentu ketika membuat lirik emacam ini, Nidji paham benar bahwa dalam tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata menggarisbawahi hal-hal yang menyangkut mimpi.
Senada dengan bagaimana Andrea Hirata memotivasi kita untuk bermimpi besar, ada sebuah pepatah Swedia yang juga mengungkapkan hal yang sama. Pepatah itu berbunyi Fear less, hope more, eat less, chew more, whine less, breathe more, talk less, say more, hate less, love more, and good things will be yours. Pada intinya, pepatah itu mengungkapkan bahwa harapan dan mimpi akan mengarahkan kita kepada hal-hal yang baik.
Walaupun kisah Ikal dan Arai tersebut hanyalah fiksi, namun sejatinya novel Sang Pemimpi tersebut menceritakan bagaimana kita seharusnya memelihara harapan. Lihatlah Ikal dan Arai. Dalam kondisi keuanganyang begitu pas-pasan, mereka tetap berani bermimpi besar. Mereka mengajarkan kepada kita, jangan sampai kondisi terpuruk membuat kita terus terpuruk dalam lubang kegagalan. Pilihannya adalah meraih mimpi dengan berbagai hal yang bisa kamu lakukan ketimbang menyalahkan keadaan atau hanya bisa menangisi keadaan kita yang terpuruk dan merasa tak berdaya.
Sayangnya, lagi-lagi kita sering terlalu memanjakan diri sendiri. Bahkan mungkin hanya karena kita terlalu memanjakan diri sendiri dengan hanya merutuki keadaan sekarang, kita tak lagi mampu bermimpi besar. Boro-boro bermimpi besar, bermimpi saja mungkin kita masih sangsi. Penyebabnya bisa sangat beragam. Bisa jadi kita terlalu rendah diri karena kondisi saat ini tidak memungkinkan kita untuk meraih mimpi kita. Kondisi tersebut bisa jadi berupa kekurangan finansial, ketidakberanian keluar dari zona nyaman, bahkan bisa juga dipicu dari sifat kita yang terlalu pendiam, tak aktif mencari peluang, dan bahkan tak memiliki ambisi.
Maka, pertama-tama singkirkan ketakutan-ketakutan yang tertanam dalam diri kita. Kemudian, bermimpilah. Bermimpilah yang besar! Mimpi yang bisa jadi dirasa tidak mungkin untuk dicapai dalam waktu dekat. Mimpilah, meskipun kata orang-orang itu mustahil diraih. Yakinlah dengan mimpi yang kamu ciptakan. Percayalah pada kutipan film Turbo ini, “Tak ada mimpi yang terlalu besar dan tak ada pula pemimpi yang terlalu kecil.”
Jadi, sudah siap meraih mimpi besarmu untuk kuliah ke luar negeri?