Cerita ini berawal dari tekad dan keinginin tahuan yang kuat untuk melanjutkan kuliah di luar negeri dengan jalur beasiswa penuh. Berawal d...
Cerita ini berawal dari tekad dan keinginin tahuan yang kuat untuk melanjutkan kuliah di luar negeri dengan jalur beasiswa penuh. Berawal dari menempuh bangku SMK di SMKN 1 Sukorambi (sekarang SMKN 5 Jember), sampai akhirnya bisa meraih tanah Kekaisaran Ottoman (Turki) dan Negeri Paman Sam (Amerika Serikat).
Lulusan SMK bisa kuliah di luar negeri itu ‘Mustahil’, tetapi aku jawab semua itu dengan ‘BISA’!
Prestasi di SMP yang tidak pernah mendapatkan juara 1 kelas bisa dibilang cambukan keras untuk meraih juara di tingkat SMA. Sayangnya, angan untuk masuk SMA favorit harus kandas dikarenakan ketidakmampuan biaya untuk melanjutkan kuliah selepas lulus dari SMA nanti. Akhirnya berbekal nasihat dari kedua orangtua-lah, aku nekat untuk masuk SMK jurusan Peternakan. Dengan bekal tersebut terbenak harapan besar untuk melanjutkan kuliah nantinya. Namun, di awal tahun masuk SMK, ada ketidakpuasan dalam diri sendiri karena SMK ada untuk menciptakan generasi siap kerja, bukan untuk siap kuliah. Banyak juga yang berkata bahwa lulusan SMK susah untuk diterima kuliah di PTN favorit, apalagi sampai keluar negeri. Tetapi kata-kata itu menjadi cambuk semangat terbesar bahwa aku bisa. Berbekal jaringan pertemanan dengan teman yang bersekolah di SMAN 3 Malang dan SMAN 1 Jember, aku berusaha mengumpulkan buku-buku bekas mereka yang bersertifikasi Cambridge untuk aku pelajari di sela-sela waktu tahun pertama di SMK.
Ikut Olimpiade Tingkat SMA bidang Fisika, Matematika hingga medali perunggu GPBN Bidang Karya Ilmiah Tingkat Nasional!
Setelah belajar materi-materi Cambridge, ketidakpuasan akan diri sendiri semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya nekad untuk ikut seleksi Olimpiade Tingkat SMA bidang Fisika dan Matematika. Setelah gagal di Fisika, akhirnya di Matematika hanya berhasil di tingkat perempat final, dan satu-satunya finalis dari SMK. Tetapi semangat tidak kandas hanya sampai saat itu, akupun berhasil untuk meyakinkan tim juri sekolah,menjadi wakil Jawa Timur dengan berstatus tahun pertama untuk Karya Ilmiah Siswa Nasional hingga meraih medali perunggu.
Semua orang bisa Pintar, tetapi jarang orang yang Kreatif!
Ya, semua orang berhak untuk pintar dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Bisa dari lingkungan sekitar, orang lain ataupun hal-hal kecil yang bisa mengasah potensi yang ada dalam diri kita, pastinya dalam bentuk kreatifitas. Dengan berbekal buku-buku dan pengetahuan gratis dari jejaring pertemanan inilah, aku berhasil mendapatkan kesempatan untuk sekolah di Malaysia dan SIngapura di tahun akhir masa SMK-ku.
Pernah ditolak masuk program S1 IPB!
Setelah kembalinya dari Singapura, akupun bertekad untuk melanjutkan kuliah entah itu didalam dan luar negeri. Namun sayangnya, Cambridge University menyanggupi untuk menanggung biaya sebagian (partial scholarships), dan keadaan ini diperparah dengan penolakan untuk program S1 dari IPB dikarenakan lulusan SMK hanya diperbolehkan mengikuti program D3. Tidak menyerah sampai saat itu, akupun mendaftar UGM lewat jalur Penelusuran Bibit Unggul dan berhasil diterima untuk program S1 jurusan Ilmu Industri Peternakan.
Diterima Program Khusus Kedokteran di Jepang lewat beasiswa JASSO
Kuliah di UGM dan Yogyakarta merupakan pengalaman tak terlupakan, bisa mengikuti berbagai program seminar dan pameran pendidikan internasional yang bisa diikuti gratis dan hanya bermodalkan jalan kaki. Minat di bidang interdisipliner membuat aku nekad untuk mendaftar beasiswa JASSO oleh University of Tokushima untuk Summer Program Health Bio-science Course. Program ini gratis dan bisa diikuti oleh utamanya mahasiswa kedokteran. Ternyata setelah bertanya di ketua program kenapa hanya aku yang dari jurusan Peternakan bisa diterima di program ini. Jawabannya sederhana, karena dalam aplikasiku jelas aku mencantumkan nama Professor dan laboratorium serta penelitian yang aku minati, kebetulan semuanya tentang ilmu nutrisi. Ternyata kesempatan itu nggak ada batasnya, tinggal ada kemauan dan tekad yang kuat.
Enaknya kuliah di Turki dengan beasiswa?
Setelah iseng setiap hari melihat pengumuman di mading Fakultas, akhirnya tibalah untuk Beasiswa dari Pemerintah Turki (Turkish Scholarships). Aplikasinya pun mudah, sekarang semua serba online. Jurusan yang ditawarkan pun beragam dari Arsitektur, Seni Sastra, Sains, Teknik hingga Kedokteran. Meskipun di Turki mengharuskan mahasiswa asing untuk bisa berbahasa Turki (bukan bahasa Arab, ya! karena Turki di Eropa), banyak program yang menawarkan bahasa Inggris penuh contohnya programku di Istanbul Technical University jurusan Food Engineering, karena memang banyak universitas di Turki yang terakreditasi oleh Eropa dan Amerika. Beasiswa di Turki mencakup semua kebutuhan dari SPP, Biaya Hidup, Asrama, dan Asuransi Kesehatan. Beasiswa diberikan selama 5 tahun (untuk S1 seperti aku), 3 tahun untuk S2 dan 4-5 tahun untuk program S3. Hidup di kota besar bekas ibukota 3 kerajaan besar dunia- Istanbul, bukan berarti penat seperti kota-kota besar lainnya. Istanbul itu unik, ada kota tua dan modernnya. Kalau penat sehabis kuliah, tinggal berlayar ketepian selat Bosphorus, yang katanya salah satu selat tersibuk di dunia. Di Istanbul juga banyak program gratis biasanya disiapkan untuk mahasiswa/i asing untuk mengenal lebih dekat kebudayaan Turki serta banyak program internasional yang diadakan di Istanbul, biasanya gratis dengan hanya menunjukkan kartu mahasiswa.
Kuliah penuh kemandirian ala UC Berkeley, California!
Sebenarnya impian untuk kuliah di Amerika Serikat sudah ada sejak pertama kali membaca banyak peneliti yang terlahir dari Negeri Paman Sam ini. Namun, impian itu terkabulkan setelah aku lulus dari program S1 di Turki. Berawal dari ajakan salah satu Professor di Turki untuk mengembangkan penelitian tentang Tempe, akhirnya akupun diundang untuk program Peneliti United Scientific Group di San Francisco. Dikarenakan harga tiket yang mahal dan harus menyesuaikan dana hibah dari universitas, akupun ‘terpaksa’ untuk tinggal di Amerika Serikat selama kurang lebih satu bulan.
Berbekal email ke beberapa Professor di UC Berkeley, California yang pada saat itu sedang mengampu mata kuliah summer, akhirnya akupun diterima untuk menjadi mahasiswa visiting di UC Berkeley dengan gratis! Ya, tanpa harus mengeluarkan ribuan dollar. Semua informasi mengenai mata kuliah dan contact para Professor tersedia di course catalog yang bisa diakses kapanpun. Sebenarnya, UC Berkeley tidak memiliki jurusan yang ada hubungannya dengan Food, tapi mereka memiliki program interdisipliner Agri-Food Systems. Kuliah di Amerika jauh berbeda dari Indonesia dan Turki. Disini kuliah dibagi dalam section lecture, discussion dan group work yang membuat kuliah menjadi menyenangkan. Rasanya terbayar jauh-jauh menghemat ongkos dengan berjalan 8km setiap hari menuju subway BART di San Francisco menuju Berkeley dengan jadwal kuliah dari jam 9 sampai 5 sore yang nggak bikin suasana bosan. Kuliahnya pun menuntut kemandirian penuh dari mahasiswa/i nya. Disini juga mahasiswa bebas untuk memilih mengikuti program dalam univeristas yang biasanya ada di sela-sela waktu kuliah. Seperti pada saat itu aku sempat ikut dalam program BEAHRS Environmental Leadership Program dalam sesi “Feeding The Hunger”. Di sela-sela waktu pergantian kuliah pun juga bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi perpustakaan yang memiliki aura pemberi kebetahan bagi penggunanya. Orang-orang Amerika juga ramah-ramah dan rela untuk membantu jika kita kesusahan untuk mengikuti materi kuliah. Pengalaman kuliah di Amerika Serikat merupakan pengalaman hidup yang takkan terlupakan.
Salam,
Rahmad Supriyanto (Riyan)
Lulusan SMK bisa kuliah di luar negeri itu ‘Mustahil’, tetapi aku jawab semua itu dengan ‘BISA’!
Prestasi di SMP yang tidak pernah mendapatkan juara 1 kelas bisa dibilang cambukan keras untuk meraih juara di tingkat SMA. Sayangnya, angan untuk masuk SMA favorit harus kandas dikarenakan ketidakmampuan biaya untuk melanjutkan kuliah selepas lulus dari SMA nanti. Akhirnya berbekal nasihat dari kedua orangtua-lah, aku nekat untuk masuk SMK jurusan Peternakan. Dengan bekal tersebut terbenak harapan besar untuk melanjutkan kuliah nantinya. Namun, di awal tahun masuk SMK, ada ketidakpuasan dalam diri sendiri karena SMK ada untuk menciptakan generasi siap kerja, bukan untuk siap kuliah. Banyak juga yang berkata bahwa lulusan SMK susah untuk diterima kuliah di PTN favorit, apalagi sampai keluar negeri. Tetapi kata-kata itu menjadi cambuk semangat terbesar bahwa aku bisa. Berbekal jaringan pertemanan dengan teman yang bersekolah di SMAN 3 Malang dan SMAN 1 Jember, aku berusaha mengumpulkan buku-buku bekas mereka yang bersertifikasi Cambridge untuk aku pelajari di sela-sela waktu tahun pertama di SMK.
Ikut Olimpiade Tingkat SMA bidang Fisika, Matematika hingga medali perunggu GPBN Bidang Karya Ilmiah Tingkat Nasional!
Setelah belajar materi-materi Cambridge, ketidakpuasan akan diri sendiri semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya nekad untuk ikut seleksi Olimpiade Tingkat SMA bidang Fisika dan Matematika. Setelah gagal di Fisika, akhirnya di Matematika hanya berhasil di tingkat perempat final, dan satu-satunya finalis dari SMK. Tetapi semangat tidak kandas hanya sampai saat itu, akupun berhasil untuk meyakinkan tim juri sekolah,menjadi wakil Jawa Timur dengan berstatus tahun pertama untuk Karya Ilmiah Siswa Nasional hingga meraih medali perunggu.
Semua orang bisa Pintar, tetapi jarang orang yang Kreatif!
Ya, semua orang berhak untuk pintar dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada. Bisa dari lingkungan sekitar, orang lain ataupun hal-hal kecil yang bisa mengasah potensi yang ada dalam diri kita, pastinya dalam bentuk kreatifitas. Dengan berbekal buku-buku dan pengetahuan gratis dari jejaring pertemanan inilah, aku berhasil mendapatkan kesempatan untuk sekolah di Malaysia dan SIngapura di tahun akhir masa SMK-ku.
Pernah ditolak masuk program S1 IPB!
Setelah kembalinya dari Singapura, akupun bertekad untuk melanjutkan kuliah entah itu didalam dan luar negeri. Namun sayangnya, Cambridge University menyanggupi untuk menanggung biaya sebagian (partial scholarships), dan keadaan ini diperparah dengan penolakan untuk program S1 dari IPB dikarenakan lulusan SMK hanya diperbolehkan mengikuti program D3. Tidak menyerah sampai saat itu, akupun mendaftar UGM lewat jalur Penelusuran Bibit Unggul dan berhasil diterima untuk program S1 jurusan Ilmu Industri Peternakan.
Diterima Program Khusus Kedokteran di Jepang lewat beasiswa JASSO
Kuliah di UGM dan Yogyakarta merupakan pengalaman tak terlupakan, bisa mengikuti berbagai program seminar dan pameran pendidikan internasional yang bisa diikuti gratis dan hanya bermodalkan jalan kaki. Minat di bidang interdisipliner membuat aku nekad untuk mendaftar beasiswa JASSO oleh University of Tokushima untuk Summer Program Health Bio-science Course. Program ini gratis dan bisa diikuti oleh utamanya mahasiswa kedokteran. Ternyata setelah bertanya di ketua program kenapa hanya aku yang dari jurusan Peternakan bisa diterima di program ini. Jawabannya sederhana, karena dalam aplikasiku jelas aku mencantumkan nama Professor dan laboratorium serta penelitian yang aku minati, kebetulan semuanya tentang ilmu nutrisi. Ternyata kesempatan itu nggak ada batasnya, tinggal ada kemauan dan tekad yang kuat.
Enaknya kuliah di Turki dengan beasiswa?
Setelah iseng setiap hari melihat pengumuman di mading Fakultas, akhirnya tibalah untuk Beasiswa dari Pemerintah Turki (Turkish Scholarships). Aplikasinya pun mudah, sekarang semua serba online. Jurusan yang ditawarkan pun beragam dari Arsitektur, Seni Sastra, Sains, Teknik hingga Kedokteran. Meskipun di Turki mengharuskan mahasiswa asing untuk bisa berbahasa Turki (bukan bahasa Arab, ya! karena Turki di Eropa), banyak program yang menawarkan bahasa Inggris penuh contohnya programku di Istanbul Technical University jurusan Food Engineering, karena memang banyak universitas di Turki yang terakreditasi oleh Eropa dan Amerika. Beasiswa di Turki mencakup semua kebutuhan dari SPP, Biaya Hidup, Asrama, dan Asuransi Kesehatan. Beasiswa diberikan selama 5 tahun (untuk S1 seperti aku), 3 tahun untuk S2 dan 4-5 tahun untuk program S3. Hidup di kota besar bekas ibukota 3 kerajaan besar dunia- Istanbul, bukan berarti penat seperti kota-kota besar lainnya. Istanbul itu unik, ada kota tua dan modernnya. Kalau penat sehabis kuliah, tinggal berlayar ketepian selat Bosphorus, yang katanya salah satu selat tersibuk di dunia. Di Istanbul juga banyak program gratis biasanya disiapkan untuk mahasiswa/i asing untuk mengenal lebih dekat kebudayaan Turki serta banyak program internasional yang diadakan di Istanbul, biasanya gratis dengan hanya menunjukkan kartu mahasiswa.
Kuliah penuh kemandirian ala UC Berkeley, California!
Sebenarnya impian untuk kuliah di Amerika Serikat sudah ada sejak pertama kali membaca banyak peneliti yang terlahir dari Negeri Paman Sam ini. Namun, impian itu terkabulkan setelah aku lulus dari program S1 di Turki. Berawal dari ajakan salah satu Professor di Turki untuk mengembangkan penelitian tentang Tempe, akhirnya akupun diundang untuk program Peneliti United Scientific Group di San Francisco. Dikarenakan harga tiket yang mahal dan harus menyesuaikan dana hibah dari universitas, akupun ‘terpaksa’ untuk tinggal di Amerika Serikat selama kurang lebih satu bulan.
Berbekal email ke beberapa Professor di UC Berkeley, California yang pada saat itu sedang mengampu mata kuliah summer, akhirnya akupun diterima untuk menjadi mahasiswa visiting di UC Berkeley dengan gratis! Ya, tanpa harus mengeluarkan ribuan dollar. Semua informasi mengenai mata kuliah dan contact para Professor tersedia di course catalog yang bisa diakses kapanpun. Sebenarnya, UC Berkeley tidak memiliki jurusan yang ada hubungannya dengan Food, tapi mereka memiliki program interdisipliner Agri-Food Systems. Kuliah di Amerika jauh berbeda dari Indonesia dan Turki. Disini kuliah dibagi dalam section lecture, discussion dan group work yang membuat kuliah menjadi menyenangkan. Rasanya terbayar jauh-jauh menghemat ongkos dengan berjalan 8km setiap hari menuju subway BART di San Francisco menuju Berkeley dengan jadwal kuliah dari jam 9 sampai 5 sore yang nggak bikin suasana bosan. Kuliahnya pun menuntut kemandirian penuh dari mahasiswa/i nya. Disini juga mahasiswa bebas untuk memilih mengikuti program dalam univeristas yang biasanya ada di sela-sela waktu kuliah. Seperti pada saat itu aku sempat ikut dalam program BEAHRS Environmental Leadership Program dalam sesi “Feeding The Hunger”. Di sela-sela waktu pergantian kuliah pun juga bisa dimanfaatkan untuk mengunjungi perpustakaan yang memiliki aura pemberi kebetahan bagi penggunanya. Orang-orang Amerika juga ramah-ramah dan rela untuk membantu jika kita kesusahan untuk mengikuti materi kuliah. Pengalaman kuliah di Amerika Serikat merupakan pengalaman hidup yang takkan terlupakan.
Salam,
Rahmad Supriyanto (Riyan)