"When There Is a Hello, There would be a good bye.." Mesir, Terimakasih atas kenangannya

Sometimes you will never know the value of a moment until it becomes a memory. Simposium PPI Dunia 2016 di Kairo sudah berakhir. Namun,...

Sometimes you will never know the value of a moment until it becomes a memory.
Simposium PPI Dunia 2016 di Kairo sudah berakhir.
Namun, kenangan dan ceritanya tidak akan pernah berakhir.
Banyak peserta Simposium yang jatuh hati dengan Mesir.
Entah jatuh hati pada negaranya.
Atau jatuh hati pada orang-orang atau seseorang yang mereka temui di sana. 

Berikut ini adalah cerita-cerita pendek dari beberapa peserta Simposium yang mengabadikan cerita itu lewat tulisan dan foto.

Azri Alhaq (PPMI Arab Saudi)



Perkenalan Singkat yang berujung dengan Pertemanan Dahsyat (InsyaAllah)

Acara Simposium International Cairo 2016 Hari pertama telah usai, para peserta delegasipun beranjak untuk beristirahat di kamar masing-masing.

Hotel OASIS namanya, yang terletak di Kota Giza - Cairo, menjadi tempat tinggal para delegasi selama mengikuti acara Simposium International Cairo 2016.

Saya (Azri Alhaq - PPMI Arab Saudi) tinggal sekamar dengan Muhammad Dhafi Iskandar (Alumni PPI Prancis) dan Ibnu Abdullah (PPI Afrika Selatan), Hotel OASIS kamar 1601.
Kebetulan kamar yang kami tempati memiliki 2 kasur besar dan 1 kasur kecil.
Dimana saya menempati kasur yang kecil, sedangkan 2 kawan saya masing-masing menempati kasur yang besar.

Malam itu, ketika kami lelap tertidur dikarenakan seharian penuh mengikuti rangkaian acara Simposium International, pintu kamar berbunyi "tok tok tok", akupun terbangun dengan setengah sadar, dan kemudian kudengar lagi ketokan pintu sampai diriku benar-benar terjaga, waktu menunjukkan pukul 02.15 waktu mesir, akupun berdiri dari tempat tidurku lantas menghampiri pintu dan segera membukakan pintu tersebut.

"Assalamualaikum, maaf mengganggu", kudengar salam dan permohonan maaf dari sesosok orang yang sudah saya kenal.
Ia adalah Muhammad Zidni Ilmi (PPMI Mesir), salah seorang panitia acara Simposium International bagian Transportasi dan Penjemputan peserta Delegasi.

Kujawab kembali salamnya "Waalaikumussalam, iya ada apa?"

Zidnipun mengutarakan tujuannya pada saat itu dan lanjut berkata:
"Jadi begini, ada 2 orang peserta delegasi yang baru saja tiba saat ini di Hotel, akan tetapi kamar yang sudah disediakan untuk mereka sedang dipakai sementara oleh panitia.
Maka bisakah 2 orang tersebut menginap sementara dikamar ini untuk sekedar beristirahat sampai esok hari? Karna mereka baru saja tiba dan terlihat sangat lelah sekali".

Mendengar penjelasannya, spontan kujawab "Oh silakan, tidak ada masalah dengan itu.
Bawa saja mereka kemari dan biarlah mereka beristirahat disini".

Kemudian Zidnipun memanggil mereka berdua, dan sayapun membangunkan Ibnu Abdullah untuk pindah ke kasur sebelah dan tidur di samping Muhammad Dhafi, sambil menjelaskan secara singkat padanya keadaan pada saat itu.
Juga agar 2 orang yang dimaksud oleh Zidni tersebut dapat istirahat di salah satu kasur besar di kamar kami.

Dalam 10 menit, Zidni beserta 2 orang yang ia ceritakan sudah berada di depan kamar kami.
Sayapun mempersilakan mereka berdua masuk dan Zidnipun pamit meninggalkan kami.

Sayapun memulai percakapan dengan salam dan memperkenalkan diri kepada 2 orang tersebut, begitu pula dengan mereka.
Dan akhirnya sayapun tau bahwa mereka berdua adalah orang-orang yang sangat hebat.

Yang pertama adalah Gigih Giandono (seseorang yang diundang khusus oleh panitia dalam acara Simposium International ini karna telah memenangkan Lomba Fotografi yang diadakan oleh pihak panitia), dan yang kedua adalah Pandu Dharma Wicaksono (peserta delegasi utusan BEM Universitas Gajah Mada).

Setelah itu, sayapun mempersilakan mereka berdua untuk beristirahat tanpa lanjut bercerita panjang, karna terlihat dari wajah mereka bahwa mereka sangat lelah sekali.
Kemudian merekapun langsung beristirahat.

Perkenalan yang kurang dari 5 menit itu, siapa yang mengira akan membawa sebuah cerita panjang ... ?

Keesokan harinya, pada saat acara Simposium hari kedua dimulai, kitapun mengikuti rangkaian acara Simposium International seolah-olah kita sudah kenal sejak lama.

Dari mulai pembahasan mengenai diskusi panel utama, sidang komisi, city tour Cairo sampai berakhir dengan perpisahan di Bandara International Cairo, kita telah membuat banyak cerita.

Akhir kata, semoga pertemanan ini dapat terus dijalin hingga membawa kita semua ke Taman Surga nanti. Amin

Oleh: Azri Alhaq


Nadhira Zhafirany (PPI Belgia)


Saya Nadhira Zhafirany dari PPI Belgia, salah satu peserta Simposium Internasional PPI Se-Dunia di Cairo. Menurut saya, seluruh kegiatan di SI Cairo 2016 itu gak bisa terlupakan. Dari yang sidang serius 19 jam sampe ketawa non-stop waktu jalan2!
Tapi satu hal yang paling saya inget adalah ketika Mas Agie, dari PPI Italia ngajak saya dan beberapa delegasi selfie.....pake SEPATU!😂
Saya kaget dan geli banget sampe ketawa ga berhenti. Akhirnya kita selfie bersama deh di depan Masjid Muhammad Ali.


Tiara  Aprilia


Keindahan Alexandria menjadi penutup yang magis dalam perjalananku di Mesir. Sebelumnya tak pernah terbayang buah tulisan yang diikutsertakan dalam lomba  dapat membawaku ke negeri ini, Mesir. Bukti peradaban kuno yang kami singgahi di Giza, kedamaian yang kami dapat dari Sungai penuh keberkahan, ketakjuban melihat Universitas yang melahirkan ulama-ulama besar dimuka bumi, dan rasa mawas diri setelah berziarah ke makam Imam Besar Umat Islam disini.

Bersama pemuda Indonesia yang sedang menggeluti bidangnya masing-masing, kami bertemu, bersama menapaki makna Identitas diri kami, Identitas bangsa kami, di negeri yang setiap jengkalnya penuh sejarah dan misteri. Disini pula kami menorehkan kisah kami, berjuang mengungkap misteri akan masa depan bangsa kami, Indonesia. 


Dhila Fadhilatul Hasanah
Pasca UIN Raden Fatah Palembang

Assalamu’alaikum Cairo,,, itu yang diucapkan pertama kali waktu tiba di Cairo…Mesir…Egypt
Yaa.. pertama lihat kota Cairo ini… mataku nampak terpana pada nuansa coklat dan kotak-kotak di kota ini dan aku menyebutnya “Kota Kotak Coklat”. Warna-warni pun jarang kita lihat..hingga menurutku 80% isi kota ini adalah coklat dan kotak yaa begitulah sepanjang jalan yang lihat diatas bus yang kami tumpangi menuju Hotel Oasis yang ada di Giza yang mana kami pun untuk menuju sana melewati bangunan-bangunan kuno, padang pasir, dan sungai fenomenal yaitu sungai NIL… sungai nil yang indah dan kami pun dapat melihat Piramid dari kejauhan selama perjalanan mendekati hotel yang akan kami tempati selama 8 hari kedepan. Setiba di hotel dalam hati ada penasaran yang membara atas apa-apa yang telah ku lihat sepanjang jalan tadi bagaimanakah didalam rumah kotak coklat itu apakah setiap rumah sama ataukah sama yang seperti tampak dari luar…..



Pengalaman berharga selama mengikuti symposium di Cairo ini adalah dengan berkumpulnya keluarga baru..saudara-saudari baru dari berbagai asal suku dan budaya serta berkumpul dengan pemuda-pemudi Indonesia yang sama-sama mengejar mimpi sampai ke negara-negara lain dari Eropa, Asia, Timur Tengah dll.. Berkumpul dengan pemuda-pemudi penerus bangsa Indonesia membuat seolah cita-cita dan harapan semakin mendekat. Inspirasi dari teman-teman yang kuliah di luar negeri membuatku untuk lebih berfikir maju lagi dan semangat untuk  menggapai cita-cita postgraduate atau pun doctor ke luar negeri juga.  Tak lupa juga dimomen symposium di Kairo ini kami bisa bertemu dan mendapatkan wejangan-wejangan dari petinggi-petinggi Negara Indonesia maupun Kairo. Temanss and all KALIAN LUAR BIASA …


Sesuatu yang membuatku terperangah dan tak pernah ku bayangkan, aku dapat melihat dan mendatangi benteng dan masjid Salahuddin Al Ayubbi yang arsiterktur dan keindahan masjidnya sangat membuatku terpanah.. Saat sore hari di tgl 28 Agustus aku dan semua delegasi berkunjung ke Taman Al Azhar  yang hijau dan banyak ditumbuhi pepohonan yang terbentang disana kita tak kan berfikir jika kita sedang berada di Mesir karena ditaman itu kita seolah-olah berada ditempat yang sejuk tanpa padang pasir, disana pun kami dapat memandang masjid indah masjid Salahuddin Al-Ayubbi dari Taman Al-Azhar aku berandai-andai dan seolah-olah sedang berada di Turki… yaa Mesir ala Turki.. bangunan yang indah yang dibuat dimasa itu. Turki negara impian tempat melanjutkan studiku..semoga suatu saat ku benar kesana dan menggapainya.


Berawal dari Khan Khalili yang adalah semacam Diagon Alley nya Harry Potter di mana kita dapat menemukan apa pun disana tempat yang unik dan bangunan-bangunan yang menarik perhatianku dan penasaran itu pun menggebu-gebu. Dengan ditemani dua orang teman baru ku yang adalah Mahasiswi yang kuliah di Al-Azhar, mb Iis dan mb Haura akhirnya aku menelusuri kota kotak coklat disekitar Khan Khalili. Aku menelusuri, mengamati dan melihat tradisi orang-orang Mesir secara dekat dan tak lupa keingintahuanku dengan rumah-rumah kotak coklat yang membuat pertama kali kupenasaran setiba di Kairo Mesir ini.



Tradisi orang Mesir masih sama seperti dalam sejarahnya zaman Rasulullah ada sisi baiknya yang bisa kita rasakan kebaikan-kebaikan mereka dan ada juga sisi buruknya yang mana zaman jahiliyah akan kita rasakan juga. Oh iya terkait isi rumah “kota kotak coklat” di Kairo didalamnya itu sangat berbeda dengan tampak diluarnya, didalam lebih indah dan berwarna-warni mereka menghiasi rumah mereka sesuai dengan selera mereka yang glamor seperti Cleopatra.


Wawan Nur Rewa (Makasar)


Mahasiswa Indonesia menuju Forum Dunia

Perhimpunan pelajar indonesia atau yang biasa di singkat PPI, kini telah usai melakukan Symposium International PPI DUNIA di kampus Al-Azhar University Cairo Mesir 24-28 July 2016.

Kegiatan ini adalah agenda rapat tahunan setiap akhir masa jabatan kepengurusan PPI Dunia (pergantian structure) dan sidang komisi agenda yang berjalan selama 4 hari di Mesir yang dihadiri 41 negara di dunia. Saya adalah salah satunya. Saya mewakili mahasiswa kota Makassar dan Asean Muslim Students Association (AMSA) yang terlibat langsung pada forum PPI DUNIA di Mesir.

Pengelaman ini tentunya sangat mengasikkan apa lagi perjalanan yang sangat lama diatas udara (27 jam) dari Jakarta-Dubai-Mesir, semenjak pertemuan itu di laksanakan di Al-Azhar University minggu lalu (24-28 july 2016) saya merasa sangat bangga terhadap pelajar indonesia yang kuliah di luar negeri yang antusias dan semangat dalam melaksanakan Symposium tahun ini.

Hasil yang saya dapatkan dari simposium tahun ini adalah tentunya membangun Indonesia ke depan dan menjadi solusi problem bangsa, trobosan-trobosan yang di lahirkan dari hasil Simposium ini sangat baik. Setelah saya pelajari setiba di indonesia beberapa hari yang lalu dan saya berharap ini tetap berlanjut untuk tetap komitmen dalam nuansa memperteguh identitas bangsa Indonesia.

Walaupun perjalanan ini tidak semuanya manis, namun tidak bisa di pungkiri juga pasti ada pahitnya di mana perjalanan ini sangat melelahkan bagi diri saya. Selain tubuh kurang cairan, saya juga merasakan kelelahan otak saya selama di Mesir yang terkuras begitu banyak demi memecahkan problem bangsa hari ini.

Sedikit saya bertele-teleh dengan keberadaan PPI DUNIA selama simposium di Mesir mendapatkan begitu banyak lirikan dari negara lain di dunia dengan Tema "Memperteguh Identitas Bangsa Indonesia".

Pelajar Indonesia di luar negeri meyakini bahwa adanya PPI ini menjadi pertimbangan besar terhadap negara bagi pelajar yang melanjutkan study di luar negeri. Tanggung jawab serta nasionalisme bangsa selalu di perteguhkan dengan menciptakan trobosan baru memalui PPI DUNIA.

Pada hari kedua saya menyempatkan berdialog bersama teman-teman PPI Yaman, Yordan dan Thiongkok. Selain fokus dalam memecahkan problem bangsa, saya juga sedikit keluar dari pembahasan tersebut hingga saya harus membangung kerja sama antar negara dalam dunia nyata kedepan nantinya agar dapat menjadi sebuah solusi dalam kepribadian saya dan juga solusi dalam memperteguh identitas bangsa Indonesia ke depan.

Setelah itu, kami mengkaji beberapa informasi mengenai simposium tahun ini bahwa kehadiran PPI menjadi sebuah Perhimpunan (Association) terbaik di dunia, yang dapat menampung seluruh pelajar Indonesia mulai S1, S2 dan lainnya yang berstatus pelajar di luar negeri. Sehingga, para pelajar yang study di berbagai belahan dunia dapat berkumpul dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

Bukan hanya itu, trobosan yang lahir setiap simposium internasional PPI Dunia juga di yakini adalah sebuah hasil gagasan terbaik dari sidang khusus pelajar indonesia di belahan dunia dalam satu forum, 41 Delegasi PPI Dunia duduk dalam satu forum dan masing-masing membawah referensi dari setiap negara untuk memecahkan problem bangsa. Apa yang saya dapatkan dari simposium ini adalah sebuah penghargaan besar kepada diri saya dan kota Makassar ke depannya. Saya berharap bahwa pelajar Indonesia yang belum terlibat pada PPI Dunia dapat bergabung untuk membuka cakrawala berfikir sebagai agen of change.


Dan saya ucapkan banyak terimakasih kepada panitia simposium tahun ini (PPMI MESIR) atas segala fasilitas yang di berikan maupun pelayanan yang sangat baik.

Thank you for you PPI DUNIA.



Pratiwi Widya W (PPI Polandia)



Nama saya Pratiwi Widya W, merupakan delegasi dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di Polandia (PPI Polandia) yang hadir di Simposium Internasional PPI Dunia 2016 di Kairo, Mesir. Pada tanggal 24-29 Juli 2016 terdapat acara akbar pelajar Indonesia sedunia, yaitu Simposium Internasional PPI Dunia 2016 di Kairo, Mesir. Acara yang merupakan rapat tahunan ini diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia sedunia (PPI Dunia) dan dihadiri lebih dari 70 delegasi PPI Negara dan BEM.

Pada awalnya, ketua PPI Polandia beserta wakilnya berencana menghadiri Simposium Internasional tersebut. Tetapi mereka tidak jadi berangkat karena satu dan dua hal. Akhirnya saya mencoba mengajukan diri untuk menghadiri acara tersebut, dan pengajuan saya diterima oleh PPI Polandia. Tidak perlu menunggu lama, saya langsung mengajukan pembuatan Visa Mesir dengan bantuan KBRI Warsaw di Polandia. Dalam waktu beberapa jam setelah pengajuan, saya mendapatkan keputusan bahwa pengajuan visa saya diterima.

Saya yang memiliki hobi travelling ini merasa sangat beruntung memiliki kesempatan untuk mengunjungi Mesir selain karena gurun adalah destinasi impian saya, Visa Mesir juga terkenal susah untuk mendapatkannya. Saya masih teringat informasi bahwa ketika dua minggu sebelum keberangkatan, hanya empat orang delegasi dari kawasan Amerika dan Eropa yang visanya diterima, termasuk saya. Dapat dibayangkan betapa susahnya untuk mendapatkan Visa Mesir.

Saya pergi ke Kairo, Mesir naik pesawat dan berangkat dari Warsaw tanggal 22 Juli 2016 kemudian transit di Turki selama enam jam. Saya dilanda kebosanan yang besar saat menunggu pesawat lanjutan di dalam bandara Turki sehingga perasaan mengantuk terus datang. Setelah menunggu lama akhirnya pesawat lanjutan saya datang, dan kemudian saya langsung tertidur begitu menyentuh kursi pesawat.

Saya terus tidur di kursi samping jendela pesawat dan tidak memperhatikan siapa yang duduk di kursi sebelah. Yang saya ingat adalah ada wanita berkerudung memakai baju pink yang saya tebak mungkin berasal dari Malaysia. Dia sedikit menyenggol saya ketika akan duduk, tetapi saya acuhkan dan melanjutkan tidur. Di tengah perjalanan, saya dibangunkan oleh wanita berkerudung yang berbaju pink tersebut untuk menerima makanan dan minuman. Saya yang masih mengantuk mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Inggris. Setelah selesai makan, saya melanjutkan tidur lagi. 

Di tengah perjalanan, wanita berkerudung yang berbaju pink itu membangunkan saya lagi untuk memberikan formulir isian yang harus diserahkan kepada imigrasi Kairo.

     “Are you travelling alone?” tanya dia.
     “Yes, I am,” jawab saya.
     “Ok this is for you,” katanya sambil menyerahkan formulir.
     “Thank you,” kata saya sambil tersenyum mengantuk, wanita tersebut pun hanya
     tersenyum.

Akhirnya setelah terbang beberapa jam, pesawat saya mendarat di Kairo pada pukul 2 dini hari. Saya segera mengumpulkan kesadaran yang sudah hilang selama perjalanan. Sambil mengantuk saya berjalan keluar pesawat untuk menuju terminal. Begitu menyentuhkan kaki di terminal bandara, semua kantuk saya menghilang. Ingin sekali saya berteriak, I’m here!

Dengan perasaan semangat yang tiba-tiba muncul entah dari mana, saya langsung berjalan menuju imigrasi. Saya melihat antrian yang sangat panjang dan kebingungan di manakah saya harus antri. Tiba-tiba saya melihat wanita berkerudung yang berbaju pink itu lagi dan berinisiatif untuk bertanya ke dia.

     “Is it for all passport?” tanya saya.
     “Yes,” jawab dia sambil tersenyum.

Kemudian saya langsung antri di belakang dan mempersiapkan semua dokumen-dokumen. Saya hanya memiliki surat undangan Simposium Internasional, dan hanya membawa uang sedikit. Berdasarkan pengalaman melewati imigrasi super ketat, semua orang harus mempersiapkan dokumen yang lengkap, apalagi Mesir ini terkenal sebagai negara yang memiliki tingkat pertahanan border yang ketat. Tidak ingin terhambat di sini, saya mencoba untuk tetap tenang dan menyapa petugas imigrasi.

     “Good morning,” salam saya sambil menyerahkan passport dan dokumen lain.
     “You are travelling with your friend, right?” tanya petugas imigrasi.
     Saya keheranan mengapa dia bertanya begitu. Karena saya datang sendiri maka
     dengan tegas saya jawab, “No, I’m alone.”

Setelah itu petugas imigrasi mengembalikan paspor sambil memandangi saya. Dengan perasaan senang, saya langsung berjalan menuju tempat pengambilan bagasi dan kemudian menghadapi petugas lagi.

     “Good morning,” kata saya sambil menyerahkan paspor.
     “What are you doing here?” tanya petugas tersebut.
     “I will attend a conference in Cairo,” jawab saya sambil tersenyum.
     “Welcome to Egypt!” sambut petugas tersebut.

Dengan perasaan senang, saya keluar menuju pintu kedatangan dan duduk di ruang tunggu. Saya menghubungi pihak panitia simposium untuk mengabarkan bahwa saya sudah menunggu di bandara. Sekilas saya melihat wanita berkerudung yang berbaju pink itu lagi sedang mendorong trolinya menuju area parkir. Wah beruntung sekali pasti dia sudah ada yang menjemput, pikir saya.

Setelah menunggu sekitar satu jam, akhirnya dua orang lelaki datang menghampiri saya dan bertanya menggunakan Bahasa Indonesia,

     ”Delegasi ya Mbak?”
     “Iya,” jawab saya.
     “Apakah sudah menunggu lama? Tadi kami juga menjemput delegasi yang pesawatnya
     mendarat di terminal ini tetapi tidak menemukan Mbak Pratiwi,” katanya.
     “Oh ya? Ada berapa banyak? Wah saya tidak tahu kalau ada orang Indonesia yang
     pesawatnya juga mendarat di sini,” jawab saya.

Kemudian kami langsung pergi menuju tempat parkir mobil dan mereka membawa saya menuju home stay. Tempat ini merupakan tempat beristirahat khusus untuk delegasi yang datang lebih awal, sebelum semua dikumpulkan di Hotel Oasis. Setelah puas beristirahat, di home stay ini saya berkenalan dengan banyak orang, tidak hanya panitia tetapi juga delegasi yang datang lebih awal. Kemudian ada salah satu panitia memberi informasi bahwa ada delegasi yang tinggal di home stay yang lain.

     “Pukul dua dini hari tadi kami menjemput delegasi yang pesawatnya mendarat
     bersamaan dengan Mbak Pratiwi, namanya Mbak Hana. Apakah Mbak Pratiwi kemarin
     bertemu dia? Seandainya Mbak bersama dia, mungkin Mbak tidak perlu menunggu kami
     lebih lama. Oh ya, nanti semua delegasi yang tinggal di home stay lain akan berkumpul
     di sini termasuk Mbak Hana,” kata panitia tersebut.

     “Hmm saya tidak tahu. Saya rasa kemarin ada orang berkerudung dan berbaju pink.
     Kalau tidak salah dia duduk di sebelah saya. Eh..?” kemudian saya tersadar.
     Jangan-jangan dia orang Indonesia?
     “Loh Mbak Pratiwi tidak tahu apakah dia orang Indonesia atau bukan?” tanya panitia
     tersebut dengan keheranan.
     “Ngga, karena saya tidur terus dan berbicara dengan dia juga memakai Bahasa Inggris,”
     jawab saya.

Setelah menunggu selama beberapa jam, rombongan delegasi yang tinggal di home stay lain sudah datang. Saya mencoba menengok. Dan benar saja, ada wanita berkerudung yang berbaju pink itu! Sambil menahan tawa, saya kemudian menghampirinya.

     “Mbak!” sapa saya. Wanita tersebut yang akhirnya saya ketahui bernama Hana, terkejut
     dan kemudian kami tertawa bersama.
     “Astaga ternyata Mbak delegasi? Saya pikir Mbak orang Filipina,” seru Mbak Hana.
     “Iya Mbak. Saya juga mengira Mbak ini orang Malaysia. Ya ampun kita lucu banget ya!
     Bisa-bisanya kita ngga nyadar kalau teman sebelah kursi di pesawat adalah orang
     Indonesia. Ngga heran kemarin petugas imigrasi nanya apakah saya datang bersama
     teman,” kata saya.

Akhirnya kami menceritakan semuanya kepada panitia bahwa sebenarnya kami duduk bersebelahan di pesawat tetapi tidak menyadari bahwa kami berasal dari tanah air yang sama. Bahkan kami sempat berbicara dalam Bahasa Inggris, bukan dalam Bahasa Indonesia. Setelah pertemuan ini kami berdua tinggal di kamar yang sama di Hotel Oasis dan sempat berfoto bersama di piramida.

     “Akhirnya kita kenal beneran ya,” kata saya sambil bercanda.
     “Iya. Pertama kita tidak kenal ketika duduk sebelahan di pesawat, sekarang malah jadi
     sekamar. Hahaha,” kata Mbak Hana.



Raihanna Rizki




Mesir adalah negara unik bin ajaib menurutku. Bagaimana kita bisa merasakan wisata duniawi dan surgawi dalam saat yang bersamaan. Seperti kata pepatah mesir, semakin kita menginjakkan kaki di Mesir, maka akan semakin banyak misteri yang kan kita temui. Banyak hal menarik yang aku dapatkan selama perjalanan di Kairo. Dan kegiatan simposium kemarin mungkin hanya menampilkan sebagian kecil hal-hal menarik tentang Mesir. 

Menurutku, kita hanya bisa merasakan cinta tanah air dan menjadi begitu alim saat berada di negeri orang, dan memang itu yang aku rasakan dalam dua minggu keberadaanku di Mesir. Aku biasanya selalu kesal melihat orang Indonesia yang suka asal berbelok tanpa memberi tanda saat di jalan raya, tapi disana semua orang seperti itu, bahkan lebih parah, aku jadi bersyukur di Indonesia tidak sampai separah itu. 

Yang aku ingat juga waktu kami para peserta SI di ajak panitia naik kapal melintasi sungai fenomenal Mesir, Sungai Nil. Waktu itu udah sore, jadi udaranya adem. Kami dibagi menjadi dua kelompok dan aku ikut di kelompok satu bareng temen-temen dari BEM dan beberapa PPI dunia. Kami dapet kapal yang tingkat, jadi kami kuasai kapal bagian atas. Kebetulan di atas diletakkan juga sound system, jadi kami bisa menyetel lagu lewat sound system tadi. Karena temen-temen banyak yang kangen lagu Indonesia, jadilah kami menyetel lagu Indonesia apapun yang ada di hp dan bernyanyi berjoget bersama. Suasananya mendadak ceria banget. Puas selfi, grupfi, joget dan nyanyi bareng kenceng-kenceng di negri orang tanpa khawatir ada yang ngomelin.



Cuaca di mesir juga panas banget. Kemarin suhunya mencapai 34 derajat celcius, sepanas itu, dan masisir bilang kalau itu udah mulai adem, What the?. Karena katanya suhu disana bisa mencapai 40 derajat dan puncak panasnya adalah di bulan juli, jadi kami ngga merasakannya, alhamdulillah. Sebelumnya aku selalu mengeluh panas di Sumbawa, kebetulan wilayah NTB yang letaknya di wilayah tengah Indonesia juga mendapatkan hawa panas yang lumayan, sama dengan di Indonesia Timur. Tapi setelah aku merasakan suhu panas Mesir, membuatku bertekad ngga akan lagi ngeluh dengan panasnya cuaca disana karena di Mesir lebih parah. 

Aku ingat gimana susahnya mencari makanan yang sesuai dengan lidah kita karena orang Mesir menyukai makanan yang manis dan asin sementara kita menyukai makanan yang gurih dan pedas. Tapi hal ini tetap ngga menyurutkan niatku untuk melakukan wisata kuliner. Beberapa makanan khas pun sempat ku coba, seperti kushari, togin, ikan file, bathotis, syibsi dan roti isy. 

Ada yang menarik tentang roti isy. Roti isy merupakan makanan pokok orang mesir. Sama halnya nasi bagi kita, maka roti isy adalah sesuatu yang wajib ada di meja makan apapun makanannya. Awalnya aku sempat agak jijik karena mereka suka meletakkan roti isy di tempat yang menurutku, ngga banget. Tapi setelah dicoba, ternyata, emang biasa aja. 

Roti isy yang dijual dipinggir jalan, biasanya disajikan dengan udang dengan harga 5 LE atau pun ikan file dengan harga 11 LE, ditambah dengan tohinah, saus yang biasa disajikan berbarengan dengan roti isy berwarna putih seperti santan dan rasanya gurih. Konon katanya roti isy itu ada dua, yang untuk pria dan wanita. Bedanya adalah yang untuk wanita berwarna putih bersih dan ngga terlalu keras, sementara yang untuk pria adalah yang biasa kita temui di jalan. 



Cerita lain mengenai roti isy adalah saat jalan-jalan ke Alexandria setelah kegiatan simposium. Saat makan siang kebetulan kami ditraktir oleh Bang Gobe di restoran seafood. Awalnya aku kira menunya akan dipesan sendiri-sendiri, tapi tiba-tiba pelayannya datang membawa makanan yang sudah dipesan sebelumnya. Namanya juga ditraktir, ya bersyukur aja. Aku sempet kaget melihat ikan yang disajikan lebih besar daripada tanganku. Tapi yang menarik perhatian adalah keberadaan gundukan makanan berwarna coklat disebelahnya. Apalagi kalau bukan nasi, dan ini adalah nasi goreng. Seperti menemukan air di tengah gurun, aku yang rindu masakan indonesia segera menyuap nasi dan ikannya dalam porsi cukup besar. Tapi persis makanan itu masuk mulut, rasa garam yang overload langsung hinggap di lidahku. Aku langsung minum hampir 2 gelas demi menghilangkan rasa asin tadi. Apa daya, ingin lidah makan makanan normal, malah dapet yang asinnya parah begini. Jadilah nafsu makan yang sempat tinggi tadi langsung turun ke level “gapapa deh yang penting makan”.

Kebetulan disajikan juga 4 saus dan sambal, juga tak ketinggalan, roti isy. Berhubung aku ngga minat sama saus dan sambalnya, jadi aku coba makan nasi dan ikan tadi bersama roti isy. Aneh bin ajaib, rasa asin yang overload tadi mendadak hilang dan rasa makanan kembali normal. Jika diibaratkan, maka roti isy adalah gula yang menetralisir rasa sayuran yang asin. Akhirnya aku mengerti kenapa roti isy selalu ada di hidangan masakan mesir. 

Selain makanan, yang membuatku kagum adalah buah-buahan. Sepanjang jalan di Cairo, menemukan pedagang buah adalah hal yang lazim kita temui, terutama buah mangga, buah tin, dan buah anggur. Harganya pun sangat menggoda, hanya sekitar 12 Le untuk satu kilo mangga, 1 Le untuk satu buah tin, dan 5 Le untuk sekilo anggur. Kalau di Indonesia, anggur harganya bisa mencapai 80 ribu ke atas, maka disini anggur adalah cemilan murah yang bisa dimakan kapan aja. 



Tapi yang menarik perhatianku tetap mangga, karena aku sangat menyukai mangga. Begitu sukanya sampe aku selalu membeli jus mangga setiap hari. Harganya murah, dan jus mangga disana berbeda sama yang ada di Indonesia. Disana jus mangga ngga diblender sampai halus, jadi kita bisa merasakan potongan-potongan mangga yang belum hancur. Cerita tentang jus mangga, mengingatkanku  dengan kejadian lucu di hari terakhirku disana. 
Hari itu aku nemenin temenku pergi ke kantor pusat bank Faisal, sebuah bank di Mesir, untuk mengurus uang beasiswanya di daerah Sittah Uktubar. Seperti biasa, aku selalu beli jus mangga di belakang Azhar.

Sudah menjadi peraturan tidak tertulis di Mesir bahwa penjual adalah raja, bukan sebaliknya. Maksudnya pembeli disana sering tidak dilayani dengan baik, dibikin lama nunggu, oleh karena itu terkadang ada saja masisir yang jail karena merasa kesal, salah satunya adalah temanku. Saat aku menyebutkan pesenan, ‘amu penjual pergi buat mengambil jusnya. Kami dibuat menunggu cukup lama padahal kami harus segera pergi, akhirnya temanku mengajakku buat pergi. Aku yang merasa ngga enak jadi agak ragu buat pergi juga, tapi temenku menarik tanganku. Akhirnya kami pergi gitu aja tanpa jadi membeli jus mangga. Setelah tau alasannya, akhirnya kami jadi tertawa. Besoknya, aku ngga berani lagi beli di toko itu.

Saat jalan-jalan juga menjadi kegiatan menyenangkan. Seperti saat ke alexandria, salah satu dari sedikit sekali kota di Mesir yang berawan. Disana banyak banget yang ngajak kami foto, jadi berasa turis beneran. Aku pikir yang norak kalo liat bule gitu orang Indonesia aja, taunya orang Mesir juga. Dan sama kaya kita, mereka cuma bisa bedain turis yang dari arab, kalo dari Asia dan Ameroplia mereka akan nganggep kita tetep asia dan bule mau dari negara manapun kita. Makanya waktu disana kemarin, ga sedikit yang suka negur kita dengan bilang, ni hao ma. Kita sih seneng-seneng aja ya, sambil sok-sok ngomong pake bahasa mandarin, padahal bahasa sunda, haha. 



Atau saat ke Hurgadha. Kalo yang ini aku pergi bareng alumni pesantrenku dulu pas MA. Aku ngerasain berenang dan snorkling di Laut Merah, laut yang pernah dibelah nabi Musa dengan Tongkatnya dulu, bahkan sempet tenggelam segala. Trus naik ATV di gurun disana. Nyebrang ke pulau Giftun dan Paradise Island yang cantiknya emang kaya surga dunia. Ya mirip-mirip sama beberapa pulau di Sumbawa dengan kecantikan yang berbeda masing-masingnya. 
  
Selain senang-senang ada saatnya juga aku wisata rohani ziarah ke makam para imam dan sahabat nabi. Aku jadi refleksi diri dan merasa ngga ada apa-apanya. Sampe sempet sedih banget di makam seorang imam. Di hari terakhir aku disana, aku juga sempetin untuk ikut ngaji kitab bersama seorang imam dari Azhar. 

Intinya dua minggu berada disana terasa kurang banget. Aku yang pulang paling lama aja sedih banget, gimana yang cuma sebentar. Tapi aku bersyukur banget karena banyak hal-hal baru yang aku dapet di mesir. Yang jelas, ini adalah perjalanan luar negri bervisa pertama yang aku ikutin dan berhasil memberikan kebahagiaan lahir batin. Thanks to Allah, lewat panitia Simposium, jadi dapet kesempatan ngunjungin negara aneh bin ajaib ini.





Ajeng Ratmawati, 
Universitas Mulawarman



Hal yg paling berkesan selama ajeng mengikuti simposium ppi dunia di cairo adalah ketika ajeng mengunjungi 'the great piramids' dan berkeliling sungai nil dengan perahu. Di the great piramids, ajeng belajar bahwa mesir merupakan negara yg memiliki begitu banyak sejarah peradaban yg kita tidak bisa dapatkan di negara lain. Piramida Khufu, Khofro, dan Munkaro merupakan bukti nyata eksisnya 3 peradaban besar di mesir.

Keindahan sungai nil juga tak bisa dipungkiri menjadi tempat yg sangat mengesankan bagi saya. Ketenangan dan keindahan yg disuguhkan oleh alam membuat saya langsung jatuh cinta pada sungai nil. Semoga ajeng bisa kembali ke cairo dan mengeksplore lebih banyak tempat.


Imam Khairul Annas

Tahun 2011, saya lulus SMA (Pesantren), ketika itu saya mencoba untuk mendaftar ke sejumlah perguruan tinggi negeri di Indonesia, namun hasilnya "tidak lulus", di tahun itu pula, saya mencoba ikut ujian masuk ke Universitas Al-Azhar Mesir lewat jalur Kementerian Agama RI, dan hasilnya pun sama, saya juga "tidak lulus"



Masih di tahun yang sama, saya coba mendaftar ke UIM (Universitas Islam Madinah) melalui jalur daurah dan muqabalah, saat itu saya belum punya paspor, pendaftaran ke UIM saat itu tidak seketat sekarang, yang mana pendaftar harus memiliki paspor sebelum daftar online.

Desember 2011, saya ke Imigrasi Jakarta Pusat untuk membuat paspor, ketika ditanya petugas, buat paspor mau kemana dik? Saya jawab, saya mau umrah, padahal waktu itu saya belum tau kapan umrahnya dan belum tentu diterima di Madinah.

Tahun 2012, saya coba daftar ke IUA (International University of Africa), Sudan, melalui jalur Kementerian Agama, hasilnya tak keluar juga. Saya masih penasaran dengan Al-Azhar, akhirnya saya ikut tes lagi, dari 3200 peserta tahap pertama, saya lulus bersama 600 peserta lainnya, kemudian saya ikut tes tahap kedua, dimana yang lulus hanya 300 peserta, dan Alhamdulillah saya lulus.

Setelah diterima di Al-Azhar Mesir, saya langsung mengirimkan berkas yang dibutuhkan ke Mesir, termasuk Akte Kelahiran saya yang sudah sampai di Cairo. Visa pun sudah saya peroleh dari Kedutaan Mesir di Jakarta, tinggal beli tiket ke Cairo dan berangkat kesana.

Saat hendak membeli kamus bahasa Arab untuk persiapan ke Mesir di bilangan Ciputat, saya mendapatkan info dari kawan, bahwa saya diterima di UIM. Saya langsung cek ke warnet terdekat, dan Alhamdulillah info tersebut benar. Memang pilihan yang sulit, diterima 2 kampus besar sekaligus, Universitas Al-Azhar Cairo dan Universitas Islam Madinah.

Setelah istikharah dan musyawarah dengan keluarga, kami sepakat untuk mengambil Madinah, dan di Madinahlah perjalanan itu dimulai. Beberapa pertimbangan mengambil studi di Madinah, antara lain beasiswa penuh (untuk meringankan beban kedua orang tua) serta kesempatan menunaikan ibadah haji dan umrah. Saya jadi teringat jawaban saya kepada petugas imigrasi tadi, "saya ingin umrah" yang mana Allah kabulkan keinginan saya.

Di tahun 2016 ini, Allah izinkan saya untuk menginjakkan kaki ke Bumi Kinanah, Bumi Para Nabi, serta salah satu Universitas tertua di dunia, Universitas Al-Azhar, tempat 3000 pelajar dari seluruh penjuru tanah air sedang menuntut ilmu. Mesir adalah negeri ke-4 yang saya kunjungi setelah Arab Saudi, Singapura dan Yordania.

Jasad ini sudah berada di tanah air, namun rasanya hati ini masih ada di Bumi Kinanah. Jujur saja, 9 hari di Mesir itu sangat kurang, mungkin butuh sebulan atau dua bulan untuk berkeliling menengok peradaban Negeri Para Nabi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kita, orang tua kita, guru-guru kita, saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita, taufiq, hidayah, keberkahan dunia dan akhirat, Aamiin.
Nama

Afrika,26,Amerika,67,Amerika Serikat,81,Arab Saudi,13,Asia,237,Australia,75,Austria,13,Beasiswa,306,Beasiswa Amerika,4,Beasiswa Arab Saudi,5,Beasiswa Australia,14,Beasiswa Austria,2,Beasiswa Belanda,10,Beasiswa Belgia,1,Beasiswa Brunei Darussalam,2,Beasiswa Cina,10,Beasiswa Denmark,1,Beasiswa Filipina,3,Beasiswa Finlandia,1,Beasiswa Hongkong,1,Beasiswa Hungaria,1,Beasiswa India,2,Beasiswa Indonesia,3,Beasiswa Inggris,28,Beasiswa Irlandia,1,Beasiswa Jepang,14,Beasiswa Jerman,5,Beasiswa Kamboja,1,Beasiswa Kanada,3,Beasiswa Korea,2,Beasiswa Korea Selatan,5,Beasiswa Malaysia,6,Beasiswa Myanmar,1,Beasiswa New Zealand,3,Beasiswa Perancis,4,Beasiswa Polandia,1,Beasiswa Rumania,1,Beasiswa Selandia Baru,1,Beasiswa Sidney,1,Beasiswa Singapura,3,Beasiswa Skotlandia,1,Beasiswa Slovakia,1,Beasiswa Spanyol,1,Beasiswa Swedia,2,Beasiswa Swiss,3,Beasiswa Taiwan,1,Beasiswa Thailand,3,Beasiswa Tiongkok,1,Beasiswa Turki,5,Beasiswa Uni Emirat Arab,1,Beasiswa Uni Eropa,2,Beasiswa Vietnam,1,Belanda,37,Belgia,10,Brazil,2,Brunei Darussalam,7,Bulgaria,3,Ceko,4,Chili,3,Cina,30,Denmark,10,Destinasi,65,Eropa,313,Event,5,Exchange,26,Fakta Unik,82,Festival Indonesia,2,Filipina,8,Finlandia,16,Hong Kong,6,Hungaria,4,IELTS,6,India,37,Indonesia,113,Info Beasiswa,64,Info Jurusan,12,Info Universitas,34,Inggris,86,Interview,445,Interview di Amerika,13,Interview di Arab Saudi,5,Interview di Australia,23,Interview di Austria,4,Interview di Belanda,12,Interview di Belgia,8,Interview di Ceko,3,Interview di Cina,12,Interview di Damaskus,1,Interview di Denmark,4,Interview di Filipina,3,Interview di Finlandia,10,interview di Hungaria,1,Interview di India,9,Interview di Indonesia,4,Interview di Inggris,32,Interview di Irlandia,1,Interview di Italia,11,Interview di Jepang,22,Interview di Jerman,20,Interview di Kanada,8,Interview di Korea Selatan,28,Interview di Malaysia,1,Interview di Maroko,6,Interview di Meksiko,1,Interview di Mesir,8,Interview di New Zealand,17,Interview di Perancis,25,Interview di Polandia,12,Interview di Portugal,11,Interview di Rusia,3,Interview di Selandia Baru,4,Interview di Singapura,6,Interview di Skotlandia,2,Interview di Spanyol,16,Interview di Swedia,2,Interview di Swiss,2,Interview di Taiwan,5,Interview di Thailand,8,Interview di Tiongkok,9,Interview di Turki,9,Interview di Yaman,1,Interview di Yordania,5,Irlandia,10,Islandia,1,Italia,16,Jakarta,1,Jamaika,1,Jepang,60,Jerman,46,Kanada,27,Karir,13,Kazakhstan,1,Kolombia,4,Korea Selatan,44,Kuliner,21,kuliner khas daerah,7,Kuliner Mancanegara,14,Launching Buku,1,Lebanon,3,Lithuania,1,LPDP,4,Malaysia,27,Maroko,9,Media,249,Meksiko,7,Mesir,19,motivasi,2,New York,1,New Zealand,15,News,3,Norwegia,2,Paraguay,1,Perancis,48,Polandia,14,Portugal,15,PPI,6,Prancis,1,Press Release,1,Prestasi,1,Profil PPI,7,Profil Universitas,51,Qatar,2,Rekomendasi,1,Rumania,2,Rusia,13,Selandia Baru,24,Sidney,1,Simposium Internasional PPI Dunia 2016,6,Singapura,30,Skotlandia,4,Slovakia,1,Spanyol,24,Student Life,150,Studenthack,348,Surabaya,2,Swedia,19,Swiss,15,Taiwan,9,Thailand,13,Tiongkok,19,Tips,7,Tips Beasiswa,16,Tips Belajar Bahasa Inggris,9,Tips Kuliah ke Luar Negeri,89,Tips Travelling,6,Tips Umum Kuliah di Luar Negeri,105,Tips Umum Kuliah Di Negeri Sendiri,47,TOEFL,12,Tokoh Dunia,2,Tokoh Indonesia,20,Traveling,6,Turki,20,Uni Emirat Arab,1,Uni Eropa,2,Universitas,36,Universitas Terbaik,56,Uruguay,2,Vietnam,1,Yaman,1,Yogyakarta,3,Yordania,5,Yunani,3,
ltr
item
Berkuliah.com: "When There Is a Hello, There would be a good bye.." Mesir, Terimakasih atas kenangannya
"When There Is a Hello, There would be a good bye.." Mesir, Terimakasih atas kenangannya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgisH5-s4L0BG-kAL3r8PF6ITfiPwsW-f_lfH2XJpXMOaC5BXUzvZrnby_uz_Dm0P3o-xtYvTAEB1kVSQqiqnFgTPJL8YH0K1vsDmxkWExW5fjPRGtAfCJfWYlDXHK7p2wL1sFZxCRZovbI/s640/WhatsApp+Image+2016-08-20+at+10.31.34.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgisH5-s4L0BG-kAL3r8PF6ITfiPwsW-f_lfH2XJpXMOaC5BXUzvZrnby_uz_Dm0P3o-xtYvTAEB1kVSQqiqnFgTPJL8YH0K1vsDmxkWExW5fjPRGtAfCJfWYlDXHK7p2wL1sFZxCRZovbI/s72-c/WhatsApp+Image+2016-08-20+at+10.31.34.jpeg
Berkuliah.com
http://www.berkuliah.com/2016/08/when-there-is-hello-there-would-be-good.html
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/2016/08/when-there-is-hello-there-would-be-good.html
true
6823463133590324440
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy