Ika Rahmawati menjadi salah satu sosok yang beruntung karena mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu di Tiongkok. Awalnya berkuliah di Jogj...
Ika Rahmawati menjadi salah satu sosok yang beruntung karena mendapat kesempatan untuk menuntut ilmu di Tiongkok. Awalnya berkuliah di Jogja namun kemudian takdir membawanya terbang ke Tiongkok dan menjadi mahasiswi di Yellow River Conservancy Technical Institute. Ingin tahu bagaimana Ika menjalani hari-harinya di Tiongkok? Ini dia pengalaman yang Ika bagikan kepada tim berkuliah.com.
Halo, nama lengkap saya Ika Rahmawati. Saya berasal dari Purwokerto dan waktu itu saya berkuliah di Yellow River Conservancy Technical Institute program D3 mengambil Water Conservancy and Hydropower Engineering Management di kota Kaifeng. Tanggal 20 Mei Alhamdulillah saya lulus dan mulai bulan Agustus saya ekstensi program S1 di Zhengzhou University.
Ceritanya lumayan asik sampai dengan saya bisa kuliah di Tiongkok. Sebelumnya saya selama satu tahun kuliah di UGM program D3 jurusan teknik sipil. Lalu ada pengumuman beasiswa ke Tiongkok. Kemudian dengan pengumpulan berkas dan wawancara dan seleksi tersebut saya bisa kuliah di Tiongkok selama tiga tahun dengan start dari awal dengan jurusan saya yang baru.
Setelah dinyatakan lolos beasiswa tidak ada persiapan tertentu, karena sebelumnya saya sudah pernah satu kali ke luar negeri jadi saya hanya mempersiapkan visa saja di Jakarta. Sebelum mendapatkan visa kita harus melakukan medical check up terlebih dahulu juga.
Nah, dalam melakukan packing barang-barang yang di bawa ke Tiongkok sebenarnya untuk pergi ke tempat yang berbeda kita harus back up makanan dulu karena takut kita belum terbiasa dengan makanan di sana. Maka awalnya saya membawa beberapa mie instan dan abon. Lalu saya jelas membawa mukena, alquran, tasbih, yang menjadi kewajiban saya juga untuk beribadah.
Banyak muslim dan muslimah yang membatalkan niat kuliah ke luar negeri karena takut susah nyari tempat ibadah atau makanan halal. Alhamdulilah di Kaifeng ini 10% penduduknya menganut agama Islam jadi banyak resto atau warung makan di sekitaran sini yang menyajikan makanan halal. Tapi karena uang beasiswa per bulannya juga tidak seberapa banyak jadi saya dan teman-teman yang lain memilih untuk masak setiap hari. Tapi kalau kita pergi main setiap weekend untuk berbelanja atau hari lain sewaktu kita ada waktu kita bisa pergi makan di luar. Di kantin juga ada makanan halal cuma sekarang kita lebih memilih masak sendiri untuk lebih hemat pastinya.
Kita ini kan mahasiswa, sebaiknya harus sudah mandiri, jadi kita harus biasakan masak, belanja, dan ngapain aja sendiri. Kalau untuk belanja sayuran, minyak dll biasanya kita pergi ke swalayan. Soalnya harganya lumayan murah dan lebih enak transport ke sana dan bisa sambil jalan-jalan juga. Tapi kalau kita mau berbelanja seperti kecap dan mie instan atau sejenis makanan Indonesia atau kita mau beli apapun seperti sepatu, baju, dll yang susah didapat dan mau harga murah kita bisa belanja online di taobao.com. Di sini semua lengkap.
Kalau saya biasanya sekali belanja misal hari Jumat atau Sabtu itu beli ayam paha dua kira-kira 10.000 dipotong menjadi enam potong. Kemudian saya bisa belanja terong ditambah kentang mungkin 3.000 ditambah membeli telur untuk cadangan makanan juga 4.000 sama mungkin bisa beli cabai satu kotak itu 8.000 bisa satu minggu lebih dipakainya. Kemudian beli beras patungan sama teman-teman yang lain itu kira-kira 10.000 bisa untuk empat sampai lima hari. Lalu karena di hari selasa biasanya siang kita free jadi saya dan teman-teman yang lain belanja lagi. Kadang diselingi beli ikan besoknya, beli dua atau tiga lalu satu ekornya 2.000 ditambah beli buncis atau sayur sawi juga bisa.
Tentang Masyarakat Tiongkok
Alhamdulilah masyarakat Tiongkok di sini semua baik-baik walaupun mereka kebanyakan atheis tapi mereka menghargai orang. Dan hobi mereka itu mentraktir orang jadi kita di sini sama dosen-dosen atau orang lain kadang baru kenal juga bisa diajak makan. Orang Tiongkok itu ramah-ramah juga, di Beijing walaupun kota besar juga orangnya ramah-ramah. Kadang suka heran sih kalau di Indonesia suka pada bilang orang Tiongkok itu pelit padahal aslinya baik semua di sini. Hanya karakter orang Tiongkok itu lebih tegas dan disiplin, professional juga.
Jadi saya tidak merasa kesulitan bergaul ketika di Tiongkok, karena keramahan orang Tiongkok, malah mereka yang selalu mengajak kita main bareng dan banyak juga foreign student atau foreign lainnya. Kadang juga bergaul sama ibu-ibu atau bapak-bapak mengobrol di jalan atau kalau kita lagi di bus di kereta pasti mereka banyak tanya-tanya akhirnya kita mengobrol.
Saat Jauh dengan Keluarga
Awalnya sih memang lebih berat yah. Tapi sebenarnya biasa saja sih karena saya juga sempat kuliah di Jogja selama satu tahun dan jauh dari orang tua jadi sudah mandiri dari dulu dan tidak kaget juga kalau terpaksa harus capek tiap hari memasak sehari dua kali untuk menghemat uang. Kalau dulu sering banget ditelepon atau video call tapi kalau sekarang sudah biasa saja. Ditelepon juga tapi lebih sering ke chat saja paling sama orang rumah. Kalau ada apa-apa pasti selalu keep in touch. Ya sesekali pasti kangen dengan orang rumah dan saya orangnya kadang jadi lebih sensitif banget kalau sudah soal orang tua pasti bisa langsung nangis kalau ada apa-apa. Lebih sering berdoa beribadah saja diserahkan kepada Allah. Tapi sekarang rasanya seperti sudah betah banget di sini hehehe. Kalau di sini seperti lebih terkontrol hidupnya.
Untuk urusan transportasi saya biasanya kemana-mana naik bus sekali naik bayar 2.000. Tapi kalau di kota besar bisa pakai subway. Transportasi umum di sini tertata rapi semuanya.
Fasilitas Kesehatan
Kalau kampus ada juga klinik kecil ya kadang kita kesitu atau kemarin sempat ke rumah sakit untuk ke dokter gigi. Bagus sih fasilitasnya hanya mereka masih lebih menerapkan ke diri kita juga yang harus pintar menjaga kesehatan. Seperti harus minum air hangat dan mengurangi makan cabai.
Menghabiskan Waktu Bersama Teman
Saya lebih suka ke pasar malam sih ke pusat perbelanjaan sewaktu pikiran sudah penat. Di sana banyak jajan-jajan yang murah, enak, dan halal. Lalu kita juga bisa sambil berbelanja baju, tas, atau kebutuhan kita yang murah pastinya. Jarang sekali untuk saya dan teman-teman membeli sesuatu yang mahal atau bahkan berbelanja baju di toko terkecuali ada diskon.
Pasar malamnya itu ada di pusat perbelanjaan kota. Di sekitarnya banyak sekali toko-toko baju, ada swalayan, mall, ada toko-toko di bawah tanah. Di daerah itu juga terdapat banyak macam makanan jajan atapun minuman dan juga kafe-kafe. Jadi tempat itu tempat favorit banget yang rutin dikunjungi. Kalau sedang jenuh kita juga bisa karaoke bareng habis makan-makan. Pemandangan kotanya pas malam juga kelihatan bagus.
Pengalaman Paling Menarik
Pengalaman menarik sebenarnya waktu saya tinggal di Beijing selama satu bulan untuk magang di kedubes. Waktu saya pulang dari apartemen teman dengan muka sedih karena sempat ada beberapa masalah di Beijing dan saya hanya hidup sendirian, lalu ada seorang ibu dengan penampilan sangat biasa atau sudah kucel menghampiri saya karena saya berjilbab dan dia juga seorang muslimah. Lalu dia mengajak saya untuk makan bersama keluarganya dan imam di rumahnya weekend nanti. Sebenarnya saya juga bingung untuk menerima atau menolak karena saya sendiri merasa weekend hanya untuk istirahat karena magang saya sudah cukup melelahkan. Lalu saya mengiyakan ajakannya dan hari itu saya melihat dia dengan sosok yang baru. Dia berdandan layaknya orang kaya lalu mengajak saya bertemu dengan imam. Kami kemudian ke pasar dimana adiknya berbisnis daging halal lalu ke rumah adik dan saudara-saudara islam yang saya tidak tahu untuk dibacakan doa-doa oleh imamnya itu. Lalu kita lanjut ke aparteman dan imamnya pun kembali berdoa di rumah itu. Suasana rumah dan orang-orang di rumah itu sangat nyaman, semua orang sangat baik. Lalu kita makan bersama di restoran kita banyak bercerita lalu kita berpisah. Dia bilang sesama orang muslim adalah saudara, itulah orang muslim di Tiongkok, semua sangat baik.
Tentang magang saya di dubes, di sana saya masuk di departemen seni dan budaya. Saya diajarkan mengenai laporan harian mingguan dan laporan khusus yang biasa mereka buat lalu saya juga mengeksplorasi pariwisata Indonesia untuk dijadikan jadwal pariwisata nantinya. Saya magang di sana selama satu bulan.
Pelajaran Penting Ketika Kuliah di Tiongkok
Lebih menghargai semua yang kita miliki. Dari menghargai orang tua, karena kita berada di sini juga karena doa orang tua. Harus lebih banyak menabung seharusnya karena masalah bisa datang tiba-tiba dan hanya diri kita sendiri yang bisa menyelesaikan masalah kita, tidak dengan bergantung pada orang lain.
Reporter: Adelina Mayang
Halo, nama lengkap saya Ika Rahmawati. Saya berasal dari Purwokerto dan waktu itu saya berkuliah di Yellow River Conservancy Technical Institute program D3 mengambil Water Conservancy and Hydropower Engineering Management di kota Kaifeng. Tanggal 20 Mei Alhamdulillah saya lulus dan mulai bulan Agustus saya ekstensi program S1 di Zhengzhou University.
Ceritanya lumayan asik sampai dengan saya bisa kuliah di Tiongkok. Sebelumnya saya selama satu tahun kuliah di UGM program D3 jurusan teknik sipil. Lalu ada pengumuman beasiswa ke Tiongkok. Kemudian dengan pengumpulan berkas dan wawancara dan seleksi tersebut saya bisa kuliah di Tiongkok selama tiga tahun dengan start dari awal dengan jurusan saya yang baru.
Setelah dinyatakan lolos beasiswa tidak ada persiapan tertentu, karena sebelumnya saya sudah pernah satu kali ke luar negeri jadi saya hanya mempersiapkan visa saja di Jakarta. Sebelum mendapatkan visa kita harus melakukan medical check up terlebih dahulu juga.
Nah, dalam melakukan packing barang-barang yang di bawa ke Tiongkok sebenarnya untuk pergi ke tempat yang berbeda kita harus back up makanan dulu karena takut kita belum terbiasa dengan makanan di sana. Maka awalnya saya membawa beberapa mie instan dan abon. Lalu saya jelas membawa mukena, alquran, tasbih, yang menjadi kewajiban saya juga untuk beribadah.
Banyak muslim dan muslimah yang membatalkan niat kuliah ke luar negeri karena takut susah nyari tempat ibadah atau makanan halal. Alhamdulilah di Kaifeng ini 10% penduduknya menganut agama Islam jadi banyak resto atau warung makan di sekitaran sini yang menyajikan makanan halal. Tapi karena uang beasiswa per bulannya juga tidak seberapa banyak jadi saya dan teman-teman yang lain memilih untuk masak setiap hari. Tapi kalau kita pergi main setiap weekend untuk berbelanja atau hari lain sewaktu kita ada waktu kita bisa pergi makan di luar. Di kantin juga ada makanan halal cuma sekarang kita lebih memilih masak sendiri untuk lebih hemat pastinya.
Kita ini kan mahasiswa, sebaiknya harus sudah mandiri, jadi kita harus biasakan masak, belanja, dan ngapain aja sendiri. Kalau untuk belanja sayuran, minyak dll biasanya kita pergi ke swalayan. Soalnya harganya lumayan murah dan lebih enak transport ke sana dan bisa sambil jalan-jalan juga. Tapi kalau kita mau berbelanja seperti kecap dan mie instan atau sejenis makanan Indonesia atau kita mau beli apapun seperti sepatu, baju, dll yang susah didapat dan mau harga murah kita bisa belanja online di taobao.com. Di sini semua lengkap.
Tentang Masyarakat Tiongkok
Alhamdulilah masyarakat Tiongkok di sini semua baik-baik walaupun mereka kebanyakan atheis tapi mereka menghargai orang. Dan hobi mereka itu mentraktir orang jadi kita di sini sama dosen-dosen atau orang lain kadang baru kenal juga bisa diajak makan. Orang Tiongkok itu ramah-ramah juga, di Beijing walaupun kota besar juga orangnya ramah-ramah. Kadang suka heran sih kalau di Indonesia suka pada bilang orang Tiongkok itu pelit padahal aslinya baik semua di sini. Hanya karakter orang Tiongkok itu lebih tegas dan disiplin, professional juga.
Jadi saya tidak merasa kesulitan bergaul ketika di Tiongkok, karena keramahan orang Tiongkok, malah mereka yang selalu mengajak kita main bareng dan banyak juga foreign student atau foreign lainnya. Kadang juga bergaul sama ibu-ibu atau bapak-bapak mengobrol di jalan atau kalau kita lagi di bus di kereta pasti mereka banyak tanya-tanya akhirnya kita mengobrol.
Saat Jauh dengan Keluarga
Awalnya sih memang lebih berat yah. Tapi sebenarnya biasa saja sih karena saya juga sempat kuliah di Jogja selama satu tahun dan jauh dari orang tua jadi sudah mandiri dari dulu dan tidak kaget juga kalau terpaksa harus capek tiap hari memasak sehari dua kali untuk menghemat uang. Kalau dulu sering banget ditelepon atau video call tapi kalau sekarang sudah biasa saja. Ditelepon juga tapi lebih sering ke chat saja paling sama orang rumah. Kalau ada apa-apa pasti selalu keep in touch. Ya sesekali pasti kangen dengan orang rumah dan saya orangnya kadang jadi lebih sensitif banget kalau sudah soal orang tua pasti bisa langsung nangis kalau ada apa-apa. Lebih sering berdoa beribadah saja diserahkan kepada Allah. Tapi sekarang rasanya seperti sudah betah banget di sini hehehe. Kalau di sini seperti lebih terkontrol hidupnya.
Untuk urusan transportasi saya biasanya kemana-mana naik bus sekali naik bayar 2.000. Tapi kalau di kota besar bisa pakai subway. Transportasi umum di sini tertata rapi semuanya.
Fasilitas Kesehatan
Kalau kampus ada juga klinik kecil ya kadang kita kesitu atau kemarin sempat ke rumah sakit untuk ke dokter gigi. Bagus sih fasilitasnya hanya mereka masih lebih menerapkan ke diri kita juga yang harus pintar menjaga kesehatan. Seperti harus minum air hangat dan mengurangi makan cabai.
Menghabiskan Waktu Bersama Teman
Saya lebih suka ke pasar malam sih ke pusat perbelanjaan sewaktu pikiran sudah penat. Di sana banyak jajan-jajan yang murah, enak, dan halal. Lalu kita juga bisa sambil berbelanja baju, tas, atau kebutuhan kita yang murah pastinya. Jarang sekali untuk saya dan teman-teman membeli sesuatu yang mahal atau bahkan berbelanja baju di toko terkecuali ada diskon.
Pasar malamnya itu ada di pusat perbelanjaan kota. Di sekitarnya banyak sekali toko-toko baju, ada swalayan, mall, ada toko-toko di bawah tanah. Di daerah itu juga terdapat banyak macam makanan jajan atapun minuman dan juga kafe-kafe. Jadi tempat itu tempat favorit banget yang rutin dikunjungi. Kalau sedang jenuh kita juga bisa karaoke bareng habis makan-makan. Pemandangan kotanya pas malam juga kelihatan bagus.
Pengalaman Paling Menarik
Pengalaman menarik sebenarnya waktu saya tinggal di Beijing selama satu bulan untuk magang di kedubes. Waktu saya pulang dari apartemen teman dengan muka sedih karena sempat ada beberapa masalah di Beijing dan saya hanya hidup sendirian, lalu ada seorang ibu dengan penampilan sangat biasa atau sudah kucel menghampiri saya karena saya berjilbab dan dia juga seorang muslimah. Lalu dia mengajak saya untuk makan bersama keluarganya dan imam di rumahnya weekend nanti. Sebenarnya saya juga bingung untuk menerima atau menolak karena saya sendiri merasa weekend hanya untuk istirahat karena magang saya sudah cukup melelahkan. Lalu saya mengiyakan ajakannya dan hari itu saya melihat dia dengan sosok yang baru. Dia berdandan layaknya orang kaya lalu mengajak saya bertemu dengan imam. Kami kemudian ke pasar dimana adiknya berbisnis daging halal lalu ke rumah adik dan saudara-saudara islam yang saya tidak tahu untuk dibacakan doa-doa oleh imamnya itu. Lalu kita lanjut ke aparteman dan imamnya pun kembali berdoa di rumah itu. Suasana rumah dan orang-orang di rumah itu sangat nyaman, semua orang sangat baik. Lalu kita makan bersama di restoran kita banyak bercerita lalu kita berpisah. Dia bilang sesama orang muslim adalah saudara, itulah orang muslim di Tiongkok, semua sangat baik.
Tentang magang saya di dubes, di sana saya masuk di departemen seni dan budaya. Saya diajarkan mengenai laporan harian mingguan dan laporan khusus yang biasa mereka buat lalu saya juga mengeksplorasi pariwisata Indonesia untuk dijadikan jadwal pariwisata nantinya. Saya magang di sana selama satu bulan.
Pelajaran Penting Ketika Kuliah di Tiongkok
Lebih menghargai semua yang kita miliki. Dari menghargai orang tua, karena kita berada di sini juga karena doa orang tua. Harus lebih banyak menabung seharusnya karena masalah bisa datang tiba-tiba dan hanya diri kita sendiri yang bisa menyelesaikan masalah kita, tidak dengan bergantung pada orang lain.
Reporter: Adelina Mayang