Halo sobat berkulliah, bagaimana kabar hari ini? Nah, kali ini kita sudah punya satu lagi kisah menarik dari salah satu pelajar Indonesia ...
Halo sobat berkulliah, bagaimana kabar hari ini? Nah, kali ini kita sudah punya satu lagi kisah menarik dari salah satu pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di Polandia. Salah satu putra bangsa yang sedang belajar di Polandia ini berhasil mendapatkan beasiswa Ignacy Lukasiewicz. Keren kan?
Kalau kamu mau tahu ceritanya lebih banyak, dan ingin dapet insight positif biar ketularan dapet beasiswa, simak baik-baik hasil interview di bawah ini!
Hi, perkenalkan nama saya Hafidz Wibby Ramadhan, teman saya biasa memanggil saya Wibby, saat ini saya sedang persiapan kuliah bahasa polandia di Politechnika Krakowska. Selanjutnya saya akan berkuliah S2 di AGH UST Kraków dengan mengambil konsentrasi Teknik Gas.
Awal saya bisa kuliah di Polandia adalah ketika saya mendapatkan informasi kuliah di Polandia dan adanya beasiswa dari pemerintah Polandia. Saya termasuk salah satu penerima beasiswa Ignacy Łukasiewicz angkatan pertama dari Indonesia yang berkuliah di bidang sains dan teknologi dimana seluruh biaya pendidikan dan biaya hidup ditanggung oleh pemerintahan Polandia. Jujur saya dibilang termasuk beruntung karena pada saat pengumuman beasiswa ini tidak terlalu viral seperti pada pengumuman untuk tahapan kedua dan jumlah yang diterima pada angatan saya pun termasuk banyak yaitu sekitar 23 awardee, sampai sekarang saya juga masih tidak percaya kalau saya bisa mendapatkan besiswa ini.
Beasiswa dari Pemerintah Polandia ini memang masih belum populer di kalangan para pemburu beasiswa, sama halnya kayak LPDP dulu. Pada waktu LPDP pertama kali belum banyak yang tahu, tapi sekarang coba bayangin berapa orang pendaftar tiap batch-nya? Beasiswa Ignacy Łukasiewicz mengambil nama dari seorang industrialis dan penemu asal Polandia, satu diantara tokoh yang sangat berjasa di era-nya dimana beliau adalah penemu dari lampu kerosin juga sebagai pionir industri minyak & gas di dunia pada saat itu, sehingga tidak lah heran jika beasiswa ini lebih di khusus kan untuk calon mahasiswa yang akan melanjutkan studi di bidang sains dan teknologi karena sesuai dengan bidang yang di geluti oleh sang tokoh. Ignacy Łukasiewicz memiliki skema yang berbeda antara penerima S2 dengan S3. Untuk penerima jenjang S2, diwajibkan mengikuti persiapan bahasa polandia selama satu tahun baru dilanjutkan dengan kuliah S2 sementara untuk penerima jenjang S3, penerima langsung melakukan riset di universitas yang menjadi pilihannya. Pengumuman mengenai pembukaan pendaftaran beasiswa dilakukan di antara bulan Mei dan Juni dan dalam setahun hanya ada satu kali masa pendaftaran.
Setiap beasiswa yang ada pastilah membutuhkan persiapan sebelum apply, terlebih dalam menyiapkan dokumen-dokumen sebagai persyaratan umum. Tentunya dokumen-dokumen penting seperti Ijazah dan hasil nilai sekolah menengah atas dan sarjana ataupun master tergantung mau daftar beasiswa S2 atau S3, kemudian proposal penelitian atau rancangan thesis, sertifikat kecakapan bahasa asing dalam hal ini bahasa inggris, bisa TOEFL dan IELTS, serta yang paling penting passport, kenapa saya bilang penting, karena dari observasi pribadi saya, banyak rekan-rekan saya yang punya keinginan untuk sekolah ke luar negeri tapi ketika disuruh mengurus passport ogah-ogahan. Nah, gimana coba? Mau kuliah ke luar negeri ogah bikin passport. Padahal passport itu hal yang paling penting banget, persyaratan lengkap buat daftar kuliah dan beasiswa, tapi nggak punya passport ya sama aja bo’ong.
Sebagai mahasiswa internasional yang berasal dari Indonesia pastilah memiliki rasa “surprise” ketika berada di tempat baru, terlebih negara baru berbeda benua dan cuaca. Kesan pertama saya sebagai orang dari daerah tropis yang baru pertama kali ke daratan eropa, khususnya Polandia adalah suhu disana yang dingin. Mungkin karena kedatangan saya waktu itu bertepatan dengan dimulainya musim gugur, dimana suhunya mencapai kisaran 15 hingga 25 derajat celcius. Namun dengan sedikit adaptasi saya tidak menemui masalah yang kaitannya dengan suhu. Kemudian kota nya tertata rapih dan masyarakat yang cukup tertib.
Berbicara kuliah di luar negeri pasti juga membicarakan dimana nantinya kita akan tinggal. Nah, untuk tempat tinggal, saya berterima kasih dengan kampus, karena sudah diberikan fasilitas asrama dimana satu kamar di isi oleh dua orang dan setiap bulannya saya hanya perlu membayar 310 zloty atau setara Rp. 1 juta rupiah dimana uang tersebut saya dapat dari uang saku bulanan yang diberikan oleh pemberi beasiswa. Selain itu lokasi nya yang strategis karena berdekatan sekali dengan tempat saya belajar, hanya memerlukan waktu lima menit jalan kaki.
Untuk ke kampus saya lebih suka berjalaan kaki karena seperti yang saya bilang tadi, cuma lima menit jalan kaki. Kalau untuk berpergian lumayan jauh, alat transportasi andalan selama saya disini adalah bis dan tram, saya menikmati fasilitas harga khusus untuk pelajar yang lumayan mengurangi beban pengeluaran bulanan. Karena untuk paket langganan per semesternya saya hanya perlu membayar sekitar 185 zloty atau setara Rp.630 ribu. Harga khusus mahasiswa ini lebih murah 60% jika dibandingkan dengan membeli tiket langganan normal atau non-pelajar, sehingga saya sebagai pelajar merasa di apresiasi oleh pemerintahan setempat dengan adanya fasilitas diskon ini. Selain bis dan tram, ketika musim summer tiba saya lebih senang berkendara dengan sepeda kesayangan saya untuk berbagai tujuan yang dirasa cukup dekat.
Kemudahan-kemudahan yang ingin kita dapatkan ketika kuliah di luar negeri seperti bisa traveling kemana-mana, belanja, komunikasi dengan pihak asrama, dan lain-lain harus didukung dengan kemampuan komunikasi yang baik, dalam hal ini adalah bahasa. Menurut saya sendiri, bahasa mungkin adalah satu dari beberapa kendala yang saya temui pada awal-awal karena orang disini sehari-hari berkomunikasi dengan bahasa Polandia, namun jangan khawatir mayoritas masyarakat Polandia, khususnya generasi mudanya memiliki penguasaan bahasa inggris, sehingga saya tidak menemui kendala di masa transisi saya, namun penguasaan bahasa lokal merupakan nilai bonus dan bagi saya menjadi salah satu pencapaian tersendiri apabila saya bisa menguasai salah satu bahasa yang memiliki struktur gramatika kompleks.
Negara baru, suasana baru, makanan baru, cuaca baru, dan semuanya serba baru. Pastinya kita perlu sekali adaptasi, biar makin kesini makin nyaman dalam menjalani kuliah dan hidup sehari-hari. Proses adaptasi mungkin lebih relatif karena tiap orang akan berbeda, dari pengalaman pribadi saya, perlu waktu satu bulan untuk beradaptasi utamanya soal makanan, karena cita rasa makanan disini cukup hambar jika dibandingkan dengan makanan Indonesia, tapi lama kelamaan lidah saya mulai terbiasa juga. Untungnya di Kraków ada komunitas orang Indonesia yang sering mengadakan kegiatan arisan bulanan, dan seringnya kita memasak makanan Indonesia, jadi agak sedikit terobati juga rindu makan makanan Indonesia.
Ngomongin soal rindu sama Indonesia dan semua yang ada di dalamnya, saya mencoba mensiasatinya dengan bargabung bersama PPI Polandia. Alhamdulillah cara ini lumayan ampuh. Saat ini saya diberi amanah oleh teman - teman PPI untuk menjalankan tugas sebagai wakil ketua PPI, bergabung dengan PPI menurut pendapat pribadi saya sangat penting karena di PPI kita beberapa kali juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Polandia, jadi semacam agent budaya merangkap mahasiwa. Selain itu karena sesama perantau, membuat sesama anggota PPI memiliki ikatan kekeluargaan yang erat dan siap membantu satu dan lainnya. Selain bargabung dengan PPI saya juga diberi kesempatan untuk bekerja paruh waktu di salah satu startup teknologi yang berbasis di Kraków yang bergerak di bidang marketing. Jadi waktu saya sebisa mungkin saya isi dengan kegiatan yang positif.
Sampai dengan saat ini saya tetap menjalani hari-hari saya dengan bahagia. Tentunya dalam setiap harinya saya selalu menemui hal-hal yang berbeda, dan bisa dijadikan pengalaman yang nantinya bisa saya ceritakan kelak kepada keluarga saya di Indonesia. Dari sekian banyaknya pengalaman, ada satu pengalaman unik yang berkaitan dengan salah paham dalah hal komunikasi berbahasa polandia dengan teman lokal disini. Sore hari dia bicara kepada saya “Idziemy na pole” yang secara harafiah kalau diterjemahkan secara bebas ada “ayo kita pergi ke ladang” dan waktu itu langsung saya jawab dengan “untuk apa pergi ladang, dan mau menanam apa disana?”. Ketika saya jawab seperti itu teman-teman saya tertawa terbahak-bahak. Dan saya baru tau, bahwa kata itu adalah ajakan untuk pergi keluar sekedar hang out bareng yang dialektikanya banyak dipakai oleh masyarakat selatan Polandia.
Untuk Teman-teman yang Ingin Kuliah di Polandia!
Tipsnya adalah yang pertama bergabung dengan komunitas yang memberikan banyak informasi mengenai kesempatan kuliah di luar negeri, saya rasa komunitas seperti Berkuliah ini sedikit banyak menjembatani teman-teman yang selama ini masih merasa kurang mendapatkan info tentang adanya beasiswa atau kesempatan sekolah ke luar negeri. Kedua persiapkan dokumen dokumen penting untuk keperluan pndaftaran baik itu beasiswa atau sekolah dengan sebaik mungkin. Dan yang terakhir jangan pernah takut gagal atau takut di tolak aplikasi sekolah maupun beasiswanya. Kegagalan bisa dijadikan ajang evaluasi diri, tetap persisten dan yakin bahwa ada jutaan pintu kesempatan yang siap terbuka jika kalian mau berusaha. Semangat!
Reporter: Adelina Mayang