Sudah lama sekali Berkuliah pengen mewawancarai wanita satu ini. Senang rasanya sekarang ceritanya sudah bisa ditampilkan di dalam website ...
Sudah lama sekali Berkuliah pengen mewawancarai wanita satu ini. Senang rasanya sekarang ceritanya sudah bisa ditampilkan di dalam website ini. Wanita ini adalah mahasiswa Indonesia yang kuliah jenjang PhD di Denmark. Ia pernah menjabat sebagai Ketua PPI Denmark, dan juga udah traveling ke berbagai negara di Eropa. So, are you ready to read the story?
Halo semua. Nama saya Deby Fapyane dari Surabaya, sekarang sedang menempuh pendidikan Ph.D di iNANO (Interdisciplinary Nanoscience Center), Aarhus University, Denmark dengan Bidang Nanoteknologi yang berfokus pada Electrochemical Biosensor.
Banyak sekali yang bertanya kepada saya tentang “kenapa kuliah di luar negeri?”.
Alasan pertama saya kuliah ke luar negeri adalah untuk melihat dunia. Mari kita membayangkan bahwa dunia adalah buku yang mana setiap tempat adalah halaman. Saya pribadi ingin membaca banyak halaman dari buku tersebut.
Sampai pada akhirnya saya bisa kuliah di negara ini, sebenarnya saya dulu tidak khusus memilih Denmark. Saya mencari berdasarkan spesialisasi dan bidang riset saya pada saat menempuh master. Master studi saya sudah di Korea Selatan, jadi saya ingin melanjutkan PhD ke Eropa. Saya melamar ke banyak universitas di Eropa, tetapi yang menawarkan project PhD dengan spesifikasi sesuai dengan bidang saya adalah iNANO, Aarhus University. Jadilah saya pindah ke Denmark.
Bisa dibilang kalau sistem pendidikan di sini, terutama untuk mahasiswa yang menempuh PhD berbeda sekali dengan di Indonesia. Pada saat pindah ke Denmark, saya tidak berstatus langsung menjadi pelajar PhD, saya terlebih dulu menempuh masa internship di iNANO selama setahun. Internship ini adalah masa untuk professor mengenal calon PhD student mereka. Untuk menjadi PhD di iNANO, mereka sangat mengutamakan nilai IPK saat bachelor dan master, terutama untuk posisi PhD yang akan dianggap setara dengan pegawai universitas, dengan kata lain, menerima gaji dari proyek universitas. Lalu, saya mendapat kontrak 3 tahun PhD karena saya telah menempuh bachelor dan master selama minimum 5 tahun. Setelah menjadi PhD student, saya harus menyelesaikan 30 ECTS, lulus siding tengah PhD setelah 1.5 tahun dan menyelesaikan thesis dalam 3 tahun.
Menjadi mahasiswa PhD selama 3 tahun harus selalu siap dengan apa yang akan dipelajari, diteliti, dan dilakukan. Tantangan terbesar saat menjadi PhD student di iNANO adalah tuntutan untuk publikasi jurnal ilmiah dengan kualitas yang tinggi. Kita memerlukan teknik menulis dan interpretasi data riset ilmiah yang baik. Di samping itu, kreatifitas dalam mengembangkan ide riset juga sangat diperlukan, karena di dunia ilmiah hanya mengenal dua kata: Publish or perish. Selain itu, berkuliah di luar negeri harus mandiri dalam segala hal. Mandiri dalam riset tetapi juga harus tahu bagaimana bekerja sama dengan orang lain.
Tips Belajar Bahasa
Kuliah ke luar negeri itu perlu banget persiapan bahasa. Untuk belajar bahasa asing, bisa Inggris, Korea, Jepang, Belanda, Rusia, atau bahasa apapun, bagi saya yang terpenting adalah niat. Apalagi sekarang, media sudah sangat menunjang untuk belajar bahasa. Memang sulit di awal untuk mengerti, apalagi setiap orang mempunyai aksen yang berbeda-beda, tetapi nanti lama-lama juga terbiasa. Tips bagi rekan-rekan yang ingin belajar di luar negeri, latihan mendengar adalah yang paling penting. Cobalah mendengarkan berita dari CNN atau BBC.
”Naked Run” Event yang Bikin Shock!
Pada saat berangkat ke Denmark, saya sudah siap hati melihat yang berbeda. Sudah melihat-lihat artikel bagaimana Danes dan Danish culture. Hal yang mungkin membuat saya paling shock adalah ketika Kapsejladsen di Aarhus University, dimana salah satu eventnya adalah naked run untuk pelajar dengan hadiah tiket konser musik terbesar di Denmark.
Secara umum, masyarakat Denmark mampu berbahasa Inggris. Jadi tidak ada masalah untuk berkomunikasi dengan mereka. Hanya saja, Danes agak tertutup dengan privasi mereka. Mungkin memerlukan waktu untuk berteman lebih dekat.
Yap, makanan sering banget jadi faktor terjadinya culture shock bagi orang-orang tertentu. Untuk saya pribadi, saya suka mencoba hal-hal baru, pada awalnya saya senang mencoba makanan ala Denmark seperti smorre brod atau rugbrod. Dessert ala Denmark favorit saya adalah ris-alamand dengan saus cherry. Tetapi memang lidah tidak bisa bohong. Saya kembali ke selera nusantara. Untungnya di sini ada toko Asia yang menyediakan bahan-bahan makanan Asia.
Soal cuaca, Denmark terkenal dengan cuaca yang sangat berangin, mendung, hujan dan dingin. Bagi saya tidak ada masalah, karena pada dasarnya saya suka cuaca dingin dan kurang suka matahari. Jadi saya santai saja.
UNIQUE: Something special from Danes!
Nah, di Denmark ini ada hal yang unik yang mungkin orang Indonesia lainnya juga bakalan heran sama seperti saya. Hal yang paling unik dari Danes adalah kemampuan mereka untuk jogging di segala cuaca. Pengalaman paling menarik bagi saya adalah pada saat badai angin dan hujan di Denmark, pada saat itu sangat sulit untuk berjalan karena angin yang sangat kencang. Tetapi Danes, mungkin dibekali gen Viking yang kuat, mereka tetap jogging dengan santainya, bahkan saat temperatur di bawah nol sekalipun.
Living Cost in Denmark!
Biaya hidup di Denmark memang lumayan mahal. Alhamdulilah saya berkuliah dan digaji dari proyek universitas yang lebih dari cukup. Untuk biaya hidup di Aarhus, akomodasi berkisar 2000-4000 DKK, untuk logistik dan transportasi mungkin 2000-3000 DKK, total 4000-7000 DKK atau 600-1000 euro. Besarnya biaya kuliah bervariasi per-universitas, dengan prakiraan annual fee 8000-13,500 euro untuk master degree. Mahalnya biaya hidup dan kuliah di Denmark, membuat kebanyakan para mahasisa Indonesia di Denmark, datang dengan beasiswa, baik dari Indonesia atau universitas di Denmark.
Pengalaman Jadi Ketua PPI Denmark
Menjadi ketua PPI Denmark adalah pengalaman paling berharga bagi saya. Terlebih karena mahasiswa Indonesia di Denmark tidak banyak, jadi kami sangat dekat, saling berbagi dan membantu. Tahun lalu, kami memulai adanya PPIDK talk, sebagai wadah berbagi pengetahuan di PPI Denmark. PPI Denmark juga bergabung ke aliansi PPI Nordic-Baltic bersama PPI Norwegia, PPI Finlandia, PPI Swedia dan PPI Estonia. Kami mengadakan konferensi PPI Nordic-Baltic setiap tahun sebagai acara tahunan yang diadakan di salah satu kota di kawasan Nordik atau Baltik.
Selain berkuliah dan bergabung dengan PPI, saya juga mengikuti kelas bahasa Danish dan kelas beladiri taekwondo. Tetapi, sementara off dahulu karena sibuk dengan riset kegiatan mengajar. Di Aarhus university, para mahasiswa PhD yang digaji oleh universitas diharuskan untuk mengajar di mata kuliah untuk para mahasiswa bachelor selama 60-70 jam per-semester.
Traveling!
Kalau boleh saya bilang, saya ini part time student full time traveler. Setiap ada kesempatan dan tiket murah untuk traveling, saya pasti pergi. So far, saya sudah melanglang buana ke 17 negara di Eropa, baik untuk liburan atau konferensi. Menurut saya traveling di Eropa sangat mudah, cuma modal peta dan jiwa petualang. Saat traveling di Eropa, saya makin ingat dengan Indonesia, bahwa kita amat sangat kaya.
Kuliah di Denmark menjadikan saya memiliki banyak sekali pengalaman-pengalaman yang luar biasa, mulai dari yang unik, bikin seneng, bikin sedih, bikin capek, bikin semangat menggebu-gebu. Bagi saya, Denmark itu sangat unik. Dari cuacanya yang tidak menentu, orang-orangnya yang dingin, tetapi juga hangat di saat yang sama, dan juga bahasanya yang lucu (jika ingin fasih bahasa Denmark, mereka bilang untuk berbahasa inggris dengan kentang panas di mulut).
Untuk Teman-teman Pelajar di Indonesia!
Cihuuuyyyy…. Kisahnya mbak Deby ini keren banget yak? Nah, buat temen-temen pelajar yang pengen banget kuliah ke luar negeri bisa contoh mbak Deby, minim biaya pun tetap bisa kuliah ke luar negeri dengan berbagai cara dan usaha. Terlebih buat kamu cewek-cewek tangguh Indonesia, yuk semangat lagi ngejar mimpinya!
Reporter: Adelina Mayang
Pengen sharing dan chating cantik sama admin berkuliah? Langsung follow aja LINE@ di @berkuliah!
Halo semua. Nama saya Deby Fapyane dari Surabaya, sekarang sedang menempuh pendidikan Ph.D di iNANO (Interdisciplinary Nanoscience Center), Aarhus University, Denmark dengan Bidang Nanoteknologi yang berfokus pada Electrochemical Biosensor.
Banyak sekali yang bertanya kepada saya tentang “kenapa kuliah di luar negeri?”.
Alasan pertama saya kuliah ke luar negeri adalah untuk melihat dunia. Mari kita membayangkan bahwa dunia adalah buku yang mana setiap tempat adalah halaman. Saya pribadi ingin membaca banyak halaman dari buku tersebut.
Alasan kedua adalah alasan kualitas. Saya sangat tertarik dengan dunia riset, tetapi di Indonesia, dana untuk riset sangat minim sehingga kualitas riset yang dihasilkan terkadang kurang maksimal, sedangkan bagi pelajar S2 dan S3, publikasi riset di jurnal dengan impact factor tinggi sangat penting. Terlebih lagi, pelajar S2 di Indonesia, umumnya harus mengeluarkan dana yang tinggi, yang dimana saya tidak mampu. Saya ini mimpinya tinggi tapi dana tidak mampu, jadi ya bonek melamar ke luar negeri dengan harapan mendapat beasiswa!
Sampai pada akhirnya saya bisa kuliah di negara ini, sebenarnya saya dulu tidak khusus memilih Denmark. Saya mencari berdasarkan spesialisasi dan bidang riset saya pada saat menempuh master. Master studi saya sudah di Korea Selatan, jadi saya ingin melanjutkan PhD ke Eropa. Saya melamar ke banyak universitas di Eropa, tetapi yang menawarkan project PhD dengan spesifikasi sesuai dengan bidang saya adalah iNANO, Aarhus University. Jadilah saya pindah ke Denmark.
Bisa dibilang kalau sistem pendidikan di sini, terutama untuk mahasiswa yang menempuh PhD berbeda sekali dengan di Indonesia. Pada saat pindah ke Denmark, saya tidak berstatus langsung menjadi pelajar PhD, saya terlebih dulu menempuh masa internship di iNANO selama setahun. Internship ini adalah masa untuk professor mengenal calon PhD student mereka. Untuk menjadi PhD di iNANO, mereka sangat mengutamakan nilai IPK saat bachelor dan master, terutama untuk posisi PhD yang akan dianggap setara dengan pegawai universitas, dengan kata lain, menerima gaji dari proyek universitas. Lalu, saya mendapat kontrak 3 tahun PhD karena saya telah menempuh bachelor dan master selama minimum 5 tahun. Setelah menjadi PhD student, saya harus menyelesaikan 30 ECTS, lulus siding tengah PhD setelah 1.5 tahun dan menyelesaikan thesis dalam 3 tahun.
Menjadi mahasiswa PhD selama 3 tahun harus selalu siap dengan apa yang akan dipelajari, diteliti, dan dilakukan. Tantangan terbesar saat menjadi PhD student di iNANO adalah tuntutan untuk publikasi jurnal ilmiah dengan kualitas yang tinggi. Kita memerlukan teknik menulis dan interpretasi data riset ilmiah yang baik. Di samping itu, kreatifitas dalam mengembangkan ide riset juga sangat diperlukan, karena di dunia ilmiah hanya mengenal dua kata: Publish or perish. Selain itu, berkuliah di luar negeri harus mandiri dalam segala hal. Mandiri dalam riset tetapi juga harus tahu bagaimana bekerja sama dengan orang lain.
Tips Belajar Bahasa
Kuliah ke luar negeri itu perlu banget persiapan bahasa. Untuk belajar bahasa asing, bisa Inggris, Korea, Jepang, Belanda, Rusia, atau bahasa apapun, bagi saya yang terpenting adalah niat. Apalagi sekarang, media sudah sangat menunjang untuk belajar bahasa. Memang sulit di awal untuk mengerti, apalagi setiap orang mempunyai aksen yang berbeda-beda, tetapi nanti lama-lama juga terbiasa. Tips bagi rekan-rekan yang ingin belajar di luar negeri, latihan mendengar adalah yang paling penting. Cobalah mendengarkan berita dari CNN atau BBC.
”Naked Run” Event yang Bikin Shock!
Pada saat berangkat ke Denmark, saya sudah siap hati melihat yang berbeda. Sudah melihat-lihat artikel bagaimana Danes dan Danish culture. Hal yang mungkin membuat saya paling shock adalah ketika Kapsejladsen di Aarhus University, dimana salah satu eventnya adalah naked run untuk pelajar dengan hadiah tiket konser musik terbesar di Denmark.
Secara umum, masyarakat Denmark mampu berbahasa Inggris. Jadi tidak ada masalah untuk berkomunikasi dengan mereka. Hanya saja, Danes agak tertutup dengan privasi mereka. Mungkin memerlukan waktu untuk berteman lebih dekat.
Yap, makanan sering banget jadi faktor terjadinya culture shock bagi orang-orang tertentu. Untuk saya pribadi, saya suka mencoba hal-hal baru, pada awalnya saya senang mencoba makanan ala Denmark seperti smorre brod atau rugbrod. Dessert ala Denmark favorit saya adalah ris-alamand dengan saus cherry. Tetapi memang lidah tidak bisa bohong. Saya kembali ke selera nusantara. Untungnya di sini ada toko Asia yang menyediakan bahan-bahan makanan Asia.
Soal cuaca, Denmark terkenal dengan cuaca yang sangat berangin, mendung, hujan dan dingin. Bagi saya tidak ada masalah, karena pada dasarnya saya suka cuaca dingin dan kurang suka matahari. Jadi saya santai saja.
UNIQUE: Something special from Danes!
Nah, di Denmark ini ada hal yang unik yang mungkin orang Indonesia lainnya juga bakalan heran sama seperti saya. Hal yang paling unik dari Danes adalah kemampuan mereka untuk jogging di segala cuaca. Pengalaman paling menarik bagi saya adalah pada saat badai angin dan hujan di Denmark, pada saat itu sangat sulit untuk berjalan karena angin yang sangat kencang. Tetapi Danes, mungkin dibekali gen Viking yang kuat, mereka tetap jogging dengan santainya, bahkan saat temperatur di bawah nol sekalipun.
Living Cost in Denmark!
Biaya hidup di Denmark memang lumayan mahal. Alhamdulilah saya berkuliah dan digaji dari proyek universitas yang lebih dari cukup. Untuk biaya hidup di Aarhus, akomodasi berkisar 2000-4000 DKK, untuk logistik dan transportasi mungkin 2000-3000 DKK, total 4000-7000 DKK atau 600-1000 euro. Besarnya biaya kuliah bervariasi per-universitas, dengan prakiraan annual fee 8000-13,500 euro untuk master degree. Mahalnya biaya hidup dan kuliah di Denmark, membuat kebanyakan para mahasisa Indonesia di Denmark, datang dengan beasiswa, baik dari Indonesia atau universitas di Denmark.
Pengalaman Jadi Ketua PPI Denmark
Menjadi ketua PPI Denmark adalah pengalaman paling berharga bagi saya. Terlebih karena mahasiswa Indonesia di Denmark tidak banyak, jadi kami sangat dekat, saling berbagi dan membantu. Tahun lalu, kami memulai adanya PPIDK talk, sebagai wadah berbagi pengetahuan di PPI Denmark. PPI Denmark juga bergabung ke aliansi PPI Nordic-Baltic bersama PPI Norwegia, PPI Finlandia, PPI Swedia dan PPI Estonia. Kami mengadakan konferensi PPI Nordic-Baltic setiap tahun sebagai acara tahunan yang diadakan di salah satu kota di kawasan Nordik atau Baltik.
Selain berkuliah dan bergabung dengan PPI, saya juga mengikuti kelas bahasa Danish dan kelas beladiri taekwondo. Tetapi, sementara off dahulu karena sibuk dengan riset kegiatan mengajar. Di Aarhus university, para mahasiswa PhD yang digaji oleh universitas diharuskan untuk mengajar di mata kuliah untuk para mahasiswa bachelor selama 60-70 jam per-semester.
Traveling!
Kalau boleh saya bilang, saya ini part time student full time traveler. Setiap ada kesempatan dan tiket murah untuk traveling, saya pasti pergi. So far, saya sudah melanglang buana ke 17 negara di Eropa, baik untuk liburan atau konferensi. Menurut saya traveling di Eropa sangat mudah, cuma modal peta dan jiwa petualang. Saat traveling di Eropa, saya makin ingat dengan Indonesia, bahwa kita amat sangat kaya.
Kuliah di Denmark menjadikan saya memiliki banyak sekali pengalaman-pengalaman yang luar biasa, mulai dari yang unik, bikin seneng, bikin sedih, bikin capek, bikin semangat menggebu-gebu. Bagi saya, Denmark itu sangat unik. Dari cuacanya yang tidak menentu, orang-orangnya yang dingin, tetapi juga hangat di saat yang sama, dan juga bahasanya yang lucu (jika ingin fasih bahasa Denmark, mereka bilang untuk berbahasa inggris dengan kentang panas di mulut).
Untuk Teman-teman Pelajar di Indonesia!
Saya hanya berpesan, jangan menyerah. Ditolak 10-20 kali itu bukan apa-apa. Tidak bisa berbahasa inggris, itu bukan alasan. Saat ini adalah masa dimana semua itu mungkin jika kita berusaha.
Cihuuuyyyy…. Kisahnya mbak Deby ini keren banget yak? Nah, buat temen-temen pelajar yang pengen banget kuliah ke luar negeri bisa contoh mbak Deby, minim biaya pun tetap bisa kuliah ke luar negeri dengan berbagai cara dan usaha. Terlebih buat kamu cewek-cewek tangguh Indonesia, yuk semangat lagi ngejar mimpinya!
Reporter: Adelina Mayang
Pengen sharing dan chating cantik sama admin berkuliah? Langsung follow aja LINE@ di @berkuliah!