California Masih Menunggu (Cerpen oleh Denisa Nurul Atikah)

Aku pertama kali bertemu Surya di bulan Mei tahun 1968. Dan Surya bersinar lebih terang dari terik matahari pukul 9 pagi hari itu. ...


Aku pertama kali bertemu Surya di bulan Mei tahun 1968. Dan Surya bersinar lebih terang dari terik matahari pukul 9 pagi hari itu.

Kalau tidak salah dia anak angkat pamanku jauhku. Anak angkat tanpa sertifikat—hanya laki-laki berperangai baik yang dibiayai sekolah hingga kini lulus Sekolah Menengah di ibukota. Lalu nantinya diharapkan akan pulang ke rumah paman dan membalas budi dalam bentuk apapun. Investasi manusia, begitu bahasa intelek yang digunakan paman saat bapak bertanya kenapa ia mau membiayai anak yang dibuang dari hubungan gelap saudara jauh kami dengan seorang gadis dari kampung sebelah, hingga anak itu lulus Sekolah Menengah.

“Wan, si bapak boleh bikin dosa dan kelakuannya macam binatang. Tapi anak kalau diurus jadi benar ya gak akan jadi binatang juga,” begitu ujar paman, membalas tajam ucapan bapak yang penuh sentimen.

Dan aku setuju dengan paman. Ironi yang terlalu nyata di benakku. Karena adikku, Dahlia, adalah gadis manis yang tidak mungkin akan meninggalkan cintanya untuk seseorang yang lebih muda, dan membuat cinta lamanya patah hati. Tidak seperti bapak yang diam-diam menikah lagi dengan ibu Dahlia saat ia pergi ke ibukota buat berdagang—mencari nafkah supaya bisa membiayai sakit ibu.

Karena itu pula aku tahu, Surya bukan sesuatu yang sama dengan bapaknya. Dan sejak saat itu juga, aku tahu aku punya suryaku sendiri.

Aku keluar dari rumah 2 bulan setelah tamat sekolah perawatku dan setelah Surya lulus Sekolah Tinggi. Setelah Surya datang ke bapak dan melamarku di hadapan bapak dan kedua ibuku. Dan aku tidak pernah mengerti kenapa Surya mau jadi bagian dari hidupku. Karena seingatku, aku lah yang ingin ada surya di dalam hidupku. Jadi saat Surya kembali ke kampung kami, bersikeras membawa tanganku di pernikahan dan membawaku keluar dari rumah ini, ke ibukota di mana ia bisa bekerja jadi akuntan, tentu saja aku adalah perempuan paling bahagia di dunia.

Karena aku tahu aku mencintai Surya, dan dia membuatku mengerti kalau ambisinya hanya terdiri dari sebuah keluarga sederhana dengan satu istri, dan sebuah sekolah tinggi ternama di California.

“Kata Paman Jundimu itu, aku lulus sekolah tinggi dan jadi akuntan saja sudah bikin dia bangga luar biasa!” ujarnya di perjalanan kami menuju ibukota. “Tapi aku ingin ke California, Ros! University of California, Berkeley! Tempat belajar akuntan terbaik di dunia!”

Dan kehidupan ku sejak saat itu hanya dipenuhi oleh 3 hal saja: Surya, rumah sakit, dan mimpi Surya ke California. Surya dengan luar biasa menyelipkan California—entah lewat tidur-tidurku, atau bisikan-bisikannya tiap malam—ke dalam hidupku setiap harinya, sejak kali pertama aku tidur di sisinya. Entah magis apa yang ada di tiap kalimat bujukan dan rayuan Surya, tapi dia benar-benar berhasil masuk ke dalam kepalaku. Dan yang kemudian aku tahu, aku juga ingin ke California.

“Ros,” begitu biasanya Surya memanggilku. Panggilan itu menetap kepadaku sejak kali pertama aku dan Surya tinggal di dalam satu atap dan tidur di dalam satu ranjang. Kali itu adalah bulan kedua sejak kelahiran anak pertamaku, Laura. Kali itu pula, 2 tahun sejak Surya membawaku keluar dari rumah dan keluargaku. “Aku masih ingin ke California.”

Dan aku pikir duniaku runtuh saat itu. Karena aku pikir Surya akan benar-benar pergi ke California. Tapi aku belum tahu saja kalau aku tidak pernah lebih salah dari itu.

“Tapi punya kamu dan Laura, dan entah berapa anak lagi yang kita mau!” ujarnya di sela tawa. “Aku rasa California masih bisa menunggu.”

Setelah bertahun-tahun melihat bagaimana bapak membagi-bagi hatinya untuk 2 istri dan 7 anaknya—bagaimana ia melemparku ke asrama perawat supaya mudah hidupnya tak perlu menyisakan sebuah ruangan di rumah untukku, dan bagaimana ia menitipkan abangku Rendra ke kapal dagang paman jauhku, dan berbagai keputusan sebelah pihak lainnya yang ia buat—kali itu aku benar-benar merasa dicintai. Dan aku bersumpah kepada diriku sendiri bahwa aku akan membawa Surya ke California.

Dan aku masih memegang janjiku. Bahkan setelah lahir lagi dua anakku. Bahkan setelah Surya punya penghasilan yang luar biasa dari jadi pengajar di perguruan tinggi. Bahkan setelah bahagia hidup keluargaku dengan ketiga anakku yang seperti ayahnya Surya, cerdas luar biasa.


Bahkan setelah Surya lupa tentang ambisinya akan California.

Surya tidak berubah. Ia masih lelaki cerdas dengan ambisi dan tanggung jawab. Dan hal terakhir itu lah yang membuatnya begitu. Tanggung jawab membuat Surya jadi laki-laki dengan banyak pikiran dan banyak kerjaan. Makan apa hari ini, makan apa besok. Bayar listrik hari ini, bayar telepon besok. Dan begitu seterusnya hingga California ia buat menunggu setelah aku, ketiga anakku, dunia kami, dan puluhan hal lainnya yang tidak bisa Surya diamkan begitu saja.
Sebagian besar hidupku aku habiskan dengan mengenal Surya sebagai laki-laki yang mencintaiku dan berjanji membawa dunia kepadaku. Laki-laki yang tidak pernah merasa cukup—dengan konotasi sebaik-baiknya—dan akan selalu mencari tangga untuk dipanjat lagi. Bukan untuk dia, tapi untuk siapapun itu yang dia sayangi. Mungkin Paman Jundiku di kampung yang selalu ia kirimi amplop uang atas balas jasanya membawa Surya ke ibukota hingga lulus sekolah tinggi. Mungkin aku, istrinya yang tidak tahu bagaimana caranya hidup tanpa Surya. Mungkin puluhan orang lainnya yang Surya pikir perlu dibalas budinya—padahal sebaliknya.

Dan banyak hal yang terjadi di antara 1968 hingga hari di mana suryaku menghilang.

Suryaku menghilang hanya lewat 2 menit di suatu hari di tahun 1990, di sambungan telepon antara aku dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. 2 menit yang lebih banyak sunyiku dan suster di sambungan seberangnya yang berkali-kali memanggilku. 2 menit yang lebih dari setengahnya adalah aku, mencoba mencerna dengan sebaik-baiknya berita tentang Surya yang ditabrak lari di depan kantornya saat membeli koran hariannya di seberang jalan.

Lalu setelahnya hanya ada aku yang berlari, mencari jalan ke Surya. Air mata yang keluar dari sudut mataku adalah keinginanku yang mau melihat Surya sekali lagi. Yang memompa kakiku supaya bisa berlari seolah secepat udara itu adalah keinginanku untuk melihat Surya sekali lagi. Surreal, begitu biasanya yang akan kamu katakana Surya. Dan yang aku mau adalah bertemu kamu lagi, dan biarkan kamu yang membacakan kata itu kepadaku.

Tapi laki-laki yang berbaring di ranjang rumah sakit Cipto Mangunkusumo itu bukan kamu.

Suryaku tak hanya akan diam jika kita bertemu. Ada sebuah kecupan di keningku dan hangat tubuhnya yang menenggelamkan aku di dalam pelukannya. Ada detak jantungnya yang menyambar sistem pendengaranku. Ada bau rokok kretek di rahang yang bertumpu di kepalaku—bukan bau antiseptik yang jadi sahabatku tiap hari dan kini, aku benci.

Yang berbaring di ranjang rumah sakit dengan mata terkatup dan luka menganga di tubuhnya itu bukan Surya.

Dan kali itu, duniaku benar-benar runtuh.

Sisa hidupku setelah itu hanya sekumpulan episode dari klise buram dan tangan ketiga anakku yang bergantian membantuku menapak sisa jalanan hidupku. Aku benar-benar lupa. Sisanya hanya transisi hidup yang buatku tidak penting untuk aku ingat. Perkembangan teknologi, turunnya Soeharto, kerusuhan tidak manusiawi, telepon yang bisa dibawa kemana-mana, dan sejuta hal lainnya yang mengubah dunia, tapi buatku tak penting lagi. Kehilangan Surya kali itu membuat dunia kehilangan isinya juga untukku.

Seringkali aku menemui diriku yang bicara kepada Surya yang masih belum pulang. 

Aku sudah tidak menghitung tahun lagi, tapi ini sudah jauh dari 2000. Anakku dan anakmu kini hanya datang sekali tiap minggu, dan sisanya aku habiskan membersihkan rumah kita dari debu—setidaknya ia peduli denganku, dan tidak meninggalkan aku sendiri dan kesepian. Nirmala punya 3 anak laki-laki, yang pertama ia beri nama Surya. Dimas masih belum menikah, ia terlalu asik di rig lepas lautnya. Laura adalah yang paling sering pulang, dengan si bungsu Sadewa yang tak pernah lepas dari mobil-mobilan plastik dan apapun yang ada di hadapannya sebagai area balapnya, dan si sulung Anjani yang selalu membaca buku baru di tiap minggunya..


Anjani banyak mengingatkanku kepada Surya, makanya semudah itu aku menyayanginya. Perangainya, sunyi di sekitarnya yang mendefinisikan ledakan kecerdasan di dalam kepalanya, dan ambisinya. Berbicara dengan Anjani seperti membawa separuh dirimu pulang, dan mendadak aku tidak kesepian lagi. Saat aku bercerita tentang Suryaku yang belum pulang kepada Anjani, aku seperti membakar sumbu panjang kembang api yang akan melesat di suatu hari yang tepat nanti. Ceritaku malam itu kepada Anjani seolah membawa Suryaku yang belum pulang ke dalam hidup Anjani. Ceritaku membawa mimpi seniman dan sastrawan Anjani menetapkan garis akhirnya di California. Seperti mimpi Surya yang belum selesai waktu itu.

Kata Anjani membaca banyak buku bisa membawanya ke California. Kata Anjani, setiap halaman Edensor yang ditulis Andrea Hirata membuatnya berkhayal akan California, setiap halaman Of Mice and Men, John Steinbeck, menariknya lebih dekat ke California, dan setiap halaman Dari Kami Untuk Negeri membuatnya percaya kalau dia bisa ke California. Semua kekuatan itu datangnya dari buku. Aku mencoba percaya. Tetapi ini sudah bukan 1990 lagi kan, Surya? Seharusnya aku percaya kalau dunia kini sudah seribu kali lebih luar biasa dari 1990.

Karena hari ini sudah lebih jauh dari 2010. Dan aku di sini, Surya. Bandar udara Soekarno-Hatta. Dengan Laura di sisi kananku, dan Sadewa di sisi lainnya. Di hadapanku ada Anjani, anak dari anakmu yang belum pernah kamu temui, tapi dia membawa sesuatu yang tentang kamu. Anjani di hadapanku membawa satu tiket ke California, dan sejumlah mimpi yang diantaranya adalah karena kamu. Melepas Anjani adalah separuh bahagia karena ia membawa separuh mimpimu, dan membunuhku karena rasa kesepian itu akan kembali lagi di usiaku yang sudah lebih dari 6 kepala.

Dunia sudah jauh lebih baik dari 1990, Surya.
Kamu belum juga pulang, padahal California masih menunggumu.



Penulis: Denisa Nurul Atikah 
Pemenang Lomba Menulis Cerpen Pesta Karya Inspira 2017
Nama

Afrika,26,Amerika,67,Amerika Serikat,81,Arab Saudi,13,Asia,237,Australia,75,Austria,13,Beasiswa,306,Beasiswa Amerika,4,Beasiswa Arab Saudi,5,Beasiswa Australia,14,Beasiswa Austria,2,Beasiswa Belanda,10,Beasiswa Belgia,1,Beasiswa Brunei Darussalam,2,Beasiswa Cina,10,Beasiswa Denmark,1,Beasiswa Filipina,3,Beasiswa Finlandia,1,Beasiswa Hongkong,1,Beasiswa Hungaria,1,Beasiswa India,2,Beasiswa Indonesia,3,Beasiswa Inggris,28,Beasiswa Irlandia,1,Beasiswa Jepang,14,Beasiswa Jerman,5,Beasiswa Kamboja,1,Beasiswa Kanada,3,Beasiswa Korea,2,Beasiswa Korea Selatan,5,Beasiswa Malaysia,6,Beasiswa Myanmar,1,Beasiswa New Zealand,3,Beasiswa Perancis,4,Beasiswa Polandia,1,Beasiswa Rumania,1,Beasiswa Selandia Baru,1,Beasiswa Sidney,1,Beasiswa Singapura,3,Beasiswa Skotlandia,1,Beasiswa Slovakia,1,Beasiswa Spanyol,1,Beasiswa Swedia,2,Beasiswa Swiss,3,Beasiswa Taiwan,1,Beasiswa Thailand,3,Beasiswa Tiongkok,1,Beasiswa Turki,5,Beasiswa Uni Emirat Arab,1,Beasiswa Uni Eropa,2,Beasiswa Vietnam,1,Belanda,37,Belgia,10,Brazil,2,Brunei Darussalam,7,Bulgaria,3,Ceko,4,Chili,3,Cina,30,Denmark,10,Destinasi,65,Eropa,313,Event,5,Exchange,26,Fakta Unik,82,Festival Indonesia,2,Filipina,8,Finlandia,16,Hong Kong,6,Hungaria,4,IELTS,6,India,37,Indonesia,113,Info Beasiswa,64,Info Jurusan,12,Info Universitas,34,Inggris,86,Interview,445,Interview di Amerika,13,Interview di Arab Saudi,5,Interview di Australia,23,Interview di Austria,4,Interview di Belanda,12,Interview di Belgia,8,Interview di Ceko,3,Interview di Cina,12,Interview di Damaskus,1,Interview di Denmark,4,Interview di Filipina,3,Interview di Finlandia,10,interview di Hungaria,1,Interview di India,9,Interview di Indonesia,4,Interview di Inggris,32,Interview di Irlandia,1,Interview di Italia,11,Interview di Jepang,22,Interview di Jerman,20,Interview di Kanada,8,Interview di Korea Selatan,28,Interview di Malaysia,1,Interview di Maroko,6,Interview di Meksiko,1,Interview di Mesir,8,Interview di New Zealand,17,Interview di Perancis,25,Interview di Polandia,12,Interview di Portugal,11,Interview di Rusia,3,Interview di Selandia Baru,4,Interview di Singapura,6,Interview di Skotlandia,2,Interview di Spanyol,16,Interview di Swedia,2,Interview di Swiss,2,Interview di Taiwan,5,Interview di Thailand,8,Interview di Tiongkok,9,Interview di Turki,9,Interview di Yaman,1,Interview di Yordania,5,Irlandia,10,Islandia,1,Italia,16,Jakarta,1,Jamaika,1,Jepang,60,Jerman,46,Kanada,27,Karir,13,Kazakhstan,1,Kolombia,4,Korea Selatan,44,Kuliner,21,kuliner khas daerah,7,Kuliner Mancanegara,14,Launching Buku,1,Lebanon,3,Lithuania,1,LPDP,4,Malaysia,27,Maroko,9,Media,249,Meksiko,7,Mesir,19,motivasi,2,New York,1,New Zealand,15,News,3,Norwegia,2,Paraguay,1,Perancis,48,Polandia,14,Portugal,15,PPI,6,Prancis,1,Press Release,1,Prestasi,1,Profil PPI,7,Profil Universitas,51,Qatar,2,Rekomendasi,1,Rumania,2,Rusia,13,Selandia Baru,24,Sidney,1,Simposium Internasional PPI Dunia 2016,6,Singapura,30,Skotlandia,4,Slovakia,1,Spanyol,24,Student Life,150,Studenthack,348,Surabaya,2,Swedia,19,Swiss,15,Taiwan,9,Thailand,13,Tiongkok,19,Tips,7,Tips Beasiswa,16,Tips Belajar Bahasa Inggris,9,Tips Kuliah ke Luar Negeri,89,Tips Travelling,6,Tips Umum Kuliah di Luar Negeri,105,Tips Umum Kuliah Di Negeri Sendiri,47,TOEFL,12,Tokoh Dunia,2,Tokoh Indonesia,20,Traveling,6,Turki,20,Uni Emirat Arab,1,Uni Eropa,2,Universitas,36,Universitas Terbaik,56,Uruguay,2,Vietnam,1,Yaman,1,Yogyakarta,3,Yordania,5,Yunani,3,
ltr
item
Berkuliah.com: California Masih Menunggu (Cerpen oleh Denisa Nurul Atikah)
California Masih Menunggu (Cerpen oleh Denisa Nurul Atikah)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC8Hro9Z3ph7I_nmH7FzxWvt1dGcW5WZycTxAZBWhdaIP1agKlDXDgxocHFICGT5b025pUFWbeuJf4ETdf53USmuLT-Vks-cnznuJZ6Z38HfGU1J7CD6BYuuNQjbcqYsbrAwsUSjYA9_Q/s640/19357551_1631338940212153_1155271887_n.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC8Hro9Z3ph7I_nmH7FzxWvt1dGcW5WZycTxAZBWhdaIP1agKlDXDgxocHFICGT5b025pUFWbeuJf4ETdf53USmuLT-Vks-cnznuJZ6Z38HfGU1J7CD6BYuuNQjbcqYsbrAwsUSjYA9_Q/s72-c/19357551_1631338940212153_1155271887_n.jpg
Berkuliah.com
http://www.berkuliah.com/2017/06/california-masih-menunggu.html
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/
http://www.berkuliah.com/2017/06/california-masih-menunggu.html
true
6823463133590324440
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy