Tidak ada yang menyangka kalau Cendikiawan Suryaatmaja, bocah berusia 12 tahun asal Bogor ini adalah seorang mahasiswa Universitas Waterl...
Tidak ada yang menyangka kalau Cendikiawan Suryaatmaja, bocah berusia 12 tahun asal Bogor ini adalah seorang mahasiswa Universitas Waterloo, Kanada.
Tahun 2016 lalu, bocah yang akrab disapa Diki ini memulai kuliahnya di jurusan Fisika dengan beasiswa.
Sejak kecil, Diki memang dikenal pandai. Bahkan saat berusia 9 tahun, IQ-nya sudah mencapai 189. Einstein saja IQnya hanya 160 loh!
Ia menyandang gelar sebagai mahasiswa termuda di kampus tersebut. Diki memang sudah tertarik fisika sejak usia 9 tahun. Bahkan saat umur 1 tahun, ia sudah mahir menyusun lego dan berbicara. Pada usia 2 dan 3 tahun, Diki sudah lancar berhitung dan menulis.
Di usia yang sama, ia sudah mulai menguasai perkalian dan pembagian. Diki masuk sekolah dasar pada umur 6 tahun. Setahun berikutnya, ia belajar di Singapura dan Malaysia. Sebelum masuk ke SMA Kesatuan Bogor, ia mengikuti ujian paket B.
Diki juga pernah mengikuti olimpiade Fisika di Kazakhstan dan tercatat sebagai peserta termuda disana.
Orang tua Diki mengaku tidak pernah memberikan asupan gizi khusus. Diki tumbuh seperti kebanyakan anak di Indonesia. Kejeniusan Diki mungkin menurun dari ibunya yang dulu pernah terpilih menjadi siswa teladan se-DKI.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini jadi buah bibir di Kanada karena kejeniusannya. Ia mengaku ingin menyelesaikan studi sampai PhD dan ingin kembali ke Indonesia untuk menciptakan inovasi baru.
Waah, kita doakan semoga cita-cita Diki tercapai ya! 😉
Tahun 2016 lalu, bocah yang akrab disapa Diki ini memulai kuliahnya di jurusan Fisika dengan beasiswa.
Sejak kecil, Diki memang dikenal pandai. Bahkan saat berusia 9 tahun, IQ-nya sudah mencapai 189. Einstein saja IQnya hanya 160 loh!
Ia menyandang gelar sebagai mahasiswa termuda di kampus tersebut. Diki memang sudah tertarik fisika sejak usia 9 tahun. Bahkan saat umur 1 tahun, ia sudah mahir menyusun lego dan berbicara. Pada usia 2 dan 3 tahun, Diki sudah lancar berhitung dan menulis.
Di usia yang sama, ia sudah mulai menguasai perkalian dan pembagian. Diki masuk sekolah dasar pada umur 6 tahun. Setahun berikutnya, ia belajar di Singapura dan Malaysia. Sebelum masuk ke SMA Kesatuan Bogor, ia mengikuti ujian paket B.
Diki juga pernah mengikuti olimpiade Fisika di Kazakhstan dan tercatat sebagai peserta termuda disana.
Orang tua Diki mengaku tidak pernah memberikan asupan gizi khusus. Diki tumbuh seperti kebanyakan anak di Indonesia. Kejeniusan Diki mungkin menurun dari ibunya yang dulu pernah terpilih menjadi siswa teladan se-DKI.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini jadi buah bibir di Kanada karena kejeniusannya. Ia mengaku ingin menyelesaikan studi sampai PhD dan ingin kembali ke Indonesia untuk menciptakan inovasi baru.
Waah, kita doakan semoga cita-cita Diki tercapai ya! 😉